tag:blogger.com,1999:blog-67862247001360299032024-02-19T02:31:37.304-08:00NicksumidaCerita Seruhttp://www.blogger.com/profile/11284718548711892644noreply@blogger.comBlogger295125truetag:blogger.com,1999:blog-6786224700136029903.post-65974482457934759962017-11-27T18:20:00.000-08:002017-12-07T06:53:49.501-08:00“Oooooh ampunnnn pak, enaaaak, Entot saya paaaak terus pak”<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-size: small;">Muslimah adalah seorang ibu rumah tangga berwajah cantik yang berkulit putih bersih baru berusia 31 tahun. Selama 6 tahun perkawinannya dengan mas Syamsul, wanita ini telah dikaruniai dua anak yang masing-masing berusia 3 tahun dan 5 tahun. Selain kesibukannya sebagai ibu rumah tangga, wanita yang selalu mengenakan jilbab ini juga cukup aktif di partai, demikian juga suaminya. Jilbab lebar serta jubah panjang serta kaus kaki sebagai cirinya ada padanya apabila dia keluar rumah atau bertemu laki-laki yang bukan mahromnya, sehingga mengesankan kealiman Muslimah.</span></span><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-size: small;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-ThrurSyYq8s/ViXcCQoMNYI/AAAAAAAAAHg/E2QYnl0ESVY/s1600/muslimah.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="640" src="https://1.bp.blogspot.com/-ThrurSyYq8s/ViXcCQoMNYI/AAAAAAAAAHg/E2QYnl0ESVY/s640/muslimah.jpg" width="478" /> </a></span></span></div><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-size: small;"></span></span><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-size: small;"><b>MUSLIMAH </b></span></span></div><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-size: small;"></span></span><br /><div style="text-align: center;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-size: small;"><b></b></span></span></div><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><span style="font-size: small;">Sore ini, ibu muda jilbab alim ini kedatangan tamu seorang laki-laki yang dikenalnya sebagai rekan sekantor suaminya, sehingga terpaksa dia harus mengenakan jilbab serta kaus kaki menutupi kakinya untuk menemuinya, karena kebetulan suaminya sedang rapat di kantor dan baru akan kembali selepas maghrib. Dengan jilbab putih yang lebar serta jubah panjang bemotif bunga kecil berwarna biru serta kaus kaki berwarna krem, Muslimah menemui tamu suaminya itu bernama Naryo. Seorang laki-laki yang kerap bertamu ke rumahnya. Wajahnya tidak tampan namun tubuhnya terlihat tegap dan atletis. Usianya lebih muda dari suaminya ataupun dirinya hingga suaminya ataupun dia sendiri memanggilnya dengan sebutan dik Naryo.<br /> Cerita sex – Sebetulnya Muslimah kurang suka dengan laki-laki yang bernama Naryo itu, karena matanya yang jalang kalau melihatnya seakan hendak menelannya bulat-bulat sehingga dia lebih suka menghindar jika Naryo datang bertamu. Namun kali ini, Muslimah harus menemuinya karena Naryo ini adalah rekan suaminya, terpaksa Muslimah bersikap ramah kepadanya. Memang tidak mungkin untuk menyuruh Naryo kembali, ketika suaminya tidak ada di rumah seperti ini karena jauhnya rumah tamu suaminya ini.<br /> Akhirnya Muslimah mempersilahkan Naryo menunggu di ruang tamu sedangkan dia pergi ke dapur membuatkan minum untuk tamunya tersebut. Sore ini, suasana rumah Muslimah memang sangat sepi. Selain suaminya yang tidak ada di rumah, kedua anaknya pun sedang ngaji dan baru pulang menjelang maghrib nanti. Di dapur, Muslimah tengah menyiapkan minuman dan makanan kecil buat tamu suaminya yang tengah menunggu di ruang tamu. Tangan ibu muda ini tengah mengaduk gelas untuk minuman tamu suaminya ketika tanpa disadarinya, laki-laki tamu suaminya yang semula menunggu di ruang tamu tersebut menyelinap ke dapur menyusul Muslimah.<br /> Muslimah terpekik kaget, ketika dirasakannya tiba-tiba seorang lelaki memeluknya dari belakang. Wanita berjilbab lebar ini sangat kaget ketika menyadari yang memeluknya adalah Naryo tamu suaminya yang tengah dibikinkan minuman olehnya. Muslimah berupaya meronta namun tiba-tiba sebilah belati telah menempel di pipi wanita yang halus ini. Kemudian lelaki itu langsung mendekatkan mulutnya ke telinga Muslimah.<br /> “Maaf, Mbak Muslimah. Mbak Muslimah begitu cantik dan sangat menggairahkan, aku harap Mbak jangan melawan atau berteriak atau belati ini akan merusak wajah ayu yang cantik ini”. desis Naryo membuat Muslimah tak berkutik.<br /> Kilatan belati yang dibawa Naryo membuat wajah wanita berjilbab ini pucat pasi. Seumur hidupnya, baru kali ini Muslimah melihat pisau belati yang terlihat sangat tajam sehingga membuat wanita ini lemas ketakutan. Tubuh ibu muda berjilbab yang alim ini mengejang ketika dia merasakan kedua tangan Naryo itu menyusup ke balik jilbab lebarnya meremas-remas lembut kedua payudaranya yang tertutup jubah dan?.. Lantas salah satu tangan Naryo lalu turun ke arah selangkangannya, meremas-remas kemaluannya dari luar jubah yang dipakainya.<br /> “Jangaan.. dik Naryo..”desah Muslimah dengan gemetaran.<br /> Namun laki-laki ini tak perduli, kedua tangannya kian bernafsu meremas-remas buah dada serta selangkangan wanita alim berusia 31 tahun ini. Muslimah menggeliat-geliat menerima remasan laki-laki yang bukan suaminya ini dalam posisi membelakangi laki-laki itu.<br /> “Jangaan.. dik Naryo…. sebentar lagi anak-anakku pulang..” desah Muslimah masih dengan wajah ketakutan dan gelisah.<br /> Naryo terpengaruh dengan kata-kata Muslimah, diliriknya jam dinding yang terdapat pada dapur tersebut dan memang selama sering bertamu di rumah ini Naryo mengetahui tak lama lagi kedua anak wanita yang tengah diperkosanya itu pulang dari ngaji. Laki-laki ini mengumpat pelan sebelum kemudian, Naryo berlutut di belakang Muslimah. Muslimah menggigil dengan tubuh mengejang ketika kemudian wanita kader ini merasakan tangan lelaki tamu suaminya itu merogoh lewat bagian bawah jubahnya, lalu menarik turun sekaligus rok dalam dan celana dalamnya. Lantas tanpa diduganya, Naryo menyingkap bagian bawah jubah birunya ke atas sampai ke pinggang.<br /> Ibu muda berjilbab lebar ini terpekik dengan wajah yang merah padam ketika menyadari bagian bawah tubuhnya kini telanjang. Sementara Naryo justru merasa takjub melihat istri rekan sekantornya ini dalam keadaan telanjang bagian bawah tubuhnya begitu menggairahkan. Sungguh, laki-laki ini tidak pernah menyangka kalau sore ini akan melihat tubuh istri Mas Syamsul yang selalu dilihatnya dalam keadaan berpakaian rapat kini ditelanjanginya.<br /> Pertama kali Naryo melihat Muslimah, laki-laki ini memang sudah tergetar dengan kecantikan wajah wanita berkulit putih keturunan ningrat ini walaupun sebenarnya Naryo juga sudah beristri, tapi apabila dibandingkan dengan Muslimah wajah istrinya nggak ada apa-apanya. Namun wanita yang selalu berpakaian rapat tertutup dengan jilbab yang lebar membuatnya segan juga karena Muslimah adalah istri temannya.<br /> Tetapi seringkalinya mereka bertemu membuat Naryo semakin terpikat dengan kecantikan istri mas Syamsul ini, bahkan walaupun Muslimah memakai pakaian jubah panjang dan jilbab yang lebar, Naryo dapat membayangkan kesintalan tubuh wanita ini melalui tonjolan kemontokan buah dadanya dan pantatnya yang bulat indah bahenol. Muka Muslimah merah padam ketika diliriknya, mata Naryo masih melotot melihat tubuh Muslimah yang setengah telanjang.<br /> Celana dalam dan rok dalam yang dipakai wanita berjilbab ini kini teronggok di bawah kakinya setelah ditarik turun oleh Naryo, sehingga wanita alim ini tidak lagi memakai celana dalam. Bentuk pinggul dan pantat wanita alim yang sintal ini sangat jelas terlihat oleh Naryo. Belahan pantat Muslimah yang telanjang terlihat sangat bulat, padat serta putih mulus tak bercacat membuat birahi laki-laki yang telah menggelegak sedari tadi kian menggelegak. Diantara belahan pantat Mufida terlihat kemaluan wanita istri rekannya yang sangat menggiurkan.<br /> “Mbak Muslimah.. Kakimu direnggangkan dong. Aku ingin melihat memekmu…” kata Naryo masih sambil jongkok seraya menahan birahinya karena melihat bagian kehormatan istri rekannya yang cantik ini.<br /> Wanita itu menyerah total, ia merenggangkan kakinya. Dari bawah, lelaki itu menyaksikan pemandangan indah menakjubkan. Di pangkal paha wanita berjilbab ini tumbuh rambut kemaluannya, meski tak lebat namun terlihat rapi. Naryo kagum melihat kemaluan Muslimah yang begitu montok dan indah, beda sekali dengan kemaluan istrinya.<br /> “Jangaan.. diik.. hentikaaan… anak-anakku sebentar lagi pulang” pinta Muslimah dengan suara bergetar menahan malu.<br /> Namun Naryo seolah tak mendengarnya justru tangan lelaki itu menguakkan bongkahan pantat istri Muslimah dan lidahnya mulai menyentuh anusnya. Muslimah menggeliat, tubuh ibu muda berjilbab ini mengejang ketika ia merasakan lidah lelaki itu menyusuri belahan pantatnya lantas menyusuri celah di pangkal pahanya.<br /> “Oh dik jajajangan?”.<br /> Dengan bernafsu Naryo menguakkan bibir kemaluan Muslimah yang berwarna merah jambu dan lembab. Tubuh wanita ini mengejang lebih hebat lagi saat lidah lelaki itu menyeruak ke liang vaginanya. Tubuhnya bergetar ketika lidah itu menyapu klitorisnya. Semakin lama wanita berjilbab berusia 31 tahun ini tak kuasa menahan erangannya.<br /> “Oh yeah? Aaaagggh!”, ketika bibir lelaki itu mengatup dan menyedot-nyedot klitorisnya.<br /> Dan menit-menit selanjutnya Muslimah semakin mengerang berkelojotan oleh kenikmatan birahi ketika Naryo seakan mengunyah-ngunyah kemaluannya. Seumur hidupnya, Muslimah belum pernah diperlakukan seperti ini walaupun oleh mas Syamsul suaminya.<br /> “Hmmm…, memekmu enak?. Mbak Muslimah….” kata Naryo sambil berdiri setelah puas menyantap kemaluan istri rekannya ini, dan tangan kirinya terus mengucek-ngucek kelamin Muslimah sambil berbisik ke telinga ibu muda itu?.<br />“Mbak saya entotin ya, saya mau mbak merasakan hangatnya penisku”<br />“Aihhhh… eungghhhh…. jangan.. ampun” Muslimah mengerang dengan mata mendelik, ketika sesuatu yang besar, panjang dan panas mulai menusuk kemaluannya melalui belakang.<br /> Tubuh wanita berjilbab berdarah ningrat itu mengejang antara rasa marah bercampur nikmat Muslimah meronta lemah disertai desahannya. Dengan buas Naryo menghujamkan batang penisnya.<br /> “Mmmfff.. oh oh. enak juga ngentot sama Mbak?.” tanpa melepas bajunya ibu muda itu, Naryo menyetubuhi isteri sahabatnya dari arah belakang, Naryo sambil menggerakkan pinggangnya maju mundur dengan napas terengah-engah menghentakan penis besarnya.<br /> Muslimah dapat merasakan penis Naryo yang kini tengah menusuk-nusuk liang kemaluannya, jauh lebih besar dan panjang dibanding penis suaminya. Tangan kiri lelaki itu membekap pangkal paha Muslimah, lalu jari tengahnya mulai menekan klitoris ibu muda berjilbab itu lantas dipilinnya dengan lembut, membuat wanita kader salah satu partai yang alim ini menggigit bibirnya disertai desahan nikmatnya. Muslimah tak kuasa menahan sensasi yang menekan dari dasar kesadarannya. Wanita berjilbab lebar ini mulai mendesah nikmat, apalagi tangan kanan lelaki itu kini menyusup ke balik jubahnya, lalu memilin-milin puting susunya yang peka…<br /> “Ayo Mbak Muslimah…. ahhhh… jangan bohongi dirimu sendiri… nikmati… ahh…. nikmati saja….” Naryo terus memaju mundurkan penisnya yang terjepit vagina ibu muda yang alim ini.<br /> Muslimah menggeleng-gelengkan kepalanya, mencoba melawan terpaan kenikmatan di tengah tekanan rasa malu. Tapi ia tak mampu. Muslimah mendesah nikmat dan tanpa sadar ia meracau…<br /> “Oh besar sekali punyamu dik Naryo, sakiiiit… Oooh ampuuun yeah ampuuun dik”.<br /> Naryo dengan gencar mengocok penisnya didalam vagina yang mulai basah sambil berbisik pada ibu muda itu.<br /> “Mana yang enak kontolku dengan punya mas Syamsul mbak?”, Muslimah mulai meracau kembali seraya mengerang.<br />“Oooooh enak punyamu dik, besar dan panjang aduh dik ngilu oh mmmf Aaaagghh..” dan akhirnya wanita cantik ini menjerit kecil saat ia meraih puncak kenikmatan, sesuatu yang baru pertama kali ditemuinya walaupun 6 tahun dia telah menjalani pernikahan dengan mas Syamsul belum pernah Muslimah mendapatkan orgasme sedahsyat ini.<br /> Tubuh Muslimah langsung lunglai, tapi lelaki di belakangnya selangkah lagi akan sampai ke puncak. Naryo masih terus mengaduk vaginanya dengan kecepatan penuh. Lalu, dengan geraman panjang Naryo menusukkan penisnya sejauh mungkin ke dalam kemaluan ibu muda berjilbab ini. Kedua tangannya mencengkeram payudara Muslimah yang padat dan montok dengan kuat diremasnya. Muslimah yang masih dibuai gelombang kenikmatan, kembali merasakan sensasi aneh saat bagian dalam vaginanya disembur cairan hangat mani dari penis Naryo yang terasa banyak membanjiri liangnya. Muslimah kembali merintih mirip suara anak kucing, saat dengan perlahan Naryo menarik keluar penisnya yang lunglai.<br /> Begitu gelombang kenikmatan berlalu, kesadaran kembali memenuhi ruang pikiran wanita ini. Muslimah tersadar dan terisak dengan tangan bertumpu pada meja dapur.<br /> “Sudah, Mbak Muslimah nggak usah nangis! Toh mbak Muslimah ikut menikmati juga, jangan ceritakan pada siapa-siapa kalau tidak mau nama baik suamimu tercemar dengan perselingkuhan kita!!” kata-kata Naryo dengan nada tekanan keras sambil membenahi celananya.<br /> Muslimah diam saja, harga dirinya sebagai seorang istri dan wanita hancur. Wanita itu baru merapikan pakaiannya yang awut-awutan ketika, dilihatnya Naryo telah pergi dari dapur dan beberapa saat kemudian tanpa berpamitan, terdengar suara mobil Naryo berlalu meninggalkan halaman rumahnya. Mufida terisak menyesali nasib yang menimpanya,<br /> Namun dia juga merasa malu betapa dia ikut menikmati juga ketika tamu suaminya itu menyetubuhinya sambil berdiri dari arah belakang tubuhnya dengan posisi menungging, Muslimah belum pernah melakukan hubungan intim bersama suaminya dengan posisi demikian itu, namun segera air mata yang menghiasi wajahnya buru-buru dihapusnya saat didengar suara kedua anaknya pulang.<br /> Dan sejak peristiwa perkosaan itu, ketika ia melakukan hubungan kelamin dengan suaminya Muslimah sudah tak bisa merasakan nikmat lagi saat ia melayani suaminya. Muslimah merasakan penis suaminya tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan punya Naryo yang besar panjang, dan bayangan saat ia diperkosa oleh Naryo membuat dirinya menuntut sesuatu yang dapat memberikan gelombang kenikmatan. Ia ingin suaminya bisa seperkasa Naryo yang bisa melambungkan sukmanya saat mencapai puncak kenikmatan. Rasa menyesal saat diperkosa dan gejolak syahwat berkecamuk dalam batinnya membuat ibu muda itu merindukan kejantanan milik lelaki seperti Naryo, namun semuanya ia pendam sendiri seolah-olah tidak ada kejadian apa-apa bila berada didepan suaminya.<br /> Dua minggu setelah peristiwa itu Muslimah menerima telepon dari Naryo saat suaminya keluar kota.<br /> “Halo mbak! Mas Syamsul pergi ke Semarang ya? Saya mau bertamu ke rumah bolehkan?”<br />“Brengsek kamu dik Naryo!” jawab Muslimah.<br />“Lho koq mbak marah. Mbak menikmati juga kejantananku saat itu.”<br /> Lalu Muslimah memutuskan hubungan telepon, dengan tubuh gemetar dan perasaan tak menentu ia masuk ke dalam kamar, ia khawatir Naryo pasti akan datang bertamu siang ini disaat anak-anaknya berada disekolah dan suaminya tak ada dirumah. Hatinya berkecamuk antara menerima kunjungan Naryo atau tidak, namun gejolak nafsunya menuntut sesuatu yang tak pernah didapatkan dari suaminya. Tiba-tiba ketukkan pintu terdengar olehnya dan dengan gugup ia keluar dari kamar, langkahnya sedikit gemetar saat menuju pintu rumah.<br /> Ketika ia membuka pintu tampak seringai Naryo dengan sorot mata penuh nafsu saat menatap dirinya. Tanpa basa basi lagi Naryo langsung mengunci pintu rumahnya, dan Naryo telah mempunyai rencana agar isteri sahabatnya yang cantik ini akan selalu ketagihan dengan batang kejantanannya, dan Naryo akan menunjukkan bagaimana memberikan kepuasan dalam permainan seks pada isteri sahabatnya. Saat Naryo mendekati tubuh wanita cantik ini kian gemetar dan dengan buasnya Naryo menciumi leher jenjang isteri sahabatnya, tubuh ibu muda itu mengejang ketika dengan sedikit kasar Naryo meremas-remas pantatnya dan kekasaran itu membuat gejolak nafsu Muslimah menggelegak hingga lupa akan segala-galanya.<br /> Matanya terbelalak saat dengan cepatnya Naryo sudah dalam keadaan telanjang dihadapannya, penisnya yang besar panjang mulai membesar. Dan dengan kasar Naryo melucuti pakaian Muslimah hingga keduanya sama-sama telanjang yang tinggal hanya jilbabnya yang belum terlepas, karena Naryo akan lebih bergairah jika isteri sahabatnya saat digarap masih memakai jilbab. Kemudian Naryo mendudukkan ibu muda itu di sofa, lalu disorongkan penisnya ke wajah Muslimah dan digesekan ke hidung perempuan itu.<br /> “Ayo mbak cium dan jilati ini penis yang pernah memberikan kenikmatan ayo ayo!.”<br /> Saat itu Muslimah serasa akan muntah karena ia belum pernah mencium penis Naryo sedang penis suaminya belum pernah Muslimah menjilatinya, dan ini penis orang lain. Namun kali ini ia dengan terpaksa melakukan itu.<br /> “Pegang ya mbak, dan gesek-gesek dipipi, nah begitu cium mbak terus-terus cium.”<br /> Aroma batang penis itu mulai merangsang Muslimah dan tanpa sadar ia mulai menjilati penis Naryo dengan nafsu yang menggelegak dan ia merasakan sensasi baru memacu gairahnya, ia mulai merasakan penis itu kian membesar dalam mulutnya hingga mulutnya tak sanggup lagi untuk mengulum batang penis lelaki itu. Muslimah sudah bukan Muslimah yang dulu lagi sejak ia mengenal batang penis lelaki yang besar panjang.<br /> “Mmmmfff… mmmf”<br /> “Oh oh yeah enak juga ngentot mulut mbak, ternyata mbak suka isep kontol ya?”, dan kata-kata kotor Naryo ditelinganya serasa indah terdengar dan nafsu Muslimah kian membuncah keubun-ubun.<br />“Dik Naryo puaskanlah mbak.. bawalah mbak masuk ke kamar oh dik cepatan.. setubuhi mbak seperti tempo hari.<br />“Aaaagggh.. Ouuuh”<br /> Lalu Naryo membopong tubuh molek isteri sahabatnya naik ke ranjang, dan dengan buas Naryo menindihnya, dan ibu muda itu berkelojotan saat mulut Naryo mengulum putting susu yang masih segar dan jari-jari Naryo merogoh liang vaginanya. Muslimah kian mengejang?.<br /> “?Ooooh mmmf ampun Dik Naryo jangan… jangaaan mempermainkan mbak oh yeah mmf… Ayo dik Naryo berilah mbak nikmat kejantananmu aampun…”<br />“He… heee sabar dong mbak, aku juga suka dengan memek mbak yang sempit ini, aku suka jilatin memekmu, mana yang enak punyaku dengan punya mas Syamsul mbak”<br />“?Enak punyamu dik.”<br />“Mana yang besar dan panjang punyaku sama punya mas Syamsul”<br />“Oh dik tolong dik cepat. Bbbbbesar pppppunya muuu.”<br /> Lalu dengan gemasnya Naryo menggigit kecil payudara indah milik Muslimah seraya batang penis besar itu menerobos masuk keliangnya yang sempit, walau ia sudah melahirkan anak dua namun serasa sempit buat ukuran penis besar Naryo. Mata ibu muda itu terbeliak keatas saat penis besar itu kandas didasar rahimnya dan kenikmatan seperti itu belum pernah ia dapatkan dari suaminya dan sekarang ia dapat merasakan dari penis orang lain selain suaminya, tubuhnya menggeletar hebat ketika dengan irama lambat dan terkadang cepat ayunan batang penis Naryo keluar masuk vaginanya. Kenikmatan demi kenikmatan serasa sampai ke ubun-ubunnya.<br /> “Ooh oh yeh enak eeeeeenak kontol besarmu dik Naryoiiiiii oh ampun.”<br /> Ia meracau tanpa sadar saking kenikmatan itu mendera dirinya. Muslimah bagaikan kuda betina liar saat dipacu oleh lelaki sahabat suaminya, ia melenguh seperti sapi disembelih karena nikmatnya, ia menangis dan menyesal karena selama ini ia telah tertipu oleh suaminya bahwa kenikmatan itu bisa ia dapatkan asalkan mas Syamsul tahu bagaimana caranya memberikan kepuasan kepadanya, dan ternyata suaminya adalah suami yang tidak mempunyai pengetahuan tentang urusan seks, itu yang membuat ia menangis, serta menyesal, terhina dan marah pada diri sendiri. Maka bagaikan banteng betina yang terluka ia pacu nafsu berahinya yang terpendam selama ini.<br /> “Ayo dik nikmatilah tubuhku, setubuhilah aku sesukamu.”<br />“Baik mbak yang cantik, kekasih binalku sekarang waktunya nikmatilah rasa kontol besar ini”<br />“Mmmmmf yeah, oh memek mbak legit rasanya.”<br /> Dan Tubuh Muslimah melengkung saat ia mencapai puncak nirwana.<br /> “Ooooh enak tolooooong ampuuuuuun,” biji mata Muslimah mendelik ia berkelonjotan saat semburan lahar panas Naryo dengan derasnya menyemprot dasar rahimnya, dan batang penis besar itu berkedut-kedut di dinding vaginanya.<br /> Selama 6 tahun perkawinannya dengan mas Syamsul baru ini ia merasakan begitu nikmatnya semburan air mani lelaki hingga tubuhnya bergetar bagai kena aliran listrik ribuan watt dan sukmanya serasa terbang melambung ke awang-awang.<br /> Hingga kini hubungan mereka telah berjalan 1 tahun tanpa diketahui oleh suaminya, karena mereka pintar memanfaatkan waktu serta merahasiakannya, kadang bila ada kesempatan mereka melakukan di hotel dan yang lebih berani lagi saat suaminya ada dirumah. Naryo pura-pura berkunjung untuk bermain catur dengan suaminya, saat itu juga isterinya menyediakan minuman kopi buat suaminya dengan dibubuhi obat tidur yang sengaja dibawa Naryo, sehingga sewaktu suaminya bermain catur dengan Naryo, Syamsul tidak tahan lama karena mengantuk berat lalu masuk kedalam kamar. Muslimah berpura-pura ikut tidur juga disamping suaminya agar suaminya tidak curiga dan ia katakan bahwa Naryo ingin menginap dirumahnya dan tidur di sofa ruang tamu.<br /> Pada saat suaminya telah tertidur pulas bagaikan orang mati, Muslimah disetubuhi oleh Naryo disamping suaminya, Muslimah berpacu dalam birahi hingga ia meringkik nikmat dengan tubuh berkelojotan disamping tubuh suami yang tertidur pulas, bahkan perbuatan yang demikian itu membuat sensasi aneh tersendiri bagi mereka berdua. Persetubuhan itu mereka lakukan hingga menjelang subuh.<br /> Ada sesuatu yang lebih membuat Muslimah amat terangsang nafsunya bila saat Naryo sekali-kali datang berkunjung kerumahnya, dengan berpura minta diajarkan computer sama Naryo sementara suaminya duduk diruang keluarga sambil menikmati secangkir kopi, hanya dengan jarak beberapa meter, disitu ibu muda itu sedang belajar computer bersama Naryo, Muslimah merasa sangat terangsang hebat saat dengan sengaja Naryo menggesek-gesekan batang penisnya yang menegang dari balik celana training ke lengan Muslimah yang sedang mengetik didepan monitor. Gesekan itu membuat sensasi aneh dalam dirinya ketika merasakan batang penis Naryo serasa mengeras dan tegang dipangkal lengannya, dan terkadang pula ia rasakan batang penis besar itu berdenyut-denyut dipinggangnya saat dengan sengaja Naryo pindah membelakangi tubuhnya.<br /> Suaminya tidak merasa curiga sedikitpun karena Syamsul tahu bahwa isterinya sedang diberi pelajaran tentang mengakses computer, ia tidak menyadari bahwa isterinya sedang dirangsang oleh Naryo habis-habisan. Tubuh Muslimah mulai menggeletar penuh nafsu dengan aksi yang dilakukan Naryo padanya. Karena sudah tak tahan lagi Muslimah pergi keruang dapur membuat minuman dan Naryo pergi menuju toilet namun sesungguhnya Naryo ikut pula menyusul isteri sahabatnya kearah dapur, dari balik lemari makan yang besar itu mereka melakukan persetubuhan dengan berdiri dengan amat tergesa-gesa saat sang suami wanita itu sedang menikmati secangkir kopi sambil membaca koran. Syamsul tidak menyadari bahwa isterinya sedang disetubuhi habis-habisan oleh Naryo dengan posisi berdiri.<br /> “Ooooh Naryo mmmmfff… ampun dik Hen”, dengan buas Naryo mengayunkan pantat maju mundur menusukkan penis besarnya kedalam vagina ibu muda itu, sukma wanita cantik itu serasa terbang ke langit tinggi saat ia disetubuhi dengan cara demikian itu oleh Naryo sahabat suaminya, Muslimah belum pernah merasakan disetubuhi dengan cara berdiri dan tergesa-gesa, dan ini yang membuat suatu kenikmatan tersendiri buat Muslimah saat ia digarap oleh Naryo sementara sang suami berada tak jauh darinya.<br /> “Oooooh Naryo mbak keluaaar oh ampun dik, cepat dik Naryo nanti ketahuan suamiku,” namun Naryo tidak menghiraukannya, dengan perkasanya Naryo memacu kuda betinanya yang cantik ini sampai berkelojotan dengan biji mata mendelik keatas menikmati kocokan batang penis besar itu dalam vaginanya yang sempit.<br />“Oooooh yeah memek mbak sempit legit, enaak rasanya, aku akan lebih bergairah lagi bila aku dapat ngentot mbak bila disaksikan mas Syamsul.”<br /> Naryo semakin terbuai sensasi saat ia dengan buasnya menyetubuhi isteri sahabatnya padahal Syamsul tak begitu jauh jaraknya dari tempat mereka bersetubuh. Dan dengan menggeram nikmat Naryo menyemprotkan air maninya ke dalam vagina ibu muda itu, Muslimah mengejang dan mengerang bagaikan kucing betina yang mengeong lirih saat semburan lahar panas Naryo menerpa dasar rahimnya, tubuhnya bergetar dengan hebat dengan nafas serasa akan putus ketika batang kejantanan Naryo yang besar panjang berkedut-kedut diliang memeknya.<br /> “Ooooohhh mmmmffff… enaaaaaaaaaaak, ampuuuuuun dik, kontolmu enak dan besar.”<br /> Dan persetubuhan itu berakhir dengan sama-sama mencapai puncak nirwana yang diraih dengan cara tergesa-gesa penuh rasa sensasi. Dan akhirnya mereka berdua kembali keruang keluarga tanpa menimbulkan kecurigaan mas Syamsul. Sebelum keluar dari dapur Naryo sempat berbisik ke telinga ibu muda itu.<br /> “Lain waktu aku akan ngentotin mbak lagi ya,” seraya tangan Naryo meremas-remas susu mengkal wanita cantik berdarah ningrat itu.<br /> Ketika Syamsul ditugaskan oleh atasannya untuk mengelola perkebunan di Sumatera, Muslimah terpaksa ikut dengan suaminya dan anak-anak mereka dititipkan pada neneknya di Jogyakarta karena kedua anaknya harus tetap bersekolah. Dan ditempat pindah mereka yang baru itu adalah sebuah pulau kecil dimana penduduknya masih terbelakang pola pikirnya. Ditempat tugas barunya Syamsul mendapatkan sebuah rumah perkebunan yang lengkap dengan segala fasilitasnya. Muslimah merasa sangat senang menempati rumah itu, dengan suasana alam pedesaan, disini Muslimah bisa menghindar dari Naryo. Setelah tiga bulan berada di pulau terpencil itu, kehidupan rumah tangga Muslimah masih berjalan seperti biasanya hingga suatu hari Mas Syamsul menawarkan pada Muslimah seorang tukang kebun untuk merawat pekarangan rumah dinas yang ditempatinya dan sekalian sebagai penjaga rumah.<br /> Pak Renggo adalah seorang lelaki yang berusia 65 tahun namun tubuhnya masih nampak kekar dan berkulit hitam dengan rambutnya yang telah memutih. Pak Renggo adalah seorang lelaki pekerja keras ia hanya memiliki sebidang tanah yang selalu digarapnya sendiri dan ditanami sayur mayur untuk kebutuhan hidupnya sehari-hari. Isteri pak Renggo telah tujuh tahun meninggal dunia kini ia hidup sendiri tanpa mempunyai anak.<br /> Ketika ia ditawari Syamsul untuk bekerja dirumah dinas perkebunan, pak Renggo dengan sangat senang hati menerimanya, apalagi pak Renggo diberi sebuah kamar dibelakang rumah dinas itu. Wajah lelaki tua itu nampak sangar mengerikan dalam pandangan Muslimah ketika pertama kali diperkenalkan oleh suaminya, namun lama kelamaan Muslimah sudah terbiasa berhadapan dengan pak Renggo yang berwajah jelek dan menyeramkan itu, apalagi pak Renggo orangnya sangat rajin membersihkan pekarangan rumah dan terkadang sering membantu Muslimah menanam bunga hingga rasa ketakutan Muslimah pada pak Renggo hilang dengan sendirinya karena sering bertemu setiap waktu.<br /> Muslimah tak menyadari ketika seringnya mata pak Renggo melirik buah dadanya saat ia berjongkok menggemburkan tanah tanaman bunga, buah dada Muslimah sangat menggiurkan bergelayut indah hingga membuat pak Renggo bergairah dan ingin meremas buah dada Muslimah yang mengkal itu. Namun pak Renggo tidak berani berbuat macam-macam pada isteri pak Syamsul yang telah berbaik hati memberinya pekerjaan meskipun sebagai tukang kebun. Muslimah yang telah lama tidak merasakan hangatnya batang penis lelaki jantan seperti punya Naryo kini Muslimah sangat merindukan kehangatan itu.<br /> Suaminya mas Syamsul tak mampu bercinta dan cepat berejakulasi hingga membuat Muslimah frustrasi dan kecewa selalu. Disuatu senja Muslimah melihat pak Renggo seketika Muslimah langsung terkesima saat melihat pak Renggo kencing dibalik pohon nangka sedang memegang penisnya yang tergantung panjang dan besar seperti pisang tanduk. Muslimah mengintip dari balik kaca hitam jendela rumahnya, dengan tubuh menggeletar Muslimah memandang batang kejantanan pak Renggo yang berwajah sangar itu namun alat kelaminnya sungguh membuat Muslimah jadi menggelegak nafsu birahinya.<br /> Muslimah tidak ingat lagi status sosialnya yang berdarah ningrat dan sebagai seorang isteri sah mas Syamsul, saat itu yang terbayang dalam pikirannya betapa nikmatnya penis besar panjang itu bila mengaduk-aduk dalam vaginanya. Pengalaman Muslimah saat disetubuhi oleh lelaki yang punya penis besar telah membangkitkan libidonya yang tertidur. Setelah selesai kencing, pak Renggo mengeringkan sisa air seninya dengan cara menggoyang-goyangkan penisnya.<br /> Meskipun penis itu dalam keadaan lemas namun begitu panjang dan besar sekali. Muslimah lalu membayangkan bagaimana bila penis itu dalam keadaan ereksi. Pak Renggo memang dengan sengaja melakukan itu karena bagaimana pun juga pak Renggo telah mengetahui bahwa ibu muda itu sedang terbelalak matanya melihat penisnya dari balik jendela berkaca hitam, pak Renggo sudah tahu kebiasaan Muslimah yang sering duduk menghadap jendela setiap sore hari sambil menghirup secangkir teh manis hangat.<br /> Maka dengan disengajanya lagi pak Renggo mengelus-ngelus batang kejantanannya yang berurat hingga ereksi seperti tongkat hitam, hanya itu yang bisa dilakukan oleh pak Renggo untuk memancing gairah ibu muda yang cantik isterinya pak Syamsul, adapun untuk berbuat selanjutnya pak Renggo tidak berani macam-macam.<br /> Mata Muslimah terbelalak lebar ketika melihat penis pak Renggo kian menegang dan besar dari balik jendela. Pak Renggo terus mengocok-ngocok penisnya disamping pohon nangka, dan terlihat wajah pak Renggo meringis nikmat sambil mengkhayalkan sedang menyetubuhi Muslimah, semakin lama semakin cepat kocokan pada penisnya, dan pak Renggo mengerang nikmat saat batang hitamnya menyemburkan lahar panas dan air mani pak Renggo seakan menyemprot ke jendela tempat dimana Muslimah terpaku menyaksikan pak Renggo beronani, karena jarak pohon nangka tempat pak Renggo beronani hanya berjarak dua meter dari jendela tempat Muslimah menyaksikan aksi gilanya pak Renggo.<br /> Tubuh Muslimahpun ikut menggeletar saat melihat semprotan air mani pak Renggo begitu jauh jangkauannya seakan-akan menyembur ke wajahnya. Tuntas sudah hasratnya pak Renggo mempertontonkan onaninya, dan pak Renggo berpura-pura tidak tahu kalau ibu muda itu menyaksikan betapa dahsyatnya semburan air mani yang keluar dari penis beruratnya, lalu pak Renggo berjalan masuk ke dalam rumah dinas itu menuju kamar mandi.<br /> Ketika saatnya makan malam tiba mas Syamsul mengajak pak Renggo untuk makan bersama, hidangan malam yang disediakan oleh Muslimah disantap habis oleh pak Renggo, dalam pikiran Muslimah bila seseorang dengan lahap menyantap makanannya hingga tuntas, lelaki tersebut pasti sangat lahap juga dalam bersetubuh. Malam itu Pak Renggo seperti tidak pernah ada kejadian apa-apa dihadapan ibu muda itu, walaupun pak Renggo tahu bahwa Muslimah selalu memperhatikan gerak geriknya disaat mereka bertiga makan bersama.<br /> Walaupun pak Renggo hanya bercelana komprang hitam namun Muslimah sangat tahu dibalik celana lebarnya tersembunyi batang penis panjang berurat yang tergantung sebesar pisang tanduk. Malam itu Muslimah gelisah saat berada ditempat tidur, disampingnya sang suami sudah tertidur pulas, Muslimah kemudian beranjak bangun keruang dapur untuk menghilangkan hausnya dan setibanya Muslimah didapur ia dikejutkan oleh suara pak Renggo yang menyapa ramah.<br /> “Belum tidur ya.. bu!,”<br />“Oh ya pak Renggo, saya haus nih dan mau minum, saya susah tidur malam ini pak Renggo, gak tau tuh kenapa malam ini saya sulit sekali tidur,”<br />“Oh mungkin ibu banyak pikiran barang kali”, kata pak Renggo, “Atau ibu masuk angin dan gak enak badan jadi susah tidurnya.”<br /> Lalu Muslimah ikut duduk disebuah bangku plastic yang tanpa sandaran, yang kemudian Muslimah terus menanggapi ucapannya pak Renggo sambil bercerita ngalor ngidul.<br /> “Ya pak mungkin saya masuk angin nih” dan tanpa disuruh oleh Muslimah pak Renggo telah berdiri dibelakang Muslimah seraya berbisik ditelinga ibu muda itu.<br />“Ibu saya pijati ya biar hilang masuk anginnya” sambil tangan pak Renggo mulai memijati dengan lembut pundak Muslimah.<br /> Muslimah lalu menganggukkan kepalanya tanda setuju untuk dipijati oleh pak Renggo. Tangan kekar pak Renggo serasa hangat dan geli dirasakan oleh Muslimah ketika menyentuh kulit halusnya, pijatan pak Renggo merambat naik ke leher jenjangnya dan dengan lembut pak Renggo memijat dengan jari-jarinya yang kasar pada tengkuk Muslimah, pijatan pak Renggo serasa nikmat dirasakan oleh Muslimah dan pada saat yang bersamaan sesuatu yang mengeras dan hangat menyentuh kulit punggung Muslimah dari balik baju tidurnya, pak Renggo tak hanya memijat pundak dan lehernya Muslimah akan tetapi juga pak Renggo menggesek-gesekan batang penisnya yang mulai menegang dari balik celana komprangnya pada punggung Muslimah.<br /> Perempuan itu mulai dijalari sensasi birahi dan tubuhnya menggeletar seketika saat tangan kekar pak Renggo turun menelusuri memijat kedua lengannya, entah disengaja atau tidak jari kasar pak Renggo menyenggol kedua payudaranya yang ranum itu, dan dengan batang kejantanan pak Renggo yang kian menegang yang semakin menekan punggungnya serasa mengalirkan arus hangat penuh rangsangan.<br /> Muslimah semakin mendesah ketika dengan tiba-tiba pak Renggo menciumi leher jenjangnya sambil berbisik ditelinga Muslimah.<br /> “Ibu ingin merasakan hangatnya kejantananku? Ayo bu, bilang aja jangan malu-malu, saya tau ibu sangat menginginkannya malam ini dan saya tahu pak Syamsul tidak pernah memuaskan hasrat ibu”,<br />“Agggh…”<br /> Muslimah bagai terhipnotis dengan ucapan lelaki tua itu, dan tubuh mulus isteri pak Syamsul sudah dalam keadaan telanjang ketika pak Renggo membopongnya masuk kedalam kamar yang sempit pak Renggo, Muslimah sudah sangat pasrah dalam cengkraman pak Renggo sebab didera nafsu birahi tinggi, meski pak Renggo telah berusia lanjut namun cara ia membuai kepekaan gairah kewanitaannya bisa diacungkan jempol hingga membuat Muslimah terbuai memasuki pusaran badai nafsu lelaki tua itu.<br /> Sekujur tubuh Muslimah habis dijilati dengan lidah kasar pak Renggo, dan buah dadanya tak luput dari sasaran mulut pak Renggo kemudian lelaki tua itu menghisap rakus putting susunya yang kian menegang, Muslimah mengerang bagai anak kucing ketika vaginanya dijilati oleh pak Renggo dan klitorisnya diemut emut gemas oleh lelaki tua itu, tubuh sintal Muslimah yang berdarah ningrat kian mengejang, tubuhnya melengkung keatas didera nikmat saat pak Renggo menggigit lembut klitorisnya.<br /> “Aaaagggh Oooh ampuuuun pak Renggo”, Muslimah berkelojotan ketika jilatan serta gigitan gemas pak Renggo pada vaginanya membuat Muslimah orgasme seketika, malam itu erangan nikmat Muslimah memenuhi ruang kamar yang sempit sesempit vaginanya yang diobok-obok pak Renggo.<br /> Ibu muda yang cantik beranak dua itu tak menghiraukan lagi keadaan sekitarnya, tak peduli bahwa suaminya sedang berada dirumah, kenikmatan itu telah membuat Muslimah jadi meracau tak karuan.<br /> “Ooooooh pak Renggo setubuhilah aku sesukamu, cepat pak. Kapan saja kalau bapak mau saya selalu bersedia disetubuhi.”<br /> Pak Renggo yang si tukang kebun telah membuat nyonya majikannya mengerang manja minta disetubuhi dengan permainan awalnya, sudah lama pak Renggo merindukan untuk dapat menyetubuhi perempuan cantik berdarah ningrat ini, namun baru malam itu pak Renggo dapat menyentuh kulit halus isteri pak Syamsul. Ketika mencapai puncak birahinya tiada lagi nampak watak darah birunya, yang ada hanya darah merah yang memacu jantungnya untuk mencapai klimaks nafsu birahi.<br /> Pak Renggo merenggangkan kaki indah Muslimah sambil dijilati telapak kakinya, tubuh Muslimah kian bergetar ketika jilatan lidah kasar pak Renggo pada telapak kakinya bagaikan arus aliran listrik yang menggelitik kepekaan simpul syarafnya, memek Muslimah nampak merah merekah dengan cairan bening yang telah meleleh keluar dari vagina saat otgasme, dan pemandangan lembah kenikmatan yang berumput subur itu membuat gairah nafsu pak Renggo menggelegak, penis beruratnya kian menegang dan Muslimah memejamkan matanya ketika batang hitam besar itu mulai menyentuh bibir vaginanya, Muslimah mengerang ketika pak Renggo mulai memasuki penisnya dengan perlahan.<br /> “Oooooh pak besarnya, sakiiiiiit pak. Pelan-pelan pak. Agggh… Ampuuun”<br />“Sakitnya cuma sebentar koq bu, ibu saya entot ya? Ibu ikhlaskan kalau ibu saya setubuhi? Ibu bisa membedakan rasanya jika dientot sama saya, ibu suka dengan kontol besar ini?”, dan kata-kata kotor pak Renggo kian membuat nafsu birahi Muslimah memuncak, kata-kata itu seakan menghipnotis jiwanya yang akhirnya batang besar panjang pak Renggo semakin masuk kedalam liang vagina Muslimah yang sempit itu.<br /> Blesssss…<br /> Pak Renggo mendiamkan penisnya sesaat agar Muslimah dapat meresapi nikmatnya kedutan penis besarnya dan beradaptasi. Tubuh Muslimah menggeletar ketika menerima hangatnya kejantanan pak Renggo, liang vaginanya serasa sesak seakan hendak pecah, dan rasa kenikmatan mulai menderanya ketika pak Renggo dengan perlahan menarik penis itu hingga yang tersisa kepala penis yang masih menempel dibibir vagina, lalu dengan menghentak deras disorongkan masuk kembali kedalam memek Muslimah dan itu dilakukan pak Renggo berulang-ulang kali hingga membuat biji mata Muslimah terbeliak keatas, seperti anjing yang sedang kawin Muslimah melolong histeris.<br /> “Oooooh ampunnnn pak, enaaaak, setubuhi saya paaaak terus pak” ibu muda yang berjilbab bila berada diluar rumah kini mengerang nikmat saat vaginanya ditusuk dengan penis hitam besar.<br /> Lelaki tua yang bernama Renggo itu telah membuat sukma Muslimah serasa terbang ke awang-awang dan tubuh keduanya telah bersimbah keringat birahi, dengan gagah perkasa pak Renggo memacu kuda betinanya yang cantik dalam dekapan dan hentakan batang kejantanannya.<br /> “Bagaimana Bu?. Enak ya rasa kontol besar panjang? He… heee… Ayo bu goyangin pantatnya dong. Rupanya ibu suka dientot sama penis besar ya?”. Dan kata-kata kotor pak Renggo membuat Muslimah semakin terangsang, kata kotor yang penuh sensasi itu dibisikan pak Renggo pada telinganya berulang-ulang sambil tetap mengayunkan pantatnya naik turun, gerakan hentakan penis pak Renggo mulai tak teratur lagi karena ikut didera nafsu birahi saat menyetubuhi wanita bertubuh sintal itu.<br /> Muslimah pun dapat membedakan rasa kenikmatan yang didapat dari pak Renggo dengan sewaktu Muslimah disetubuhi oleh suaminya belum pernah ia merasakan desakan nafsu begitu sangat memuncaknya sampai ke ubun-ubun, permainan seks pak Renggo telah membuat Muslimah orgasme berkali-kali.<br /> “Ouuugh bu. Memek ibu sungguh legit. Enak rasanya. Ssssaya mauuu keluar juga bu. Di dalam apa diluar nih?”<br />“Oooooh pak. Aaaampuuuun enaaaaknya di dalam saja, semburkan cepaaaat di dalam pejuhnya paaaaak, Aaaaghhh ampuuuun”.<br />“Ibu mau kalau saya hamili?”.<br />“Aaaaghhhh… Ya yaaa pak hamili saja saya pak Renggo”. Akal pikiran Muslimah telah buntu karena didera oleh kenikmatan dari semburan lahar panas lelaki itu, hingga tanpa sadar Muslimah meracau tak karuan.<br /> Air mani pak Renggo yang menyembur sangat deras itu menyentuh dasar rahimnya sehingga membuat Muslimah berkelojotan dengan tubuh melengkung naik keatas mengangkat tubuh pak Renggo yang menindihnya. Penis berurat pak Renggo semakin dalam menusuk vagina Muslimah sampai mentok didasarnya. Pak Renggo mengaum bagaikan harimau luka, penisnya serasa disedot oleh cengkraman denyut memek Muslimah yang menggigit lembut.<br /> “Ooooh memek ibu enaaaaak teunaaaan”.<br /> Dan tubuh keduanya melekat jadi satu dengan deru nafas saling memburu keduanya mencapai puncak birahi. Muslimah tak menyangka walau tinggal di pulau terpencil ini ia bisa menikmati kembali sempurnanya permainan seks meski dengan lelaki tua namun sangat perkasa diranjang. Dan penampilan Muslimah sehari-hari tetap seperti biasanya, dengan baju panjang dan berjilbab namun Muslimah sudah bukan Muslimah yang seperti dulu lagi. Wanita berdarah ningrat yang alim itu namun dibelakang suaminya Muslimah adalah sosok perempuan yang haus akan batang kejantanan lelaki perkasa.<br /> Akibat Muslimah telah diperkosa oleh sahabat suaminya membuat Muslimah merindukan selalu batang kejantanan lelaki perkasa untuk dapat memuaskan dahaganya, Muslimah kini mengalami kelainan seks dan ia akan merasa puas bila disetubuhi oleh lelaki yang berpenis besar serta panjang. Dan untuk memenuhi hasratnya Muslimah telah mendapatkan dari tukang kebunnya, dan peluang itu juga tidak disia-siakan oleh pak Renggo untuk mencicipi tubuh seksi perempuan yang berdarah ningrat untuk disetubuhi.<br /> Bila mas Syamsul pergi kota untuk beberapa hari, kesempatan untuk menyetubuhi Muslimah semakin leluasa dilakukan, dan terkadang Muslimah merengek-rengek minta disetubuhi oleh pak Renggo meski sang suami masih berada dirumah, Muslimah sering menyelinap masuk kedalam kamarnya pak Renggo dalam keadaan telanjang, dikamar sempit itu makhluk yang berlainan jenis itu memacu birahi liar dan buah dada Muslimah yang montok indah akan selalu menjadi sasaran mulut pak Renggo untuk menyusu pada ibu muda itu. Erangan nikmat Muslimah serta goyangan erotisnya ketika disetubuhi pak Renggo menjadi obat perangsang birahi buat lelaki tua itu untuk selalu menghempaskan Muslimah kepusaran badai kenikmatannya.<br /> Jadilah Muslimah budak nafsunya pak Renggo dan pak Renggo selalu membuat tuntas nafsu birahi Muslimah hingga Muslimah dibuat mengerang… mengejang…<br /> Ketika dengan liar Muslimah bergoyang erotis diatas tubuh kekar pak Renggo, sambil meremas-remas payudara Muslimah, mata pak Renggo merem melek menikmati goyangan pinggul Muslimah dengan vaginanya yang penuh disesaki oleh penis beruratnya. Muslimah bagaikan penari jalang saat menghentakan pinggulnya naik turun dengan kedua tangannya bertumpu di dada bidang pak Renggo.<br /> “Oooooh yeeeeah” tubuh ibu muda itu meliuk-liuk bagai penari jalang,<br />“Aaaggggh… Ouuuuuph… paaaak… kontolnya sampai mentoooook, enak paaaak”.<br /> Tubuh Muslimah berkilau indah bermandikan keringat birahi ketika berada diatas tubuh kekar yang dikangkanginya. Muslimah dengan bersemangat memacu kuda jantannya untuk mencapai puncak kenikmatan yang hendak diraihnya, ayunan vaginanya yang naik turun semakin liar membenam pada penis berurat pak Renggo dan memek Muslimah semakin basah oleh lendir pelicin yang mengalir dari liang vagina.<br /> Dengan kepala mendongak keatas dan biji mata membelalak Muslimah terus dan terus memacu diatas tubuh kekar lelaki tua tukang kebunnya. Pak Renggo memberikan kesempatan pada ibu muda itu untuk meraih sendiri kenikmatan nafsu birahi, tangan kekar pak Renggo tidak tinggal diam, dengan kasar diremasnya pantat bahenol Muslimah hingga Muslimah mengerang menahan sakit bercampur nikmat, remasan kasar disertai hentakan dari penis yang menusuk keatas kian liar.<br /> Ketika Muslimah akan mencapai pada puncak birahinya, lalu disambarnya bibir pak Renggo dan Muslimah melumat gemas dengan bibir sensualnya sambil terus mengayunkan pantatnya naik turun. Tubuh keduanya melekat jadi satu bersimbah keringat birahi tinggi.<br /> “Ooooouuh, ammmpun.. enaaak”, dan tubuh Muslimah berkejat-kejat diatas tubuh pak Renggo saat ia mendapatkan orgasmenya yang sempurna.<br /> Muslimah memeluk erat tubuh kekar lelaki tua itu hingga kedua payudaranya melekat di dada berotot pak Renggo. Dan kini perempuan cantik berdarah ningrat itu ditindih gantian lagi oleh pak Renggo dan dengan buasnya pak Renggo menyetubuhi ibu muda itu sampai tubuhnya berkelojotan mendapatkan orgasmenya kembali, pak Renggo belum merasa puas kalau belum bisa membuat Muslimah mengerang histeris saat ia setubuhi, lalu ditengkurapkan tubuh Muslimah dengan posisi menungging dan dengan keras dihujamkan penis beruratnya ke dalam vagina yang sempit itu, tubuh Muslimah bergetar hebat saat Penis pak Renggo amblas masuk ke dalam liang memeknya yang telah becek, sambil meremas payudara indah Muslimah pak Renggo mengayunkan penisnya maju mundur dengan ganas dan liar, dengan geramnya kulit punggung Muslimah yang halus itu digigit oleh pak Renggo, rasa sakit bercampur dengan nikmat membuat tubuh Muslimah mengejang mengerang histeris.<br /> “Aaammmpuuuuuun pak.. Ooooh terus pak.. entotin saya yang kuat paaaaak”.<br /> Batang penis besar itu seakan merobek liang vagina Muslimah dan kedutan penis yang keras itu membuat dinding vaginanya secara elastis ikut berdenyut meremas-remas kontol pak Renggo.<br /> “Ouuuuh.. Aggghh..”<br /> Pak Renggo dibuat mengerang oleh cengkraman vagina Muslimah yang berdenyut-denyut, lelaki tua itu masih tetap mempertahankan ejakulasinya agar jangan meledakan lahar hangat dipertengahan permainan liarnya saat memacu kuda betina yang sedang meringkik nikmat menuju garis finish. Rambut panjang Muslimah dibuat bagaikan tali kekang dan hentakan penis pak Renggo terkadang cepat terkadang perlahan. Saat ayunan penis pak Renggo dibuat perlahan dan lembut Muslimah mengerang, mengejang dan meracau.<br /> “Ooooh… enak… enaaaak pak, terus paaaak saya suka dientot sama kontol besaaaaaar paaaaak”<br /> Dan pantat Muslimah bergoyang erotis mengikuti irama ayunan hujaman penis pak Renggo, tubuhnya menggeletar dan rasa sakit rambutnya yang dijambak oleh pak Renggo bercampur dengan rasa nikmat. Wajah Muslimah menengadah ke langit-langit kamar dengan kedua matanya terpejam, menikmati gesekan penis pak Renggo bagaikan gelombang disamudera.<br /> “Ayooo bu goyang terus!…. Ayo sayangku yang binal goyang terus, teruuuus,”<br /> Dan buah pantat Muslimah dipukuli oleh telapak tangan kasar pak Renggo, rasa sakit bercampur nikmat itu membuat gairah Muslimah semakin menggebu bagai orang kesurupan Muslimah menggoyangkan pinggulnya mengikuti irama tusukan penis pak Renggo. Tangan kekar pak Renggo tak pernah diam dan dengan gemas diremasnya kedua payudara Muslimah dengan kasar serta ayunan penisnya semakin liar dan cepat, dengan nafas memburu pak Renggo menghujamkan penis besarnya keluar masuk. Muslimah mengerang histeris bagai orang gila, tubuh Muslimah ikut berguncang-guncang akibat hentakan penis pak Renggo yang menyetubuhinya dari arah belakang.<br /> “Aaaaaapuuuuuun pak… Oooooh…”.<br /> Muslimah melolong panjang dengan tubuh berkelojotan, sambil mendekap dan meremas payudara Muslimah. Lalu pak Renggo membisikan sesuatu pada ibu muda itu.<br /> “Ibu suka ya kalau saya entotin?. Ayoo bilang bu.”<br />“Yaaaa paak… teruuuus… enaaak pak”.<br />“Nah… artinya ibu sudah jadi isteri yang jalang yang suka kontol. Ayoo jawab… manisku.” Karena didera oleh rasa akan mencapai puncak kenikmatan, Muslimah menjawab sambil merengek.<br />“Oooooh pak… terus pak… setubuhi saya sesukamu. Aaaaah Ouuuuhggg… saya suka dientot sama bapak”.<br /> Tiba-tiba dengan kuat dan kasar pak Renggo menghujamkan penis besarnya kembali hingga membuat Muslimah menjerit histeris.<br /> “Ouuuuggh… Ampuuuuuuun saya sampai paaaak… enaaaaak pak… teruuuuus pak entot yang kuat”.</span></span>Cerita Seruhttp://www.blogger.com/profile/11284718548711892644noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6786224700136029903.post-89536903209476953142017-11-27T18:06:00.000-08:002017-12-07T06:53:50.084-08:00Kulihat pantat ibu mertuaku yang demplon itu..kuremas keras keras...Namaku Redi, aku asli palembang umurku 24 tahun, sekarang aku tinggal di bandung bersama istri di rumah mertuaku. Aku masih nganggur sama dengan istriku, sehingga kerjaanku tidur melulu, karena itulah mertuaku membenciku terutama ibu mertuaku. Aku sangat kesal oleh ulah ibu mertuaku itu aku ingin balas dendam, pikiranku baru terlaksana ketika siang itu aku hanya tinggal dengan ibu mertua dan anaknya yang masih balita.. <br /><br /><div style="text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-PKhfUj83lls/VkX4sD--pVI/AAAAAAAAASs/sjRXq9dxiu0/s1600/mertuaku.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="640" src="https://4.bp.blogspot.com/-PKhfUj83lls/VkX4sD--pVI/AAAAAAAAASs/sjRXq9dxiu0/s640/mertuaku.jpg" width="480" /></a></div><div style="text-align: center;"><b>MERTUAKU</b></div>Aku mengendap mendekati kamar mertuaku, ..pintunya tidak terkunci..kubuka pintu itu....ternyata ibu mertuaku sedang menyusui anaknya sambil tertidur pulas..... Aku kunci pintu ...dan perlahan kudekati tubuh ibu mertuaku.... <span class="fullpost">wow ternyata ibu mertuaku masih sexy tubuhnya meskipun usianya sudah berumur 42 tahun, dia mengenakan daster yang tersingkap sehingga paha mulusnya terlihat jelas....birahiku tak tertahankan lagi aku lucuti seluruh pakaianku hingga telanjang bulat...kontolku mengeras dengan panjang 18 cm dan lebar 4 cm...mengangguk angguk ingin mencari lobang memek yang sangat nikmat..... aku rebahkan tubuhku dibelakang punggung ibu mertuaku....perlahan kusingkapkan dasternya hingga pinggang....terlihat celana dalam ibu mertuaku berwarna krim...aku semakin tak sabaran lagi...kupelorotkan cd ibu mertuaku sampai lututnya...aku raba bagian selangkangannya...perlahan kuangkat kaki kiri mertuaku dan ku selipkan kakiku diantara kakinya...penisku mulai menjelajahi pantat ibu mertuaku lalu bergerak ke bawah membelah vagina ibu mertuaku...dengan satu hentakan.."hegg...blesss..blepp...blepp"...penisku menembus lobang memek ibu mertuaku... <br /><br />ibu mertuaku yang sedang menyusui anaknya terbangun karena merasakan suatu benda tumpul menerobos alat kelaminnya....."..redi apa-apaan ini..aduh..."ibu mertuaku menjerit kesakitan...aku langsung merobek dasternya dan membekap mulut ibu meruaku dengan daster itu..."diem mah...diem...rasain nih kontol gue...hhiaa..ahhhhh"..aku langsung menekan dalam dalam penisku kedalam memek ibu mertuaku.."..aarrrgghhhh..akhhh...ooohh...aammmmpuuunnn reesdd..aasshh...""...blepp croot..cret..crett..plek.."akibat gesekan kontol ku dengan liang vaginanya...terdengar suara aneh yang membuat aku semakin kesetanan..."diem lo mah..kalo ngga ..aku ngga segan segan membunuh anakmu itu.."!!..akhirnya ibu mertuaku terdiam dia ngga' mau terjadi sesuatu terhadap anak bungsunya yang paling disayanginya itu... karena bosan dengan gaya miring...aku balikkan tubuh ibu mertuaku, sehingga dia tertelungkup...gaya ini membuat aku semakin terangsang....kulihat pantat ibu mertuaku yang demplon itu..kuremas keras keras...ibu mertuaku tidak dapat berteriak karena kusumpal mulutnya dengan dasternya.... <br /><br />Aku langsung menindih tubuh ibu mertuaku...kuregangkan kedua kaki ibu mertuaku...penisku semakin keras...sementara kedua tangan ku memegang bokong ibu mertuaku...lalu kutekan bokongnya sampai lubang memeknya trtarik keatas..."hehehe...wah..sudah merah nih mah...rasain nih..."pelan pelan penisku menerobos vagina ibu mertuaku lalu kugenjot lagi memeknya..."mmmh...mmmhhh..."kedua kaki ibu mertuaku bergetar ketika penisku masuk semuanya kedalam lobang kelaminnya..."ahh..ooooohhh...ennnaaaaakkk...ooohhh..uuhhh..."...tiba tiba ada suatu kekuatan besar yang hendak keluar dari penisku...kelihatannya ibu mertuaku menyadarinya dia geleng gelengkan kepalanya....tapi gue tidak perduli...beberapa saat kemudian..tubuhku meregang...dan .."crooott...croottt..creep..crooott.."spermaku muncrat kedalam rahim ibu mertuaku...tubuhnya mengejang ngejang...lalu kuremas payudaranya pelan pelan oh bu....nikmat banget sih memeknya...ibu mertuaku hanya bisa menangis....tubuhku dan tubuhnya mengeluarkan keringat...yang membuatku bergairah lagi...kucabut penisku pelan pelan ...dan kuancam ibu mertuaku untuk tidak melaporkan peristiwa ini kepada suaminya...kutinggalkan tubuh ibu mertuaku yang tergolek tak berdaya....dengan senyum kepuasan....... <br />T A M A T</span>Cerita Seruhttp://www.blogger.com/profile/11284718548711892644noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6786224700136029903.post-67286402170632883922017-11-27T18:00:00.000-08:002017-12-07T06:53:50.419-08:00“Ayo dong Citra… emut, sepongan kamu kan mantep banget”Nama saya Citra (samaran) , dan saya adalah mahasiswa semester 5 di salah satu universitas swasta ternama di bilangan Jakarta Pusat , dan apa yang akan saya ceritakan disini adalah kisah yang terjadi sekitar beberapa tahun yang lalu.<br /><br />Hari Rabu adalah hari yang paling melelahkan bagiku ketika semester lima, bagaimana tidak, hari itu aku ada tiga mata kuliah, dua yang pertama mulai jam 9 sampai jam tiga dan yang terakhir mulai jam lima sampai jam 7 malam, belum lagi kalau ada tugas bisa lebih lama deh. Ketika itu aku baru menyerahkan tugas diskusi kelompok sekitar jam 7 lebih. Waktu aku dan teman sekelompokku, si Dimas selesai, di kelas masih tersisa enam orang dan Pak Didi , sang dosen.<br /><br />“Bareng yuk jalannya, parkir dimana Citra ?” ajak Dimas “Jauh nih, di deket psikologi, rada telat sih tadi”<br /><br />Dimas pulang berjalan kaki karena kostnya sangat dekat dengan kampus. Sebenarnya kalau menemaniku dia harus memutar agak jauh dari jalan keluar yang menuju ke kostnya, mungkin dia ingin memperlihatkan naluri prianya dengan menemaniku ke tempat parkir yang kurang penerangan itu. Dia adalah teman seangkatanku dan pernah terlibat one night stand denganku. Orangnya sih lumayan cakep dengan rambut agak gondrong dan selalu memakai pakaian bermerek ke kampus, juga terkenal sebagai buaya kampus.<br /><br /><br /><br /><br /><div style="text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-BGQCgtnatkQ/ViZheDjGBJI/AAAAAAAAAKc/NIOTqduWq2w/s1600/citra.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="640" src="https://3.bp.blogspot.com/-BGQCgtnatkQ/ViZheDjGBJI/AAAAAAAAAKc/NIOTqduWq2w/s640/citra.jpg" width="478" /></a></div><div style="text-align: center;"> <b>CITRA</b></div>Malam itu hanya tinggal beberapa kendaraan saja di tempat parkir itu. Terdengar bunyi sirine pendek saat kutekan remote mobilku. Akupun membuka pintu mobil dan berpamitan padanya. Ketika aku menutup pintu, tiba-tiba aku dikejutkan oleh Dimas yang membuka pintu sebelah dan ikut masuk ke mobilku.<br /><br />“Eeii… mau ngapain kamu ?” tanyaku sambil meronta karena Dimas mencoba mendekapku.<br /><br />“Ayo dong Citra, kita kan sudah lama nggak melakukan hubungan badan nih, saya kangen sama vagina kamu nih” katanya sambil menangkap tanganku.<br /><br />“Ihh… nggak mau ah, saya capek nih, lagian kita masih di tempat parkir gila !” tolakku sambil berusaha lepas.<br /><br />Karena kalah tenaga dia makin mendesakku hingga mepet ke pintu mobil dan tangan satunya berhasil meraih payudaraku lalu meremasnya. “Dimas… jangan… nggak mmhhh!” dipotongnya kata-kataku dengan melumat bibirku.<br /><br />Jantungku berdetak makin kencang, apalagi Dimas menyingkap kaos hitam ketatku yang tak berlengan dan tangannya mulai menelusup ke balik BH- ku. Nafsuku terpancing, berangsur-angsur rontaanku pun melemah. Rangsangannya dengan menjilat dan menggigit pelan bibir bawahku memaksaku membuka mulut sehingga lidahnya langsung menerobos masuk dan menyapu telak rongga mulutku, mau tidak mau lidahku juga ikut bermain dengan lidahnya. Nafasku makin memburu ketika dia menurunkan cup BH ku dan mulai memilin-milin putingku yang kemerahan. Teringat kembali ketika aku ML dengannya di kostnya dulu. Kini aku mulai menerima perlakuannya, tanganku kulingkarkan pada lehernya dan membalas ciumannya dengan penuh gairah. Kira-kira setelah lima menitan kami ber-French kiss, dia melepaskan mulutnya dan mengangkat kakiku dari jok kemudi membuat posisi tubuhku memanjang ke jok sebelah. Hari itu aku memakai bawahan berupa rok dari bahan jeans 5 cm diatas lutut, jadi begitu dia membuka kakiku, langsung terlihat olehnya pahaku yang putih mulus dan celana dalam pink-ku.<br /><br />“Kamu tambah nafsuin aja Citra, saya sudah tegangan tinggi nih” katanya sambil menaruh tangannya dipahaku dan mulai mengelusnya.<br /><br />Ketika elusannya sampai di pangkal paha, diremasnya daerah itu dari luar celana dalamku sehingga aku merintih dan menggeliat. Reaksiku membuat Dimas makin bernafsu, jari-jarinya mulai menyusup ke pinggiran celana dalamku dan bergerak seperti ular di permukaannya yang berbulu. Mataku terpedam sambil mendesah nikmat saat jarinya menyentuh klistorisku. Kemudian gigitan pelan pada pahaku, aku membuka mata dan melihatnya menundukkan badan menciumi pahaku. Jilatan itu terus merambat dan semakin jelas tujuannya, pangkal pahaku. Dia makin mendekatkan wajahnya ke sana sambil menaikkan sedikit demi sedikit rokku.<br /><br />Dan… oohh… rasanya seperti tersengat waktu lidahnya menyentuh bibir vaginaku, tangan kanannya menahan celana dalamku yang disibakkan ke samping sementara tangan kirinya menjelajahi payudaraku yang telah terbuka.<br /><br />Aku telah lepas kontrol, yang bisa kulakukan hanya mendesah dan menggeliat, lupa bahwa ini tempat yang kurang tepat, goyangan mobil ini pasti terlihat oleh orang di luar sana. Namun nafsu membuat kami terlambat menyadari semuanya. Di tengah gelombang birahi ini, tiba- tiba kami dikejutkan oleh sorotan senter beserta gedoran pada jendela di belakangku. Bukan main terkejutnya aku ketika menengok ke belakang dan melihat dua orang satpam sampai kepalaku kejeduk jendela, begitu juga Dimas, dia langsung tersentak bangun dari selangkanganku. Satu dari mereka menggedor lagi dan menyuruh kami turun dari mobil. Tadinya aku mau kabur, tapi sepertinya sudah tidak keburu, lagian takutnya kalau mereka mengejar dan memanggil yang lain akan semakin terbongkar skandal ini, maka kamipun memilih turun membicarakan masalah ini baik-baik dengan mereka setelah buru-buru kurapikan kembali pakaianku.<br /><br />Mereka menuduh kami melakukan perbuatan mesum di areal kampus dan harus dilaporkan. Tentu saja kami tidak menginginkan hal itu terjadi sehingga terjadi perdebatan dan tawar-menawar di antara kami. Kemudian yang agak gemuk dan berkumis membisikkan sesuatu pada temannya, entah apa yang dibisikkan lalu keduanya mulai cengengesan melihat ke arahku. Temannya yang tinggi dan berumur 40-an itu lalu berkata,<br /><br />“Gini saja, bagaimana kalau kita pinjam sebentar cewek kamu buat biaya tutup mulut ?”<br /><br />Huh, dasar pikirku semua laki-laki sama saja pikirannya tak jauh dari selangkangan. Rupanya dalam hal ini Dimas cukup gentleman juga, walaupun dia bukan pacarku, tapi dia tetap membelaku dengan menawarkan sejumlah uang dan berbicara agak keras pada mereka. Di tengah situasi yang mulai memanas itu akupun maju memegangi tangan Dimas yang sudah terkepal kencang.<br /><br />“Sudahlah Mas, nggak usah buang-buang duit sama tenaga, biar saya saja yang beresin” kataku<br /><br />“Ok, bapak-bapak saya turuti kemauan kalian tapi sesudahnya jangan coba ungkit-ungkit lagi masalah ini !”<br /><br />Walaupun Dimas keberatan dengan keputusanku, namun dia mau tidak mau menyerah juga. Aku sendiri meskipun kesal tapi juga menginginkannya untuk menuntaskan libidoku yang tanggung tadi, lagipula bermain dengan orang-orang seperti mereka bukan pertama kalinya bagiku. Singkat cerita kamipun digiring mereka ke gedung psikologi yang sudah sepi dan gelap, di ujung koridor kami disuruh masuk ke suatu ruangan yang adalah toilet pria. Salah seorang menekan sakelar hingga lampu menyala, cukup bersih juga dibanding toilet pria di fakultas lainnya pikirku.<br /><br />“Nah, sekarang kamu berdiri di pojok sana, perhatiin baik-baik kita ngerjain cewek kamu !” perintah yang tinggi itu pada Dimas.<br /><br />Di sudut lain mereka berdiri di sebelah kanan dan kiriku menatapi tubuhku dalam pakaian ketat itu. Sorot mata mereka membuatku nervous dan jantungku berdetak lebih cepat, kakiku serasa lemas bak kehilangan pijakan sehingga aku menyandarkan punggungku ke tembok.<br /><br />Kini aku dapat melihat nama-nama mereka yang tertera di atas kantong dadanya. Yang tinggi dan berusia sekitar pertengahan 40 itu namanya Egy , dan temannya yang berkumis itu bernama Romli . Pak Egy mengelusi pipiku sambil menyeringai mesum.<br /><br />“Hehehe… cantik, mulus… wah beruntung banget kita malam ini !” katanya<br /><br />“Kenalan dulu dong non, namanya siapa sih ?” tanya Pak Romli sambil menyalami tanganku dan membelainya dari telapak hingga pangkalnya, otomatis bulu-buluku merinding dan darahku berdesir dielus seperti itu.<br /><br />“Citra” jawabku dengan agak bergetar.<br /><br />“Wah Citra yah, nama yang indah kaya orangnya, pasti dalemnya juga indah” Pak Egy menimpali dan disambut gelak tawa mereka.<br /><br />“Non Citra coba sun saya dong, boleh kan ?” pinta Pak Romli memajukan wajahnya<br /><br />Aku tahu itu bukan permintaan tapi keharusan, maka kuberikan satu kecupan pada wajahnya yang tidak tampan itu.<br /><br />“Ahh…non Citra ini di mobil lebih berani masak di sini cuma ngecup aja sih, gini dong harusnya” Kata Pak Egy seraya menarik wajahku dan melumat bibirku.<br /><br />Aku memejamkan mata mencoba meresapinya, dia makin ganas menciumiku ditambah lagi tangannya sudah mulai meremas-remas payudaraku dari luar. Lidahnya masuk bertemu lidahku, saling menjilat dan berpilin, bara birahi yang sempat padam kini mulai terbakar lagi, bahkan lebih dahsyat daripada sebelumnya. Aku makin berani dan memeluk Pak Egy, rambutnya kuremas sehingga topi satpamnya terjatuh. Sementara dibawah sana kurasakan sebuah tangan yang kasar meraba pahaku. Aku membuka mata dan melihatnya, disana Pak Romli mulai menyingkap rokku dan merabai pahaku.<br /><br />Pak Egy melepas ciumannya dan beralih ke sasaran berikutnya, dadaku. Kaos ketatku disingkapnya sehingga terlihatlah buah dadaku yang masih terbungkus BH pink, itupun juga langsung diturunkan.<br /><br />“Wow teteknya montok banget non, putih lagi” komentarnya sambil meremas payudara kananku yang pas di tangannya.<br /><br />Pak Romli juga langsung kesengsem dengan payudaraku, dengan gemas dia melumat yang kiri. Mereka kini semakin liar menggerayangiku. Putingku makin mengeras karena terus dipencet-pencet dan dipelintir Pak Egy sambil mencupangi leher jenjangku, dia melakukannya cukup lembut dibandingkan Pak Romli yang memperlakukan payudara kiriku dengan kasar, dia menyedot kuat-kuat dan kadang disertai gigitan sehingga aku sering merintih kalau gigitannya keras. Namun perpaduan antara kasar dan lembut ini justru menimbulkan sensasi yang khas.<br /><br />Tak kusadari rokku sudah terangkat sehingga angin malam menerpa kulit pahaku, celana dalamku pun tersingkap dengan jelas. Pak Romli menyelipkan tangannya ke balik celana dalamku sehingga celana dalamku kelihatan menggembung. Tangan Pak Egy yang lainnya mengelusi belakang pahaku hingga pantatku. Nafasku makin memburu, aku hanya memejamkan mata dan mengeluarkan desahan-desahan menggoda. Aku merasakan vaginaku semakin basah saja karena gesekan-gesekan dari jari Pak Romli, bahkan suatu ketika aku sempat tersentak pelan ketika dua jarinya menemukan lalu mencubit pelan biji klitorisku. Reaksiku ini membuat mereka semakin bergairah. Pak Romli meraih tangan kiriku dan menuntunnya ke penisnya yang entah kapan dia keluarkan.<br /><br />“Waw…keras banget, mana diamaternya lebar lagi” kataku dalam hati “bisa mati orgasme nih saya”<br /><br />Aku mengocoknya perlahan sesuai perintahnya, semakin kukocok benda itu makin membengkak saja.<br /><br />Pak Romli menarik tangannya keluar dari celana dalamku, jari-jarinya basah oleh cairan vaginaku yang langsung dijilatinya seperti menjilat madu. Kemudian aku disuruh berdiri menghadap tembok dan menunggingkan pantatku pada mereka, kusandarkan kedua tanganku di tembok untuk menyangga tubuhku.<br /><br />“Asyik nih, malam ini kita bisa ngerasain pantat si non yang putih mulus ini” celoteh Pak Romli sambil meremasi bongkahan pantatku yang sekal.<br /><br />Aku menoleh ke belakang melihat dia mulai menurunkan celana dalamku, disuruhnya aku mengangkat kaki kiri agar bisa meloloskan celana dalam. Akhirnya pantatku yang sudah telanjang menungging dengan celana dalamku masih menggantung di kaki kanan.<br /><br />“Pak masukin sekarang dong” pintaku yang sudah tidak sabar marasakan batang-batang besar itu menjejali vaginaku.<br /><br />“Sabar non, bentar lagi, bapak suka banget nih sama vagina non, wangi sih !” kata Pak Romli yang sedang menjilati vaginaku yang terawat baik.<br /><br />ak Usep mendorong penisnya pada vaginaku, walaupun sudah becek oleh lendirku dan ludahnya, aku masih merasa nyeri karena penisnya yang tebal tidak sebanding ukurannya dengan liang senggamaku. Aku merintih kesakitan merasakan penis itu melesak hingga amblas seluruhnya. Tanpa memberiku waktu beradaptasi, dia langsung menyodok-nyodokkan penisnya dengan kecepatan yang semakin lama semakin tinggi. Pak Egy sejak posisiku ditunggingkan masih betah berjongkok diantara tembok dan tubuhku sambil mengenyot dan meremas payudaraku yang tergantung persis anak sapi yang sedang menyusu dari induknya. Pak Romli terus menggenjotku dari belakang sambil sesekali tangannya menampar pantatku dan meninggalkan bercak merah di kulitnya yang putih. Genjotannya semakin mambawaku ke puncak birahi hingga akupun tak dapat menahan erangan panjang yang bersamaan dengan mengejangnya tubuhku.<br /><br />Tak sampai lima menit dia pun mulai menyusul, penisnya yang terasa makin besar dan berdenyut-denyut menggesek makin cepat pada vaginaku yang sudah licin oleh cairan orgasme.<br /><br />“Ooohh… oohh… di dalam yah non… sudah mau nih” bujuknya dengan terus mendesah “Ahh… iyahh… di dalam aja… ahh” jawabku terengah-engah di tengah sisa-sisa orgasme panjang barusan.<br /><br />Akhirnya diiringi erangan nikmat dia hentikan genjotannya dengan penis menancap hingga pangkalnya pada vaginaku, tangannya meremas erat-erat pinggulku. Terasa olehku cairan hangat itu mengalir memenuhi rahimku, dia baru melepaskannya setelah semprotannya selesai. Tubuhku mungkin sudah ambruk kalau saja mereka tidak menyangganya kuhimpun kembali tenaga dan nafasku yang tercerai-berai. Setelah mereka melepaskan pegangannya, aku langsung bersandar pada tembok dan merosot hingga terduduk di lantai. Kuseka dahiku yang berkeringat dan menghimpun kembali tenaga dan nafasku yang tercerai- berai, kedua pahaku mengangkang dan vaginaku belepotan cairan putih seperti susu kental manis.<br /><br />“Hehehe…liat nih, air sperma saya ada di dalam vagina wanita kamu” kata Pak Romli pada Dimas sambil membentangkan bibir vaginaku dengan jarinya, seolah ingin memamerkan cairan spermanya pada Dimas yang mereka kira pacarku.<br /><br />Opps…omong-omong tentang Dimas, aku hampir saja melupakannya karena terlalu sibuk melayani kedua satpam ini, ternyata sejak tadi dia menikmati liveshow ini di sudut ruangan sambil mengocok-ngocok penisnya sendiri. Kasihan juga dia pikirku cuma bisa melihat tapi tidak boleh menikmati, dasar buaya sih, begitu pikirku. Sekarang, Pak Romli menarik rambutku dan menyuruhku berlutut dan membersihkan penisnya, Pak Egy yang sudah membuka celananya juga berdiri di sebelahku menyuruhku mengocok penisnya.<br /><br />Hhmmm…nikmat sekali rasanya menjilati penisnya yang berlumuran cairan kewanitaanku yang bercampur dengan sperma itu, kusapukan lidahku ke seluruh permukaannya hingga bersih mengkilap, setelah itu juga kuemut-emut daerah helmnya sambil tetap mengocok milik Pak Egy dengan tanganku. Aku melirik ke atas melihat reaksinya yang menggeram nikmat waktu kugelikitik lubang kencingnya dengan lidahku.<br /><br />“Hei, sudah dong saya juga mau disepongin sama si non ini” potong Pak Egy ketika aku masih asyik memain-mainkan penis Pak Romli.<br /><br />Pak Egy meraih kepalaku dan dibawanya ke penisnya yang langsung dijejali ke mulutku. Miliknya memang tidak sebesar Pak Romli, tapi aku suka dengan bentuknya lebih berurat dan lebih keras, ukurannya pun pas dimulutku yang mungil karena tidak setebal Pak Romli, tapi tetap saja tidak bisa masuk seluruhnya ke mulut karena cukup panjang. Aku mengeluarkan segala teknik menyepongku mulai dari mengulumnya hingga mengisap kuat-kuat sampai orangnya bergetar hebat dan menekan kepalaku lebih dalam lagi. Waktu sedang enak-enak menyepong, tiba- tiba Dimas mengerang, memancingku menggerakkan mata padanya yang sedang orgasme swalayan, spermanya muncrat berceceran di lantai. Pasti dia sudah horny banget melihat adegan-adegan panasku.<br /><br />Merasa cukup dengan pelayanan mulutku, Pak Egy mengangkat tubuhku hingga berdiri, lalu dihimpitnya tubuhku ke tembok dengan tubuhnya, kaki kananku diangkat sampai ke pinggangnya. Dari bawah aku merasakan penisnya melesak ke dalamku, maka mulailah dia mengaduk-aduk vaginaku dalam posisi berdiri. Berulang-ulang benda itu keluar-masuk pada vaginaku, yang paling kusuka adalah saat-saat ketika hentakan tubuh kami berlawanan arah, sehingga penisnya menghujam vaginaku lebih dalam, apalagi kalau dengan tenaga penuh, kalau sudah begitu wuihh… seperti terbang ke surga tingkat tujuh rasanya, aku hanya bisa mengekspresikannya dengan menjerit sejadi-jadinya dan mempererat pelukanku, untung gedung ini sudah kosong, kalau tidak bisa berabe nih. Sementara mulutnya terus melumat leher, mulut, dan telingaku, tanganya juga menjelajahi payudara, pantat, dan pahaku. Gelombang orgasme kini mulai melandaku lagi, terasa sekali darahku bergolak, akupun kembali menggelinjang dalam pelukannya. Saat itu dia sedang melumat bibirku sehingga yang keluar dari mulutku hanya erangan- erangan tertahan, air ludah belepotan di sekitar mulut kami. Di sudut lain aku melihat Pak Romli sedang beristirahat sambil merokok dan mengobrol dengan Dimas.<br /><br />Pak Egy demikian bersemangatnya menyetubuhiku, bahkan ketika aku orgasmepun dia bukannya berhenti atau paling tidak memberiku istirahat tapi malah makin kencang. Kakiku yang satu diangkatnya sehingga aku tidak lagi berpijak di tanah disangga kedua tangan kekar itu. Tusukan-tusukannya terasa makin dalam saja membuat tubuhku makin tertekan ke tembok. Sungguh kagum aku dibuatnya karena dia masih mampu menggenjotku selama hampir setengah jam bahkan dengan intensitas genjotan yang stabil dan belum menunjukkan tanda-tanda akan klimaks. Sesaat kemudian dia menghentikan genjotannya, dengan penis tetap menancap di vaginaku, dia bawa tubuhku yang masih digendongnya ke arah kloset. Disana barulah dia turunkan aku, lalu dia sendiri duduk di atas tutup kloset.<br /><br />“Huh…capek non, ayo sekarang gantian non yang goyang dong” perintahnya<br /><br />Akupun dengan senang hati menurutinya, dalam posisi seperti ini aku dapat lebih mendominasi permainan dengan goyangan-goyangan mautku. Tanpa disuruh lagi aku menurunkan pantatku di pangkuannya, kuraih penis yang sudah licin itu dan kutuntun memasuki vaginaku. Setelah menduduki penisnya, aku terlebih dahulu melepaskan baju dan bra-ku yang masih menggantung supaya lebih lega, soalnya badanku sudah panas dan bemandikan keringat, yang masih tersisa di tubuhku hanya rokku yang sudah tersingkap hingga pinggang dan sepasang sepatu hak di kakiku. Aku menggoyangkan tubuhku dengan gencar dengan gerakan naik- turun, sesekali aku melakukan gerakan meliuk sehingga Pak Egy mengerang karena penisnya terasa diplintir. Kedua tangannya meremasi payudaraku dari belakang, mulutnya juga aktif mencupangi pundak dan leherku.<br /><br />Tiba-tiba aku dikejutkan oleh tangan besar yang menjambak rambutku dan mendongakkan wajahku ke atas. Dari atas wajah Pak Romli mendekat dan langsung melumat bibirku. Dimas yang sudah tidah bercelana juga mendekatiku, sepertinya dia sudah mendapat ijin untuk bergabung, dia menarik tanganku dan menggenggamkannya pada batang penisnya.<br /><br />“Mmpphh… mmmhh !” desahku ditengah keroyokan ketiga orang itu. Toilet yang sempit itu menjadi penuh sesak sehingga udara terasa makin panas dan pengap.<br /><br />“Ayo dong Citra… emut, sepongan kamu kan mantep banget”<br /><br />Dimas menyodorkan penisnya kemulutku yang langsung kusambut dengan kuluman dan jilatanku, aku merasakan aroma sperma pada benda itu, lidahku terus menjelajah ke kepala penisnya dimana masih tersisa sedikit cairan itu, kupakai ujung lidah untuk menyeruput cairan yang tertinggal di lubang kencingnya. Ini tentu saja membuat Dimas blingsatan sambil meremas-remas rambutku. Aku melakukannya sambil terus bergoyang di pangkuan Pak Egy dan mengocok penisnya Pak Romli, sibuk sekali aku dibuatnya.<br /><br />Sesaat kemudian penisnya makin membesar dan berdenyuk-denyut, lalu dia menepuk punggungku dan menyuruhku turun dari pangkuannya. Benar juga dugaanku, ternyata dia ingin melepaskan maninya di mulutku. Sekarang dengan posisi berlutut aku memainkan lidahku pada penisnya, dia mulai merem-melek dan menggumam tak jelas. Seseorang menarik pinggangku dari belakang membuat posisiku merangkak, aku tidak tahu siapa karena kepalaku dipegangi Pak Egy sehingga tidak bisa menengok belakang. Orang itu mendorongkan penisnya ke vaginaku dan mulai menggoyangnya perlahan. Kalau dirasakan dari ukurannya sih sepertinya si Dimas karena yang ini ukurannya pas dan tidak menyesakkan seperti milik Pak Romli. Ketika sedang enak-enaknya menikmati genjotan Dimas penis di mulutku mulai bergetar<br /><br />“Aahhkk… saya mau keluar… non”<br /><br />Pak Egy kelabakan sambil menjambaki rambutku dan creett…creett, beberapa kali semprotan menerpa menerpa langit-langit mulutku, sebagian masuk ke tenggorokan, sebagian lainnya meleleh di pinggir bibirku karena banyaknya sehingga aku tak sanggup menampungnya lagi.<br /><br />Aku terus menghisapnya kuat-kuat membuatnya berkelejotan dan mendesah tak karuan, sesudah semprotannya berhenti aku melepaskannya dan menjilati cairan yang masih tersisa di batangnya. Dengan klimaksnya Pak Egy, aku bisa lebih berkonsentrasi pada serangan Dimas yang semakin mengganas. Tangannya merayap ke bawah menggerayangi payudaraku. Dimas sangat pandai mengkombinasikan serangan halus dan keras, sehingga aku dibuatnya melayang-layang. Gelombang orgasme sudah diambang batas, aku merasa sudah mau sampai, namun Dimas menyuruhku bertahan sebentar agar bisa keluar bersama. Sampai akhirnya dia meremas pantatku erat-erat dan memberitahuku akan segera keluar, perasaan yang kutahan-tahan itu pun kucurahkan juga. Kami orgasme bersamaan dan dia menumpahkannya di dalamku. Vaginaku serasa banjir oleh cairannya yang hangat dan kental itu, sperma yang tidak tertampung meleleh keluar di daerah selangakanganku.<br /><br />Aku langsung terkulai lemas di lantai dengan tubuh bersimbah peluh, untung lantainya kering sehingga tidak begitu jorok untuk berbaring di sana. Vaginaku rasanya panas sekali setelah bergesekan selama itu, dengan 3 macam penis lagi. Lututku juga terasa pegal karena dari tadi bertumpu di lantai. Setelah merasa cukup tenaga, aku berusaha bangkit dibantu Dimas. Dengan langkah gontai aku menuju wastafel untuk membasuh wajahku, lalu kuambil sisir dari tasku untuk membetulkan rambutku yang sudah kusut. Aku memunguti pakaianku yang berserakan dan memakainya kembali. Kami bersiap meninggalkan tempat itu.<br /><br />“Lain kali kalau melakukan hubungan badan hati-hati, kalau ketangkap kan harus bagi-bagi” begitu kata Pak Egy sebagai salam perpisahan disertai tepukan pada pantatku.<br /><br />“Citra… Citra… sori dong, kamu marah ya !” kata Dimas yang mengikutiku dari belakang dalam perjalananku menuju tempat parkir.<br /><br />Dengan cueknya aku terus berjalan dan menepis tangannya ketika menangkap lenganku, dia jadi tambah bingung dan memohon terus. Setelah membuka pintu mobil barulah aku membalikkan badanku dan memberi sebuah kecupan di pipinya seraya berkata<br /><br />“Saya nggak marah kok, malah enjoy banget, lain kali kita coba yang lebih gila yah, see you, good night”<br /><br />Dimas hanya bisa terbengong di tengah lapangan parkir itu menyaksikan mobilku yang makin menjauh darinya.Cerita Seruhttp://www.blogger.com/profile/11284718548711892644noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6786224700136029903.post-18440469942454314932017-11-26T06:26:00.000-08:002017-12-07T06:53:50.759-08:00“Nita udah lama gak nikmatin kontol mas..”,Namaku Johan, Umurku 21 tahun, Aku baru saja berpindah dari kota besar ke desa yang amat asing. Entah kenapa didesa ini banyak sekali janda, juga banyak janda muda. Beritanya karena suatu hari saat para pria sedang bergotong royong menggali gua yang katanya berisikan batu emerald, namun nahasnya banyak dari mereka yang tidak selamat. Aku memilih untuk mencari batu akik lainnya disekitar desa itu, tentu sambil mencari kesempatan menikmati para janda itu. <br /><br /><br /><div style="text-align: justify;">Aku tinggal dikontrakan yang cukup dekat dengan rumah pak RT, jadi kami sering bertemu, dan tentu saja aku tau janda janda mana yang katanya menarik.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-aqp5x2n8Vmw/ViUUNImX-VI/AAAAAAAAAC4/WRxoXBhjmyM/s1600/nika.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="640" src="https://1.bp.blogspot.com/-aqp5x2n8Vmw/ViUUNImX-VI/AAAAAAAAAC4/WRxoXBhjmyM/s640/nika.jpg" width="488" /> </a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><b>NIKA </b></div><div style="text-align: justify;">Cerita Sex | Saat itu setelah pulang dari mencari batu akik didekat sungai, aku bertemu seorang wanita yang sedang membawa beberapa barang, sambil menggendong seorang bayi.</div><div style="text-align: justify;">“Mbak, sini saya bantuin”,<br />“wah, makasih mas, maaf ya, jadi ngerepotin” Lalu aku meraih barang bawaanya.</div><div style="text-align: justify;">Saat aku melihat kedepan, ternyata janda ini masih muda! Wajahnya masih cantik, dan tubuhnya cukup mempesona.</div><div style="text-align: justify;">Aku yang ada disebelahnya sambil membawa barang bawaan ini terus mencuri pandang kearah belahan dada perempuan itu, tampak buah dadanya besar dan montok sekali, bajunya yang klasik itu menambah pesona benda favoritku itu.</div><div style="text-align: justify;">“mm…mbak namanya siapa?”,<br />“Saya Junita mas, tapi biasa dipanggil nita”,<br />“ooh, kenalin saya Johan”,<br />“mas orang baru disini?”,<br />“iya, cari batu akik, mbak kok sendiri aja?”,<br />“iya, suami saya udah gak ada”. Beberapa menit kami berjalan sambil berbincang bincang, tiba tiba anaknya itu menangis, Nita lalu mencoba menenangkannya, entah kenapa ia tiba tiba mengeluarkan buah dada kanannya, aku sempat terkejut.</div><div style="text-align: justify;">Lalu tampak lah buah dada besar dengan puting coklat itu, dan si bayi segera menyusu ke ibunya, aku hanya bisa geleng geleng.</div><div style="text-align: justify;">“Mbak, kok menyusui disini?”,<br />“udah minta nih anakku, udah biasa orang sini mah” memang didesa ini tampak tidak begitu memperhatikan bagaimana orang orang memakai pakaian ataupun menutup aurat, tentu ini juga bagus bagiku.</div><div style="text-align: justify;">Beberapa menit kemudian, kami tiba dirumah Nita,</div><div style="text-align: justify;">“masuk dulu mas”,<br />“iya mbak” Lalu aku masuk mengikuti Nita kedalam, ia memang masih menyusui anaknya, namun tentu aku juga mau.<br />“Mbak nita, udah sampai? Maaf tadi Nika gak bisa ikut” Aku terkejut lagi, kini muncul seorang perempuan lain,<br />“Iya nika, gapapa, untung ada mas Johan ini yang bantu”,<br />“wah, makasih mas, kenalin saya Yunika, adiknya mbak yunita”. Aku bersalaman dengan perempuan itu, umurnya mungkin hanya berbeda sedikit dengan kakaknya, karena ia juga tampak secantik Yunita, tentu dengan buah dada yang besar pula.<br />“Nika, tolong kamu jagain anakku ya, saya mau kekamar mandi, sekalian mandi”,<br />“oooh, iya mbak” Lalu Nita meninggalkan ku bersama Nika yang menggendong bayi itu.<br />“Mbak, berdua aja sama Nita?”,<br />“iya mas, orang tua kami udah meninggal, suami kami juga kena bencana, kami hidup berdua sekarang”, Bukannya prihatin, Kontolku malah ngaceng tiba tiba. “oooh, kasihan ya kalian berdua..” Bayi itu menangis lagi mencari ibunya, namun kali ini Si Nika juga mengeluarkan buah dada kanannya! Lalu bayi itu dibimbing untuk mengenyot puting coklat Nika, dan tampak bayi itu sibuk menyusu lagi.<br />“Loh, mbak nika juga lagi menyusu?”,<br />“iya mas, karena udah sering gantian nyusuin anak ini, jadi udah biasa”. Aku semakin bingung, mana hari masih siang, panas, dan didepanku ada minuman segar, susu asli janda janda muda.<br />“Aduh, saya haus nih mbak”,<br />“waduh, mbak Nita lagi di kamar mandi, saya juga sibuk…”,<br />“Kalau gitu…saya…minum susunya mbak Nika aja…”,<br />“Nah itu masnya pinter, sini mas” Buset lugu banget, lalu kudekati Nika, pelan pelan buah dada kiri Nika sudah dikeluarkan dari sarangnya,<br />“Mas pegangin sendiri ya, Nika lagi nenangin anak ini” ,<br />”iya…tenang aja…” Lalu aku pegang buah dada Nika, bwoh kenyal luar biasa, aku tahan dikedua tanganku, lalu puting kiri Nika segera ku masukkan kemulut ku, tanpa ragu ku kenyot puting mempesona itu, lalu air susu Nika segera membasahi mulutku, oooh segar nya…<br />“Slruuup sluuurp slruuuup…mmm…aaah…seger mbak…slruuup” Tanpa malu kesedot dan kunikmati air susu dari buah dada Sintal itu.<br />“Mas, auh, pelan aja, haus banget yach?”,<br />“Slruuup slruuup…mmm…srluuup…” Lidahku berputar putar diputing indah itu, juga terus menyedot keluar susu kedalam mulutku, tanganku juga mengelus elus benda bundar besar kenyal itu. Tampak Nika jadi terangsang. “mmmf…mas….sedotanmu…si kecil ini kalah hebat…uuuhf”,<br />“slruuup…mmm…iya dong, saya memang ahlinya…srluuup…slruup” Air ASI Nika tak habis ku sedot terus.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-FyZt2kb1WfE/ViUUZqkC8CI/AAAAAAAAAC8/OdZ0bhQ5pn4/s1600/nita.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="640" src="https://3.bp.blogspot.com/-FyZt2kb1WfE/ViUUZqkC8CI/AAAAAAAAAC8/OdZ0bhQ5pn4/s640/nita.jpg" width="480" /> </a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><b>NITA </b></div><br /><div style="text-align: justify;">Tampak bayi itu sudah tertidur lagi,</div><div style="text-align: justify;">“Mas…mmf… bentar… aku mau nidurin anak ini… udah ya nyusunya..”,<br />“iya deh, kamu jaga dulu dia ya…” Lalu meski tampak terangsang, Yunika membawa bayi itu kekamar, sepertinya ia sedang menjaganya.</div><div style="text-align: justify;">Beberapa menit kemudian, ada suara dari kamar mandi,</div><div style="text-align: justify;">“Nika…tolong ambilin sabun dong, yang disini udah abis” Tak perlu lama aku berlari mendekati kamar mandi, lalu melihat ada sabun diluar.<br />“Mbak, Nika nya lagi tidur sama si bayi, ini sabunnya…”,<br />“ooh, iya mas, bawa sini dong, tolong…” Lalu aku masuk kedalam kamar mandi tak terkunci itu, kaget setengah mati aku, melihat tubuh montok Nita tanpa pakaian, Lalu aku memberikan sabun itu, tentu tetap bertampang cool.<br />“ini mbak, kok kayaknya kesulitan mbak?”,<br />“Ini…air susuku keluar sendiri mas, soalnya udah penuh, bingung deh mandinya..” Rejeki datang lagi, segera ku dekati Nita.<br />“Aduh, biar Johan bantuin mbak, dari pada mubazir saya minum aja susunya..”,<br />“iya deh… sini mas kedepan”, Gembira luar biasa aku,<br />“tapi saya takut basah mbak”,<br />“buka pakaian mas sekalian, itu ada handuk” Lalu aku secepat kilat membuka semua pakaianku, lalu memakaikan handuk dipingganku untuk menutup penisku yang tegang.</div><div style="text-align: justify;">Segera ku menuju kedepan Nita, dan tampaklah Buah dada nita yang besar itu diputing coklatnya terlihat cairan putih kesukaanku,</div><div style="text-align: justify;">“biar aman, Johan sedot dua duanya ya mbak”,<br />“iya mas, saya mau sabunan…” Segera kedua buah dada itu kuremas, Nita tampak cukup kaget,<br />“mas, gak pernah nyusu ya? Itu yang diputingku yang disedot mas…”,<br />“oooh, iya iya…” Lalu kedua buah papaya Nita itu kupegang, kedua puting Nita kutabrakan, lalu kumasukkan kedalam mulutku bersamaan, Nita yang sibuk menyabuni dirinya tampak mulai terangsang.</div><div style="text-align: justify;">Air susu Nita rasanya lebih enak, Kedua putingnya yang ada dimulutku mengucurkan air susu dengan derasnya, karena buah dadanya kugencet dan kuremas denga kuat.</div><div style="text-align: justify;">“ooooh…mas….mmmmf….pelan aja….uuuh” Nita mulai asyik menyabuni vaginanya.</div><div style="text-align: justify;">Aku terus saja menyedot air susu dari kedua puting coklat Nita, kepala ku maju mundur, menarik narik puting itu, tentu dengan bantuan tanganku yang meremas buah dada montok dan kenyal itu.</div><div style="text-align: justify;">“slruuup…slruuup…slruuup…mmm….mantep mbak…slruuup”. Tampak Nita sudah mendesah, dari vaginanya keluar cairan lengket.<br />“uuuh…udah mas….aku mau berdiri…”,<br />“Ya saya sedot sambil berdiri mbak… slruuup” Nita mencoba berdiri, ia menyabuni paha dan bokong sexy nya, aku makin terangsang saja, Karena Penisku sudah tegak dan berdenyut denyut, handuk yang menutupinya jadi jatuh.<br />“Mas….kontolmu udah berdiri…mmmf”,<br />“Sluuurp…slruuup…mmmf…aaah…sabunin dong mbak, sekalian aku mandi bareng mbak Nita yach”,<br />“iya mas, mmmf….gede banget mas….uuuh” Penisku kini dikocok tangan Nita yang sudah dibasahi sabun itu, tentu kocokannya jadi semakin nikmat, dan juga luar biasa nikmat.</div><div style="text-align: justify;">Beberapa menit itu Nita terus mengocok penisku, sementara buah dadanya kini bergantian kuremas dan ku sedot air susu keluar dari puting coklatnya.</div><div style="text-align: justify;">“Uuuh…mas…aku pegel berdiri…mmmf” Nita yang sudah lemas itu lalu memilih duduk, aku memilih menghentikan aksi minum besarku.<br />“mbak, saya bantu mandiin ya, mbak siramin aja tubuh kita berdua, saya yang ngelus ngelus ya…”,<br />“iya mas…. Uuuh” Lalu Nita yang duduk itu membasahi tubuhnya yang sudah basah oleh sabun, aku memilih berada dibelakangnya.</div><div style="text-align: justify;">Air membasahi tubuh kami berdua, aku juga mulai mengelus sekujur tubuh montok janda muda itu, Ku elus tangannya, perutnya, pahanya, dan segera menuju Memeknya. Tangan Kiriku meremas buah dadanya Nita, tangan kananku asyik mengobok obok Vagina Janda cantik itu, Air yang mengalir membuat suasana jadi semakin menakjubkan.</div><div style="text-align: justify;">“oooh…mas…mmmmf….uuuuh….enak mas…gak pernah aku mandi seenak ini…ooooh” Kudiam saja, lalu kucium leher dan ketiaknya, tanganku masih terus beraksi juga.</div><div style="text-align: justify;">Beberapa menit kemudian, Nita tampak sudah menggelinjang, segera angkat pinggulnya, kini ia merunduk. “mas, kamu mau ap…aaaah!” Penisku sudah melesat masuk kevagina Nita tanpa perlu disuruh, terasa sangat nikmat, meski sudah tidak sempit.</div><div style="text-align: justify;">“ooooh, nikmat mbak…uuuh” Segera penisku bergerak maju mundur dengan cepat, penisku menguasai seisi Memek nikmat Nita, bokongnya jadi bergoyang goyang.</div><div style="text-align: justify;">Tanganku lalu meraih bokong itu, lalu kuremas, dan kumasukan jariku kedalam lubang anusnya.</div><div style="text-align: justify;">“aaaah…mas….uuuf…..mmmf….sssh…ooooh” Plop plop plop plop, suara desahan Nita diiringi suara tabrakan penisku.</div><div style="text-align: justify;">Beberapa menit itu kuterus saja menabrak memek Nita dengan penis besarku, Sungguh nikmat dan luar biasa rasanya.</div><div style="text-align: justify;">“Mbak, aku mau muncrat, oooh” Kutarik penisku, lalu kubalikkan tubuh montok Nita, dan kupasang kontol besarku dimulutnya.</div><div style="text-align: justify;">Crooot crooot croooot, Mulut Nita penuh dengan spermaku. Janda itu lalu batuk batuk dan memuntahkan cairan sperma itu.</div><div style="text-align: justify;">“ uhuk uhuk…mas..banyak banget pejuhnya…”,<br />“maklum, udah lama gak keluar, hehe”. Lalu Nita memilih membersihkan dirinya bersamaku.</div><div style="text-align: justify;">Setelah itu Nita pergi duluan keluar dari kamar mandi, aku sedang sibuk menenangkan diri, juga memakai handuk.<br />Beberapa menit kemudian saat aku kembali keruang depan, tampak tak ada orang, lalu aku menuju kamar dirumah itu. Bukan main kaget, Nita sedang asyik menindih tubuh Adiknya itu, sambil menciumnya.</div><div style="text-align: justify;">“mmm…cup…mmmm…dek…uummm..cup…” Lalu Mereka berdua duduk, Nita membuka pakaian Nika, aku hanya melongo didepan pintu, tampak Nika yang sudah bugil itu lebih putih dan mulus dari pada kakaknya.<br />“mbak… buah dadamu… sini…oooh” Nika meraih kedua buah dada kakaknya itu, lalu diremas dan diangkat keatas, “oooh…sini punyamu dek…uuuh” Gantian Nita meraih Buah dada adiknya.</div><div style="text-align: justify;">Sekarang kedua janda muda itu sedang meremas buah dada lawan tandingnya. Kembali air susu keluar dari puting mereka, tampak puting puting mempesona itu dipencet dan diremas remas, air susu mengalir keluar membasahi buah dada mereka.</div><div style="text-align: justify;">“oooh….susumu mbak…”,<br />“uuuh…punyamu…mantep juga dek….mmmf” Aku geleng geleng sambil melongo, Penisku sudah berdiri lagi menjatuhkan Handuk itu lagi.<br />“Ooh, mas Johan, sini mas, mau ikut?” Godaan dari janda janda itu membuatku bersemangat, Tampak Bayi yang ditaruh diranjang kecil disebelah kasur itu sudah tenang, kini biar aku yang melahap kedua perempuan itu.</div><div style="text-align: justify;">Nita menarikku, dan merobohkan tubuhku kekasur, tinggal penisku yang besar itu masih berdiri.</div><div style="text-align: justify;">“mas…kontolmu yang besar itu.. Kita goyang boleh? hehe…” Nita dan Nika mendekat, lalu menempelkan buah dada mereka kepenisku.</div><div style="text-align: justify;">Buah dada itu bertabrakan, dan ditengah tengahnya ada penis besarku yang tampak ingin meletus. Lalu mereka meremas dan menggencet buah dada mereka. Penisku kini sedang dilumat benda benda kenyal yang dibasahi air susu.</div><div style="text-align: justify;">“mas….enak gak? Mmmf”,<br />“ooooh, mantep deh, toket kalian luar biasa kenyal dan montok…oooh” Mereka terus menggoyang dan meremas buah dada kenyal mereka, membuat penisku semakin meronta karena kenikmatan luar biasa.</div><div style="text-align: justify;">Nita dan Nika lalu Memegang buah dadanya, dan mendorong kuat kepenisku, tabrakan luar biasa itu membuat Penisku segera ingin meletus. Air susu yang muncrat dari puting puting keras mereka itu membasahi penisku,</div><div style="text-align: justify;">“Ooooh, luar biasa…mmmf… nikmat sekali… kalian hebat…” Mendengar pujianku, kedua janda itu mendekatkan mulutnya kepenisku, segera Nita dan Nika menjilati kepala penisku yang basah bercampur air air persetubuhan. “mmm…aaah…slruup..mmm…Kontolmu yang terbaik mas…”,<br />“mmm…slruupp…cup…aaah….Sedap deh ..uummm…cup…” Kedua janda itu semakin menggila menganiaya penisku yang terus meminta ampun karena keenakan.<br />“Aduh, aku udah gak kuat, oooh” Kedua janda itu membuka mulutnya diatas penisku, dan Crooot crooot crooot, Air maniku muncrat kearah mulut mulut nakal mereka.</div><div style="text-align: justify;">Kini pejuhku ditelan oleh kedua janda itu.</div><div style="text-align: justify;">“oooh… nikmatnya, mmmf” Aku masih kelelahan, tapi Nika sudah nakal lagi, penisku yang masih lemas, dimasukkan kevaginanya, ia yang sekarang berada diatasku itu bergerak naik turun, membuat penisku yang ada didalam vaginanya menjadi tegak kembali.<br />“haduuh, gila, tiga kali penisku tegak lagi…”,<br />“ooooh…. Kontolmu mas….super sekali…oooh…Nika suka banget…mmmf”.</div><div style="text-align: justify;">Nita tak mau kalah, ia kemudian mengambil posisi diwajahku, vaginanya yang basah itu lalu ditempelkan kewajahku,</div><div style="text-align: justify;">“hehe, mas, jilatin yaach”,<br />“oooh, iya Nita, oooh…ummm…” Kucupang dengan cepat bibir vaginanya, lalu lidahku masuk kedalam vagina Nita.</div><div style="text-align: justify;">Dua janda itu sekarang sedang asyik bersetubuh denganku, Nika terus melompat lompat menikmati penisku divaginanya, Nita mendesah sambil meremas buah dadanya sendiri karena memeknya yang kujilati.</div><div style="text-align: justify;">Beberapa menit kemudian, Nita memegang kedua buah dada Adiknya, segera Air susu Nika itu disedot keluar dari buah dada itu.</div><div style="text-align: justify;">“Slruuup…dek…mmm…slruuup…hajar terus kontol itu..mmm”,<br />“oooh…mmmf…sssh…iya mbak…oooh…”. Orang kota bilang posisi kami ini adalah posisi Threesome, yang tak heran memang sangat menggairahkan dan nikmat luar biasa.</div><div style="text-align: justify;">Beberapa menit itu kami terus beraksi menikmati sensasi seks bertiga itu, entah kenapa, nikmatnya sungguh tak ter elakkan.</div><div style="text-align: justify;">“mmm….sluuurp…Nika… aku mau…”,<br />“keluarin didalem mas..uuuhf”,<br />“Iya mas, Nika udah pengen tuh…slruuup”, segera saja, Cprooot crpooot, Air Maniku menyembur kedalam Vagina Nika,</div><div style="text-align: justify;">Nita juga menyemburkan Cairan dari memeknya kewajahku, baunya sungguh mempesona. Kami bertiga yang sudah basah karena cairan cairan nikmat ini, memilih berisitirahat.</div><div style="text-align: justify;">“Aduuh, kalian suka banget deh sama seks kayaknya..”,<br />“Nita udah lama gak nikmatin kontol mas..”,<br />“Nika juga, masak tiap hari minum susu kita sendiri, sekali kali mau yang dari laki laki, hehe”,<br />“hahaha, memang kalian luar biasa”. Aku yang ada ditengah kedua Janda itu tersenyum bahagia, dua janda itu memelukku dengan nyaman.</div><div style="text-align: justify;">Entah kenapa, penisku masih berdiri lagi.</div><div style="text-align: justify;">“Aduuh, mas Johan masih mau lagi?”,<br />“Gak tau tuh, Nita sama Nika masih mau lagi gak?”,<br />“Ayo mas, dikamar mandi aja, yuuk” Lalu Kembali kami beraksi dikamar mandi rumah itu, Entah Kenapa Sampai malam pun Nita dan Nika terus menikmati penis besarku, juga cairan Spermaku.</div><div style="text-align: justify;">Sungguh pilihan yang tepat untuk tinggal didesa ini, aku bisa menikmati dua janda sekaligus, tubuh montok dan mulus mereka, juga air susu segar yang kini jadi minuman favoritku.</div>Cerita Seruhttp://www.blogger.com/profile/11284718548711892644noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6786224700136029903.post-70804757365345038822017-11-26T06:12:00.000-08:002017-12-07T06:53:51.129-08:00Klitorisnya yang memerah itu kusedot perlahan<span style="font-family: "helvetica neue" , "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: x-small;">Sejak aku SMA aku sulit sekali dibangunkan pagi-pagi, apalagi sekolahku selama kelas 1 dan kelas 2 selalu siang hari. Ini pula yang menjadi kebiasaanku sewaktu mulai kuliah. Waktu aku menginjak kota Bandung pertama kali, udara dingin kota itu benar-benar membuatku masih terbuai mimpi meski sudah terang. Aku kuliah di salah satu PTS yang hampir semua kegiatannya di waktu sore hari, sehingga bagiku hidup dengan tertidur lelap di pagi hari cerah merupakan kebiasaan. Kawan-kawan satu kost-ku biasanya sudah sunyi waktu aku bangun untuk sarapan dan mandi, tapi kebiasaanku adalah sarapan sambil nonton TV, baru mandi.<br /><br />Tante kost-ku termasuk yang baik, tak jarang untukku sengaja disiapkannya secangkir kopi atau kue untuk sarapan, atau semangkuk mie rebus hangat. Aku disayangnya, karena bila pagi hari rumah kost itu kosong dan akulah yang menemaninya mengurus segala sesuatu, menyapu, masak, atau apa saja. Walau aku suka tidur ngelantur, tapi aku termasuk anak yang rajin kerja di rumah. Tante ini masih muda, tetapi sudah janda. Ia hanya punya satu orang anak dan sudah bekerja di Sumatera. Praktis, ia hanya seorang diri di rumah. Namun kecantikannya tetap ia pelihara, sehingga di usianya yang mendekati kepala lima ia masih tetap cantik dan kencang.</span><br /><br /><div style="text-align: center;"><span style="font-family: "helvetica neue" , "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: x-small;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-AjQ8K5tsPg8/ViWvt7XMooI/AAAAAAAAAF0/zJ9GQDBQ6Xg/s1600/tante%2Bwin.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="640" src="https://1.bp.blogspot.com/-AjQ8K5tsPg8/ViWvt7XMooI/AAAAAAAAAF0/zJ9GQDBQ6Xg/s640/tante%2Bwin.jpg" width="426" /></a> </span></div><span style="font-family: "helvetica neue" , "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: x-small;"><b>TANTE WIN </b></span><br /><span style="font-family: "helvetica neue" , "arial" , "helvetica" , sans-serif; font-size: x-small;">Suatu hari aku nonton film biru pinjaman dari kawanku. Di rumah rupanya seperti biasa hanya aku saja lagi yang merupakan penghuninya. Aku ke kamar kecil sebentar, lalu memutar film itu di VCD komputerku. Karena asyiknya, melihat adegan yang panas aku tidak tahan, aku melucuti satu-satu pakaianku, tinggal CD-ku saja yang bertahan, itupun cuma sebentar, lalu kupelorotkan hingga ke paha. Aku merasa penisku menghentak-hentak minta dikeluarkan. Aku nonton dengan mata setengah membuka, sambil berbaring kuelus-elus penisku yang makin tegak. Gerakan tanganku sudah menjadi cepat, ah… aku nggak tahan lagi, lalu aku kocok terus dan terus, kugigit selimut untuk menahan jeritan nikmat yang benar-benar menyelimuti pagi yang indah itu. Sesaat kemudian nafasku mendengus sambil menyemprotkan mani ke dadaku.<br />“Ah… hmmm… ah…” aku merasa tubuhku ringan, lalu aku merasa ngantuk dan terlelap.<br /><br />Tiba-tiba aku merasa pahaku dielus orang. Aku tersentak kaget. Ah, ternyata tante sudah ada di dalam kamarku. Ia menggunakan gaun putih yang tipis dan longgar. Kuhirup bau segar parfumnya yang menawan. Aku buru-buru bangkit menarik CD yang kupelorotkan, air maniku meleleh ke sprei, nggak kupedulikan. Tante kemudian menatap mataku, tampak bergelora api nafsu yang menggelegak di balik pandangannya itu.<br />Tangannya meraih tanganku, “Raf, Tante minta maaf masuk kamarmu tanpa mengetuk, abis tadi Tante lihat pintu kamarmu nggak dikunci. Tante bawa sarapan, tapi, Tante lihat kamu lelap kayak gitu,” katanya sambil mengelus pahaku kembali.<br /><br />Aku salah tingkah. Matanya melirik VCD-ku yang ternyata masih memainkan film “laga” itu. Adegan demi adegan diawasinya, sambil tangannya meremas bahuku. Dielusnya tanganku sambil menarikku duduk di kasur. Kurasakan getaran halus lewat jari-jarinya, menahan gelora nafsunya yang membahana. Aku mulai aktif dan terbakar suasana. Kupeluk ia dari belakang, lalu kuhembuskan nafasku ke tengkuknya. Ia menggeliat dan menjadi lebih beringas.<br /><br />Tubuhnya berbalik. Dibalasnya hembusan nafasku dengan ciuman lembut. Kedua tangannya dengan liar menelusuri pinggulku, perutku, lalu puting susu di dadaku.<br />“Raf, beri Tante… Tante mau…” katanya penuh harap.<br />Ia kemudian menarik CD-ku sampai tuntas, lalu dengan lembut mengelus rambut kemaluanku, penisku yang masih terkulai lemas diremasnya dengan lembut pula. Aku menggelinjang kegelian, tapi tangan tante lebih dahulu menekan tanganku, seakan isyarat agar aku menurut.<br /><br />Aku memejamkan mata. Nafasku bergemuruh, kemudian tubuh kami terhempas di kasur. Tante kemudian mengulum zakarku, sambil sesekali mencium penisku. Aku hanya dapat menahan nafas, sambil mengerang penuh nikmat. Kemudian lidahnya dengan liar menjilat penisku yang sudah tegak, sambil sesekali mengulum dan menyedotnya penuh gairah. Aku benar-benar sudah siap laga, ketika ia kemudian merebahkan tubuhnya di sampingku. Aku maklum.<br /><br />Kubuka gaunnya yang longgar, kemudian BH dan CD-nya. Tante dan aku sudah sama-sama bugil. Aku mengambil posisi di atas, untuk memulainya. Pelan kupeluk badannya, lalu kubelai rambutnya yang mulai beruban itu. Kucium leher dan kupingnya, ia menggelinjang kegelian. Nampak, bulu lengannya merebak menahan rasa itu, tapi mulutnya hanya mengerang. Lalu, bagian leher bawahnya kujilat lembut, sambil sesekali jenggotku yang habis dicukur kemarin kugesekkan. Badan tante kemudian menggeliat lebih liar, sambil mendesahkan kata-kata yang tidak jelas.<br /><br />Aksiku kulanjutkan dengan memainkan puting susunya yang menegang, sambil kujilat dan kuhisap perlahan.<br />“Ayo Raf, ayo!” katanya.<br />Aku tidak peduli. Aku telusuri terus semua titik nyerinya. Sampai kemudian wajahku berada di selangkangannya yang mulai berpeluh. Kubelai pubisnya dengan lidahku. Kubuka labia minora-nya dengan lembut, kemudian tanganku membelai perlahan labia minora-nya yang sudah mulai basah itu berkali-kali.<br /><br />Kakinya kemudian menekuk dan mengangkat pinggulnya. Dimainkannya pinggulnya dengan goyangan yang berirama. Lidahku kemudian beraksi, menjilat bagian labia minora-nya, lalu naik hingga klitorisnya. Kulihat klitoris itu sudah menonjol kemerahan. Lalu, aku mengangkat pinggulnya, dan kumasukkan penisku perlahan, sambil kugoyang maju-mundur. Tante mengerang dengan tangan memegang erat pinggir kasur.<br /><br />“Ayo, Raf, terus…!” katanya menyuruhku menggoyang badanku terus.<br />Aku menengkurapinya, lalu dengan sigap kusentakkan pinggulku sehingga penisku menghujam dalam ke vaginanya.<br />“Aduh, aduh… Raf, nikmat sekali,” katanya sambil memelukku.<br />Leher dan puting susunya terus kucium dan kujilat.<br />“Teruskan Raf! ayo sayang, aku sudah hampir sampai nih,” katanya.<br />Aku makin menyentak. Keringatku mulai bercucuran, sementara tante pun demikian pula. Rupanya tante sudah sampai ketika tiba-tiba tante memelukku dengan tangan dan kakinya erat-erat sehingga aku tidak dapat bergerak sama sekali. Di mulutnya hanya suara desah puas selama beberapa saat. Kemudian pelukannya mengendur. Tante lemas.<br /><br />Aku masih penasaran, karena aku belum sampai. Kutarik perlahan penisku yang masih menegang. Kulihat penisku berkilat-kilat karena lumasan vagina tante. Kubuka selangkangan tante, ia mengerang dan menggelinjangkan pantatnya ketika vaginanya kuraba lagi. Kurangsang tante agar aku dapat mencapai orgasme. Lidahku beraksi, kugapai labia minora-nya lalu kujilat habis bagian itu, bahkan maniku yang meleleh di situ kujilat sampai habis.<br />Lalu, klitorisnya yang memerah itu kusedot perlahan, “Ah, emm… mmm,” ia memekik lirih.<br /><br />Badannya yang mulai menggelinjang itu kemudian kutelungkupkan. Kunaiki pantatnya, lalu kutekankan penisku ke vaginanya. Kemudian terasa suatu sensasi di penisku, karena tante menutup rapat kakinya. Tanganku kemudian memeluknya dari belakang, lalu aku menciumi tengkuknya yang wangi. Tanganku terus memainkan putingnya yang mengeras itu sambil kugoyang pinggulku, perlahan mula-mula, dan kemudian kemudian makin cepat.<br /><br />“Rafael, terus Raf, Tante hampir dapat lagi nih,” katanya berbisik.<br />Aku tidak dapat menyahut. Nafasku memburu, karena nafsuku mulai memuncak. Kurasakan nikmat menyelimutiku sampai habis, lalu rasanya itu maniku sudah menghentak-hentak hendak keluar.<br />“Tante, Rafael mau keluar nih,” kataku berbisik.<br />Ia hanya mengangguk. Kemudian dengan sekali hentakan lagi, aku merasakan suatu sensasi baru, kenikmatan yang sangat panjang, “Crot… croot… crooot…” terasa maniku menyemprot deras ke dalam vagina tante, sambil tanganku memeluknya dengan erat.<br />Aku hanya dapat mengerang penuh nikmat surgawi. Aku lemas di atas badan tante, lalu terlelap beberapa saat lagi.<br /><br />Beberapa saat ia menggeliat. Ia bangkit dan mengenakan kembali pakaiannya. Kurasakan tante memeluk dan menciumku mesra sekali. Disekanya keringatku yang meleleh, lalu diselimutinya badanku yang masih telanjang. Pergulatan itu memporak-porandakan kasurku, tapi aku kini merasa tidak sendiri dalam menikmati dunia ini. Tante Win, di pagi hari siap selalu mengantarkan sarapanku, dan jika suatu saat ia memerlukan kehangatan diriku, aku Rafael, boy friend-nya, selalu ada di sampingnya.</span>Cerita Seruhttp://www.blogger.com/profile/11284718548711892644noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6786224700136029903.post-61222753180540053932017-11-26T06:10:00.000-08:002017-12-07T06:53:51.462-08:00Foto-Foto Indahnya Memek<div style="text-align: center;">bulu memek lebat<br />bulu memek menggoda<br />bulu memek bikin ngaceng<br />bulu memek mempesona<br />bulu memek gondrong<br />memek lower<br />memek merah<br />memek basah<br />memek lebar</div><div style="text-align: center;">foto porno, memek indah, memek bulu tipis, bulu memek, Memek dina, memek berbulu tipis, bulu memek indah, bentuk jembut, photos bugil cewek, memek indah indonesia, memek jepang bulu lebat, foto memek indah, foto telanjang memek halus lebat, gambar memek rambut tipis, memek mulus bulu tipis, galeri memek berbulu, bulu indah wanita, bulu bulu aduhai, memek mulus bulu halus</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiCF3bn3Zm7KCEBlVQ0w3cRnZVxZlJTx2EicZ6-bO-DSnRMy8jxBMIjWox3eCJR10fZSn6njwXThUc8_7JGpNXmcCueiAIanuvWXv2JiKIfi5C9UYK4xCO0vW1hYwDDZD4qtuosWCPIW9s/s1600/tumblr_ntr8xfBNMb1u46g1xo1_1280.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="582" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiCF3bn3Zm7KCEBlVQ0w3cRnZVxZlJTx2EicZ6-bO-DSnRMy8jxBMIjWox3eCJR10fZSn6njwXThUc8_7JGpNXmcCueiAIanuvWXv2JiKIfi5C9UYK4xCO0vW1hYwDDZD4qtuosWCPIW9s/s640/tumblr_ntr8xfBNMb1u46g1xo1_1280.png" width="640" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOQbcOPgtOotPfgSYt7mB9I-CQD6MpKuHQsURM_4bG4e-BzUXr8wiMmOp8LR2hrXq7tbyB9OfnpY6kE9cCmnsvrKrmDn1ojxizJxre9ys026bGpWD3F5Vqjxtz9xqIYKnmjVsIotiZuEk/s1600/tumblr_ntr9anRSq01u46g1xo1_1280.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="508" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOQbcOPgtOotPfgSYt7mB9I-CQD6MpKuHQsURM_4bG4e-BzUXr8wiMmOp8LR2hrXq7tbyB9OfnpY6kE9cCmnsvrKrmDn1ojxizJxre9ys026bGpWD3F5Vqjxtz9xqIYKnmjVsIotiZuEk/s640/tumblr_ntr9anRSq01u46g1xo1_1280.png" width="640" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj7cA1ow5UfEX2H2sYm-RgWIxNHNVLDojUUER0HQP5M4Jp_o8kBBXbZi49gXltPXHSenAFWEvuCBCNhcH9KjJ009X09acp-0AnROHy1oTDx3iSJ8XHQnTmdLFpIjVaFRLa7Z6m1Ec150IY/s1600/tumblr_ntr90w3hZh1u46g1xo1_1280.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="558" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj7cA1ow5UfEX2H2sYm-RgWIxNHNVLDojUUER0HQP5M4Jp_o8kBBXbZi49gXltPXHSenAFWEvuCBCNhcH9KjJ009X09acp-0AnROHy1oTDx3iSJ8XHQnTmdLFpIjVaFRLa7Z6m1Ec150IY/s640/tumblr_ntr90w3hZh1u46g1xo1_1280.png" width="640" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5amV7i_X4fwjfOMOpfAv7Pzn94UT72tB3T3UXL_2sTjJ9zwXvIDfdMwKTNa397k_FF0mrZlcWGkzYaTYzl7xyjz9rwcLVrE77ypE79D-cdX6KFfwWdiLJBjI-8l8CT_yitb64knJR1S4/s1600/tumblr_nvnvtoJO401u46g1xo1_1280.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="466" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5amV7i_X4fwjfOMOpfAv7Pzn94UT72tB3T3UXL_2sTjJ9zwXvIDfdMwKTNa397k_FF0mrZlcWGkzYaTYzl7xyjz9rwcLVrE77ypE79D-cdX6KFfwWdiLJBjI-8l8CT_yitb64knJR1S4/s640/tumblr_nvnvtoJO401u46g1xo1_1280.png" width="640" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiTGUCWS4ZlJjcchrS2m3AMxNV95OWzV2zsx84PRLoYeBkELKfVn2syEXPzqq2n8rXeUHCjhsP3waKLt31HCqEmkVFKpV5bZI5TnOQkQj5H7UbBZdlqlQdQHibqmRVqJMm6yv6MTxWvuFU/s1600/tumblr_nwvhy9ir5h1u46g1xo1_1280.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiTGUCWS4ZlJjcchrS2m3AMxNV95OWzV2zsx84PRLoYeBkELKfVn2syEXPzqq2n8rXeUHCjhsP3waKLt31HCqEmkVFKpV5bZI5TnOQkQj5H7UbBZdlqlQdQHibqmRVqJMm6yv6MTxWvuFU/s640/tumblr_nwvhy9ir5h1u46g1xo1_1280.png" width="558" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7yxkNGLWmYa24U5iUBmggBmqY4TmZY_7LNyWY3zLCLsMKAxNYorq8Y9Tz8SRhUFcDJD4xz1Ldiv28SX2EtxNdKe_VJB9y_CazZgIGtLRNjTMQDGfaS5iHd_l2bOUCTjEb4-kV6cN8pY4/s1600/tumblr_nwvi309xkH1u46g1xo1_1280.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg7yxkNGLWmYa24U5iUBmggBmqY4TmZY_7LNyWY3zLCLsMKAxNYorq8Y9Tz8SRhUFcDJD4xz1Ldiv28SX2EtxNdKe_VJB9y_CazZgIGtLRNjTMQDGfaS5iHd_l2bOUCTjEb4-kV6cN8pY4/s640/tumblr_nwvi309xkH1u46g1xo1_1280.png" width="636" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgo6ZJjZ32XOl3BwH5-vjbeHe4DzGqXgWTZ2DcXi_ix61VTM_JYujc_8UzBtKmRAs2Pfgmc9W53h2dE3PVMRD7U4TWfpkrHMUc7dLfVg-8Ydr8k-yyWnqaImdeGdOntstquidNB95_LIUU/s1600/tumblr_nwvicyIdf11u46g1xo1_1280.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="368" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgo6ZJjZ32XOl3BwH5-vjbeHe4DzGqXgWTZ2DcXi_ix61VTM_JYujc_8UzBtKmRAs2Pfgmc9W53h2dE3PVMRD7U4TWfpkrHMUc7dLfVg-8Ydr8k-yyWnqaImdeGdOntstquidNB95_LIUU/s640/tumblr_nwvicyIdf11u46g1xo1_1280.png" width="640" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjcyxmM4b9LbzZMhq14Mx4XtlInHYqPPKIqi5dYo8JK7rY06I5TGu8iyl5PDY5vH9tZa6S58DJNy8wKjljVhuoery4Oz5QJ4j3XmOFrLOPBFdkN5emTjLKen8LXUDq0Wji3JI0srAVmSb0/s1600/tumblr_nwvihfHgfm1u46g1xo1_1280.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="542" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjcyxmM4b9LbzZMhq14Mx4XtlInHYqPPKIqi5dYo8JK7rY06I5TGu8iyl5PDY5vH9tZa6S58DJNy8wKjljVhuoery4Oz5QJ4j3XmOFrLOPBFdkN5emTjLKen8LXUDq0Wji3JI0srAVmSb0/s640/tumblr_nwvihfHgfm1u46g1xo1_1280.png" width="640" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiT8HnfZco10iJd2hKn5ROInLFWgxhwlfbPdyx3sLSyCiEXdXDgDfwmPree55fBxVntSQEbqzzmiPEh2ghdjTX-AO8ZqAkborTH-tyehLeTz9MaRgyrioqK099qD_esLXmFF3Xnu6e5aPU/s1600/tumblr_nwvim2MNEc1u46g1xo1_1280.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiT8HnfZco10iJd2hKn5ROInLFWgxhwlfbPdyx3sLSyCiEXdXDgDfwmPree55fBxVntSQEbqzzmiPEh2ghdjTX-AO8ZqAkborTH-tyehLeTz9MaRgyrioqK099qD_esLXmFF3Xnu6e5aPU/s640/tumblr_nwvim2MNEc1u46g1xo1_1280.png" width="418" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiSG8Tzhyr4IUiY20-1AshZa4qsIIYycd6xN3uD4_eMoaj-VnTmNFEX92NprJcSMuT3TeNAB30mBYd6bWBngYdAwoo3LQ3jbuIoUn4DcykQ8TtdwOUTicHlsB4bBtOt8w3GMNt0ZJ__GZM/s1600/tumblr_nyyjejuiCB1u46g1xo1_1280.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="460" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiSG8Tzhyr4IUiY20-1AshZa4qsIIYycd6xN3uD4_eMoaj-VnTmNFEX92NprJcSMuT3TeNAB30mBYd6bWBngYdAwoo3LQ3jbuIoUn4DcykQ8TtdwOUTicHlsB4bBtOt8w3GMNt0ZJ__GZM/s640/tumblr_nyyjejuiCB1u46g1xo1_1280.png" width="640" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhfJDLWv8XFRi05sU_BjB-Z3iHMTQczpVyntaQb1eCKuCjVBRElaAvtrqYD1LT-p3aYs4_i3yCN6657XDoqW2EQzctL9ZfrH9k8cWd2I3YemyeuzgygLMbHW6misB9AeJTa3xQ74GRtCg8/s1600/tumblr_nyyjjhHhgo1u46g1xo1_1280.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="530" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhfJDLWv8XFRi05sU_BjB-Z3iHMTQczpVyntaQb1eCKuCjVBRElaAvtrqYD1LT-p3aYs4_i3yCN6657XDoqW2EQzctL9ZfrH9k8cWd2I3YemyeuzgygLMbHW6misB9AeJTa3xQ74GRtCg8/s640/tumblr_nyyjjhHhgo1u46g1xo1_1280.png" width="640" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjd8OxvyHkepAJ5p_2ysk_aVd6a7XJJ-oMT6ddAGp9uCHA2i8d4fC5-9771qEQ22EGRneiGDg44lbxGG1ZWYmraVSauLqmA78u10eN_A5RjErephpMDm08XsdOvjoms8WibYqcANkYckGE/s1600/tumblr_o1iw2ih4191u46g1xo1_r1_1280.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="614" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjd8OxvyHkepAJ5p_2ysk_aVd6a7XJJ-oMT6ddAGp9uCHA2i8d4fC5-9771qEQ22EGRneiGDg44lbxGG1ZWYmraVSauLqmA78u10eN_A5RjErephpMDm08XsdOvjoms8WibYqcANkYckGE/s640/tumblr_o1iw2ih4191u46g1xo1_r1_1280.png" width="640" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhfl3aVdKRvFhG8azOgLRaZ_br8DzS7ehmp-ELquhjrOT-pJNZxndOk3TwzXwqJB_K2XUr3t-goAr6_cr1omxoaWrkUf75DMHMfGTLz-m45nNNX-4WOWW-vUfusU03uaYBpFgLq55q6pBY/s1600/tumblr_nzpdd6xURV1u46g1xo1_1280.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="492" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhfl3aVdKRvFhG8azOgLRaZ_br8DzS7ehmp-ELquhjrOT-pJNZxndOk3TwzXwqJB_K2XUr3t-goAr6_cr1omxoaWrkUf75DMHMfGTLz-m45nNNX-4WOWW-vUfusU03uaYBpFgLq55q6pBY/s640/tumblr_nzpdd6xURV1u46g1xo1_1280.png" width="640" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhOUYTaKqL11WWuseykEHrApgXiZEtVyvPQp8rPMK74FIHgz31LXDtDpK7nygEgfHsy9TqLP_n5OA0wTcv3wl5WWKpCk-cNvD2xCCaR_dcLhCowRAzDC0E3Z2LmSH5U5UQprfnfu8ourO0/s1600/tumblr_nzjudcBONp1u46g1xo1_1280.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhOUYTaKqL11WWuseykEHrApgXiZEtVyvPQp8rPMK74FIHgz31LXDtDpK7nygEgfHsy9TqLP_n5OA0wTcv3wl5WWKpCk-cNvD2xCCaR_dcLhCowRAzDC0E3Z2LmSH5U5UQprfnfu8ourO0/s640/tumblr_nzjudcBONp1u46g1xo1_1280.png" width="582" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiCqIKq4hsd2qZQXP3b96m4trTOamSwFiE0P4lig2Fv72UoNGx0Lny7V6b57M7Q2e5oouuQM9SwCj88R0tpXsWl1ClwLM8DfLpGD_1HH5zgdhpJSsclHAD5mJcz5qNOX0wETHrEHJfo9Fg/s1600/tumblr_nzh3qwx6CY1u46g1xo1_1280.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiCqIKq4hsd2qZQXP3b96m4trTOamSwFiE0P4lig2Fv72UoNGx0Lny7V6b57M7Q2e5oouuQM9SwCj88R0tpXsWl1ClwLM8DfLpGD_1HH5zgdhpJSsclHAD5mJcz5qNOX0wETHrEHJfo9Fg/s640/tumblr_nzh3qwx6CY1u46g1xo1_1280.png" width="482" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-fMRMlMjJg2LZFz0yBbdjAmpvdk38xoOZU1nPqUuP50eukiKllmqI-kKa1ZRzZhyphenhyphenOL4dD33yJmumHLwDUZbW0XUrOZadt3Z_RAVXMokvk4rUxhJKt39IHIJ0S-LO83SwBIF5n7xUzTUg/s1600/tumblr_nzh3goRNmh1u46g1xo1_1280.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-fMRMlMjJg2LZFz0yBbdjAmpvdk38xoOZU1nPqUuP50eukiKllmqI-kKa1ZRzZhyphenhyphenOL4dD33yJmumHLwDUZbW0XUrOZadt3Z_RAVXMokvk4rUxhJKt39IHIJ0S-LO83SwBIF5n7xUzTUg/s640/tumblr_nzh3goRNmh1u46g1xo1_1280.png" width="640" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjby2xGPAsJizZwss0O-9hgFcpK4mYN6YoHyWfKl2uO3llU2_-TWJSjijurp2u4HEZ-3bPzwy359NxoenvdkvRcvCILkPIcrZSTuBkqKvYxLKgKjDuEq8xu2aPzXgNqyGcBF-Ag7ae5COQ/s1600/tumblr_nz5vfyodG41u46g1xo1_1280.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="310" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjby2xGPAsJizZwss0O-9hgFcpK4mYN6YoHyWfKl2uO3llU2_-TWJSjijurp2u4HEZ-3bPzwy359NxoenvdkvRcvCILkPIcrZSTuBkqKvYxLKgKjDuEq8xu2aPzXgNqyGcBF-Ag7ae5COQ/s640/tumblr_nz5vfyodG41u46g1xo1_1280.png" width="640" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhqFd8Aj_LRIv_HL_uka1QUY-FR8L6hU7nNGc7glKpgsSeWSQerBL6woqUxUj8yB-uHSxOGF1YcC9b8vZEVh4n21oM9mPV9l5xJFTrPi8YWoLTwyOpI_WymQ1JrHhoeVnGaqdkAF_s5RxM/s1600/tumblr_o07rvgtgMk1u46g1xo1_r1_1280.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhqFd8Aj_LRIv_HL_uka1QUY-FR8L6hU7nNGc7glKpgsSeWSQerBL6woqUxUj8yB-uHSxOGF1YcC9b8vZEVh4n21oM9mPV9l5xJFTrPi8YWoLTwyOpI_WymQ1JrHhoeVnGaqdkAF_s5RxM/s640/tumblr_o07rvgtgMk1u46g1xo1_r1_1280.png" width="626" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEghcRlXNBDwSHUMz_UrBBMfeYq_yxfDQoYv9LblZXPwLE9fJ2blY6LAFYbX-Bbm5LTlB5w_E6ktYJ79mGRPEs9D40qoEBqfjYRvKs4Q9vkKfjs_5opWXBE4ePSAbwZ7cizLcdbuHeKREws/s1600/tumblr_o2qtvnpI3v1u46g1xo1_r1_1280.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="532" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEghcRlXNBDwSHUMz_UrBBMfeYq_yxfDQoYv9LblZXPwLE9fJ2blY6LAFYbX-Bbm5LTlB5w_E6ktYJ79mGRPEs9D40qoEBqfjYRvKs4Q9vkKfjs_5opWXBE4ePSAbwZ7cizLcdbuHeKREws/s640/tumblr_o2qtvnpI3v1u46g1xo1_r1_1280.png" width="640" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg6vSikr5Vl17tYED_EJ_GtkxHIHZZpzIXGiwAHy0B9r60wCU07qbzk9c0PmJRnGbxVHZrbUiUv1dqBfUD1nOFgEZNBTzMyQ3IscppMrPxTv6O4QhETzYt7zZUgKwBFLIwWp8WriOaWGjM/s1600/tumblr_o2qtyyBxXD1u46g1xo1_r1_1280.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="588" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg6vSikr5Vl17tYED_EJ_GtkxHIHZZpzIXGiwAHy0B9r60wCU07qbzk9c0PmJRnGbxVHZrbUiUv1dqBfUD1nOFgEZNBTzMyQ3IscppMrPxTv6O4QhETzYt7zZUgKwBFLIwWp8WriOaWGjM/s640/tumblr_o2qtyyBxXD1u46g1xo1_r1_1280.png" width="640" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7lQEKqn_IIgi1Ze4y3tF_koW16B-WTLUFeMohPRoIjAYJ5u8hXKa9jnB0JJkxsDzZx43S56ed5FNZLeRf41638goRTp4zyrV7gUSroyPoTfvom56v9FtdcyW-U_pFW8mEdHOFEMNBfXM/s1600/tumblr_o1iwrwXGZr1u46g1xo1_r1_1280.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="528" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7lQEKqn_IIgi1Ze4y3tF_koW16B-WTLUFeMohPRoIjAYJ5u8hXKa9jnB0JJkxsDzZx43S56ed5FNZLeRf41638goRTp4zyrV7gUSroyPoTfvom56v9FtdcyW-U_pFW8mEdHOFEMNBfXM/s640/tumblr_o1iwrwXGZr1u46g1xo1_r1_1280.png" width="640" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhjUMGSNPt-B-fBCazmxd-eppC-oPSNs3kVQybjs7M05oQLJa8xTFf55mIHpSx0o9SvIygmcoasNmMEYTOYnPVJ05Wf7LZWP5LfOAC4UaHRP0gzXfJWFWG1-AYhCAHe-K9iJLSvEZMj8l4/s1600/tumblr_o2wwi7u6H81u46g1xo1_r1_1280.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhjUMGSNPt-B-fBCazmxd-eppC-oPSNs3kVQybjs7M05oQLJa8xTFf55mIHpSx0o9SvIygmcoasNmMEYTOYnPVJ05Wf7LZWP5LfOAC4UaHRP0gzXfJWFWG1-AYhCAHe-K9iJLSvEZMj8l4/s640/tumblr_o2wwi7u6H81u46g1xo1_r1_1280.png" width="562" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZKyrU9FGBjVC-6Kd-R6ygZA5P8z6pfRIy5V5VgwGZdy2Q8h730caIwtWlTxeSTISczVWIE91PWF73RoNuK_RQhaM60CO_UIpiu4wHSfe7O8Gv31paqdqv3GF3iNsyEaCDPkE3fsYk9B0/s1600/tumblr_o2unflWXxc1u46g1xo1_r1_1280.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZKyrU9FGBjVC-6Kd-R6ygZA5P8z6pfRIy5V5VgwGZdy2Q8h730caIwtWlTxeSTISczVWIE91PWF73RoNuK_RQhaM60CO_UIpiu4wHSfe7O8Gv31paqdqv3GF3iNsyEaCDPkE3fsYk9B0/s640/tumblr_o2unflWXxc1u46g1xo1_r1_1280.png" width="630" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhmFx6rQTBWDG2JQEt0FoGvv1i_NKsxnKofqoXUtyO56OdrsWUcYTj3oWOEMpjRwQjhpBIEcsrOeuZGFg0aK3lQ4vfV-7ujdRrEkNKEWuWJtxbBczDKhMjSXhBY2vmEOBykta5jvVDF29U/s1600/tumblr_o1iwkyhQVv1u46g1xo1_1280.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="354" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhmFx6rQTBWDG2JQEt0FoGvv1i_NKsxnKofqoXUtyO56OdrsWUcYTj3oWOEMpjRwQjhpBIEcsrOeuZGFg0aK3lQ4vfV-7ujdRrEkNKEWuWJtxbBczDKhMjSXhBY2vmEOBykta5jvVDF29U/s640/tumblr_o1iwkyhQVv1u46g1xo1_1280.png" width="640" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgo5PZucfIyJy6PNipHgrKmNBqslCLczCfWg1iDXscFtqa9o7lw8EjdTSy6FMktNEWIK9dnB_fdjU1l9S5wyZ7XaegxRDcRAzjBjjjwYwxsT5Dhop2Mwfm-FDkemMzUuZA6rHxt-Acusgw/s1600/tumblr_o1iw9w3XUz1u46g1xo1_1280.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="500" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgo5PZucfIyJy6PNipHgrKmNBqslCLczCfWg1iDXscFtqa9o7lw8EjdTSy6FMktNEWIK9dnB_fdjU1l9S5wyZ7XaegxRDcRAzjBjjjwYwxsT5Dhop2Mwfm-FDkemMzUuZA6rHxt-Acusgw/s640/tumblr_o1iw9w3XUz1u46g1xo1_1280.png" width="640" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgGiqEl6JIKynPjuiybNiMASYZGJZyPrZtKLzyZJkk3K7yEbXKbDFXV29khsiqvbsg_vbEulYoGGz-Vgon5GwmT1unwxu6L1dx52n02BLC_QDbZUiGKfqSmWmHJQZqlYPXSz_atjwvNEeQ/s1600/tumblr_o2qu4dDDgF1u46g1xo1_r1_1280.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="568" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgGiqEl6JIKynPjuiybNiMASYZGJZyPrZtKLzyZJkk3K7yEbXKbDFXV29khsiqvbsg_vbEulYoGGz-Vgon5GwmT1unwxu6L1dx52n02BLC_QDbZUiGKfqSmWmHJQZqlYPXSz_atjwvNEeQ/s640/tumblr_o2qu4dDDgF1u46g1xo1_r1_1280.png" width="640" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhXc6FBkfGdkGM5wEaFHJ20FxDjUOQUPKcAtSUsaFMrZ_mgXb1233Kzy-TFNIKkFGPP5T4sV9MlnBIRzfOd0mPfOQKSh90FgJrlMQg6IKY7uG7g8EwA5Genl_SYL2XGv0gb_tSbQs25vJo/s1600/tumblr_o2uj8aRr2i1u46g1xo1_r1_1280.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="568" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhXc6FBkfGdkGM5wEaFHJ20FxDjUOQUPKcAtSUsaFMrZ_mgXb1233Kzy-TFNIKkFGPP5T4sV9MlnBIRzfOd0mPfOQKSh90FgJrlMQg6IKY7uG7g8EwA5Genl_SYL2XGv0gb_tSbQs25vJo/s640/tumblr_o2uj8aRr2i1u46g1xo1_r1_1280.png" width="640" /></a></div><div style="text-align: center;"></div>Cerita Seruhttp://www.blogger.com/profile/11284718548711892644noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6786224700136029903.post-57881365430053469142017-11-25T04:37:00.000-08:002017-12-07T06:53:51.802-08:00“Ooohhhhhh .. beesaaarrrr aa. maaaattttt.. kontolmu ooohhhhh..!!!”<div align="justify" style="line-height: 18px; margin-bottom: 1em; margin-top: 5px;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;"><span style="color: black;">Aku sedang berlibur di kota Bandung, nginap dirumah Om ku adik mama yang paling kecil. Mereka memang 7 bersaudara dan mamaku yang paling tua, aku saat itu berumur 20 tahun dan omku berumur 35 tahun. Istri om ku, tante Ida berumur 27 tahun, orangnya sangat cantik dan mempunyai tubuh yang mungil tapi padat. Pantatnya bebar-benar montok dengan pinggang yang ramping dan perut yang datar, maklum mereka belum mempunyai anak, biarpun sudah kawin hampir 3 tahun.</span><span id="more-8"></span></span></span></div><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;"></span></span><br /><div align="justify" style="line-height: 18px; margin-bottom: 1em; margin-top: 5px;"></div><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;"></span></span><br /><div align="justify" style="line-height: 18px; margin-bottom: 1em; margin-top: 5px;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;"><span style="color: black;"></span></span></span></div><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;"> </span></span><br /><div style="line-height: 18px; margin-bottom: 1em; margin-top: 5px;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;"><span style="color: black;">Akan tetapi tante Ida yang cantik itu, orangnya sangat judes, dia tidak memandang mata keluargaku, maklum kami hanya biasa-biasa saja, sedangkan tante Ida datang dari keluarga yang sangat kaya di kota Surabaya, dia hanya 2 bersaudara dan Ida adik perempuannya yang berumur 22 tahun, masih kuliah di ITB dan tinggal dirumah om dan tante Ida di Bandung.</span></span></span><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;"><span style="color: black;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-as3ZaRZgQgs/VicKg0Sv1HI/AAAAAAAAAN0/JK9gFrDKaxM/s1600/tante%2Bida.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="404" src="https://4.bp.blogspot.com/-as3ZaRZgQgs/VicKg0Sv1HI/AAAAAAAAAN0/JK9gFrDKaxM/s640/tante%2Bida.jpg" width="640" /> </a></span></span></span></div><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;"><span style="color: black;"></span></span></span><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;"><span style="color: black;"><b>TANTE IDA </b></span></span></span></div><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;"><span style="color: black;"></span></span></span></div><div style="line-height: 18px; margin-bottom: 1em; margin-top: 5px;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;">Selama aku berada dirumah om ku ini, hampir setiap hari tante Ida mengomel saja, karena dia memang sangat benci kalau aku menginap dirumah mereka. Disamping aku memang termasuk anak yang bandel, biarpun secara postur tubuh, aku sudah kelihatan sangat dewasa, karena tinggi badanku 175 cm dengan tubuh yang berotot, tante Ida curiga saja dan menganggap aku sering menerima duit dari om ku, pada hal sangat jarang om ku memberi aku duit.</span></span></div><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;"> </span></span><br /><div style="line-height: 18px; margin-bottom: 1em; margin-top: 5px;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;">Saat ini aku nginap di rumah mereka, sebenarnya hanya terpaksa saja, karena aku sedang berlibur di Bandung dan ibuku memberitahukan kepada om ku yang memaksa aku tinggal dirumahnya. Hari ini entah mengapa aku merasa suntuk banget sendirian, kemarin sore sebelum om ku pulang dari kantor, tante Ida marah-marah dan menunjukan muka cemberut terhadap saya. Saat itu rumah berada dalam keadaan sepi, om sudah pergi kekantor, Mbak Ani adik tante Ida sedang pergi kuliah, Bik Suti lagi pergi ke pasar, dan tante Ida katanya mau pergi ke arisan. Tadi sebelum pergi dengan nada yang setengah membentak, tante Ida menyuruh saya menjaga rumah.</span></span></div><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;"> </span></span><br /><div style="line-height: 18px; margin-bottom: 1em; margin-top: 5px;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;">“Dari pada BT sendiri, mending nonton BF aja di kamar,” pikirku.</span></span></div><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;"> </span></span><br /><div style="line-height: 18px; margin-bottom: 1em; margin-top: 5px;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;">TV mulai kunyalakan, kuambil CD porno yang kemarin kupinjam ditempat persewahan dekat rumah, adegan-adegan panas nampak di layar. Mendengar desahan-desahan artis BF yang cantik dan bahenol tersebut membuat aku terangsang. Dengan lincahnya tanganku melucuti celana beserta CD-ku sendiri. Burungku yang sedari tadi tegak mengacung kukocok perlahan. Film yang kutonton itu cukup panas, sehingga aku menjadi semakin bergairah. Kutanggalkan pakaian yang masih melekat, akhirnya tubuhku tanpa ada penutup sekalipun. Kocokan tanganku semakin cepat seiring dengan makin panasnya adegan yang kutonton. Kurasakan ada getaran dalam penisku yang ingin meyeruak keluar. Aku mau orgasme, tiba-tiba…</span></span></div><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;"> </span></span><br /><div style="line-height: 18px; margin-bottom: 1em; margin-top: 5px;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;">“Anton.. apa yang kamu lakukan!!” teriak sebuah suara yang aku kenal.</span></span></div><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;"> </span></span><br /><div style="line-height: 18px; margin-bottom: 1em; margin-top: 5px;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;">“Ooooohh… Tante…?!” aku kaget setengah mati dan sangat bingung sekali saat itu. Tak kusangka tante Ida yang katanya mau pergi arisan bisa kembali secepat itu. Tanpa sadar aku bangkit berdiri dan kudekati tante Ida yang cantik tapi judes itu, yang masih berdiri dalam keadaan kaget dengan mata membelalak melihat keadaanku yang telanjang bulat dengan penisku yang panjang dan besar dalam keadaan tegang itu. Tiba-tiba entah setan mana yang mendorongku, secara refleks saja aku menyergap dan mendekap tubuh tante Ida yang mungil padat itu. Badannya yang mungil dan tingginya yang hanya sampai sebahu dari ku, ku bekap dengan kuat dan kutarik agak keatas, sehingga tante Ida hanya berdiri dengan ujung jari kakinya saja dengan kepala agak tertengadah keatas, karena kaget. Dengan cepat kucium dan kulumat bibir tipisnya yang seksi.</span></span></div><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;"> </span></span><br /><div style="line-height: 18px; margin-bottom: 1em; margin-top: 5px;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;">“Eeeehhhh… ppppffffff…!!! badan tante Ida seketika<br />mengejang dan agak menggeliat menerima perlakuan yang tidak pernah dia<br />sangka akan berani aku lakukan itu dan sesaat kemudian dia mulai<br />memberontak dengan hebat, sehingga ciumanku terlepas….</span></span></div><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;"> </span></span><br /><div style="line-height: 18px; margin-bottom: 1em; margin-top: 5px;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;">“Anton.. jangan kurang ajar.. berani benar kau ini.. ingat, Toonnn.. Aku ini istri om mu…!!! Cepat lepas… nanti kulaporkan kau ke om mu…” teriak tante Ida dengan suara garang mencoba mengancamku.</span></span></div><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;"> </span></span><br /><div style="line-height: 18px; margin-bottom: 1em; margin-top: 5px;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;">Aku tak lagi peduli, salah tante Ida sendiri sih, orang mau orgasme kok diganggu. Dengan buasnya aku jilat belakang telinga dan tengkuknya, kedua payudaranya yang biarpun tidak terlalu besar, tapi padat itu langsung kuramas-ramas dengan buas, sampai tante Ida menjerit-jerit. Disamping nafsuku yang memang sudah menggila itu, ada juga rasa ingin balas dendam dan mau mengajar adat padanya atas perlakuan dan pandangannya yang sangat menghina padaku.</span></span></div><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;"> </span></span><br /><div style="line-height: 18px; margin-bottom: 1em; margin-top: 5px;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;">Dia mencoba berteriak, tapi dengan cepat aku segera menciumnya lagi. Ada kali 10 menit aku melakukan hal itu, sementara tante Ida terus meronta-ronta, dan mengancamku serta mencaci maki, entah apa saja yang dikatakannya, aku sudah tidak memperdulikannya lagi. Aku terus menyerangnya dengan buas dan mengelus-elus dan meramas-ramas seluruh tubuhnya sambil terus mencium mulutnya dengan rakus. Dia tidak dapat melepaskan diri dari dekapanku, karena memang tubuhku yang tinggi 175 cm dengan badan yang atletis dan berotot, tidak sebanding dengan tubuh tante Ida yang 155 cm dan mungil itu.</span></span></div><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;"> </span></span><br /><div style="line-height: 18px; margin-bottom: 1em; margin-top: 5px;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;">Akibat seranganku yang bertubi-tubi itu, lama kelamaan kurasakan tidak ada lagi perlawanan dari tante Ida, entah karena dia sudah lelah atau mungkin dia mulai terangsang juga. Merasa sudah tidak ada perlawanan lagi dari tante Ida, penisku yang panjang dan besar yang sudah sangat tegang itu kugosok-gosok pada perutnya dan kemudian kuraih tangannya yang mungil dan kuelus-elus ke penisku, tangan mungilnya kugosok-gosok, mengocok penisku yang mulai mengeras. Tubuhnya terasa mengejang, akan tetapi kedua matanya masih terpejam, dan tidak ada perlawanan darinya.</span></span></div><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;"> </span></span><br /><div style="line-height: 18px; margin-bottom: 1em; margin-top: 5px;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;">Kemudian ketika dengan perlahan kubuka baju tante Ida, dia dengan lemah masih mencoba menahan tanganku, akan tetapi tanganku yang satu mengunci kedua tangannya dan tanganku yang lain membuka satu demi satu kancing-kancing blusnya, dan perlahan-lahan mempertontonkan keindahan tubuh di balik kain itu. Setelah berhasil membuka blus dan BH-nya, kuturunkan ciumanku menuju ke payudara tante Ida yang padat berisi…</span></span></div><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;"> </span></span><br /><div style="line-height: 18px; margin-bottom: 1em; margin-top: 5px;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;">“Tooonnnn… aaammmpuunn… Toonnnnn… iiii.. iiingaaattttt.. Tooonnn..!!!”</span></span></div><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;"> </span></span><br /><div style="line-height: 18px; margin-bottom: 1em; margin-top: 5px;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;">Kucium dan kulumat putingnya yang berwarna kecoklatan itu. Terkadang kugigit dan kupuntir putingnya, sementara kusingkap roknya dan jari-jariku mulai mengelus-elus kemaluannya yang masih tertutup CD.</span></span></div><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;"> </span></span><br /><div style="line-height: 18px; margin-bottom: 1em; margin-top: 5px;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;">“Iiiiiiiiii…..ooohhhhhhh…..aaaagggghh<br />hhhhh……..ssssshhhhhhh……..Toooonnnnn……! !!!!” akibat perlakuanku itu,<br />kayaknya tante Ida mulai terangsang juga, itu terasa dari tubuhnya yang<br />mengejang kaku dan dengusan nafasnya makin terdengar kuat. Aku makin<br />memperhebat seranganku dan tiba-tiba tubuh tante Ida bergetar dengan<br />kuat dan……..</span></span></div><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;"> </span></span><br /><div style="line-height: 18px; margin-bottom: 1em; margin-top: 5px;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;">“Aaaahhhhhh..Toooonnnn…jaaa..jaaa<br />angaaannn….Tooonnnn……iiii…ngaaaatttt..Tooo nnn…<br />oooohhhhhhh…………aaaaaggggghhh…aaaaggghhh .aaaaggggggggghhhhh…!!!!!”<br />akhirnya, disertai tubuhnya yang mengejang dan menggeliat-geliat kuat,<br />serta kedua tangannya mendekap punggung ku….Seerrr.. cairan kewanitaan<br />tante Ida membasahi CD nya sekalian jemariku.</span></span></div><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;"> </span></span><br /><div style="line-height: 18px; margin-bottom: 1em; margin-top: 5px;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;">Setelah masa orgasmenya berlalu, terasa badan tante Ida melemas terkulai dalam dekapanku dan kedua matanya masih terpejam rapat, entah perasaan apa yang sedang bergelora dalam tubuhnya, puas, malu atau putus asa akibat perlakuanku terhadap nya , sehingga dia mencapai orgasme itu. Tarikan nafasnya masih terengah-engah.</span></span></div><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;"> </span></span><br /><div style="line-height: 18px; margin-bottom: 1em; margin-top: 5px;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;">Kami terdiam sejenak, sementara tubuh tante Ida bersandar lemas dalam dekapanku dengan mata. Jemari lentik tante Ida masih menggenggam penisku yang masih tegak mengacung.</span></span></div><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;"> </span></span><br /><div style="line-height: 18px; margin-bottom: 1em; margin-top: 5px;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;">Akhirnya secara perlahan-lahan kepala tante Ida menengadah keatas dan terlihat pandangan matanya yang sayu menatapku, sehingga menambah kecantikan wajahnya dan secara lembut terdengar suaranya…</span></span></div><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;"> </span></span><br /><div style="line-height: 18px; margin-bottom: 1em; margin-top: 5px;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;">“Oooohhhh….Toonnnn, apa yang kau perbuat pada tantemu ini…….?????”</span></span></div><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;"> </span></span><br /><div style="line-height: 18px; margin-bottom: 1em; margin-top: 5px;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;">“Eeeehhmmm…maafkan Anton tante….Anton lupa diri….abis tante tadi masuk<br />tiba-tiba selagi Anton akan mencapai klimaks….salah tante sendiri<br />sihhh…….lagi pula…tante amat cantik sihhh…..!!!!!!” sahutku mencari-cari<br />alasan sekenanya.</span></span></div><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;"> </span></span><br /><div style="line-height: 18px; margin-bottom: 1em; margin-top: 5px;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;">Sekarang kayaknya tante Ida sudah pasrah dan sambil tanganya masih<br />menggenggam penisku katanya lagi..</span></span></div><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;"> </span></span><br /><div style="line-height: 18px; margin-bottom: 1em; margin-top: 5px;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;">“Tooonnnn…..punya kamu gede amat yaaaa…????. Punya Om mu nggak sampai<br />segede ini..!!”</span></span></div><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;"> </span></span><br /><div style="line-height: 18px; margin-bottom: 1em; margin-top: 5px;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;">“Aaahhhhh, tante…apa betull…?????!” memang penis ku panjangnya 20<br />cm dan gede juga dengan kepalanya yang bulat besar, apalagi kalau lagi<br />sangat bernafsu begini.</span></span></div><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;"> </span></span><br /><div style="line-height: 18px; margin-bottom: 1em; margin-top: 5px;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;">Jemari lentik tante Ida yang tadinya hanya menggenggam saja, kini mulai<br />memainkan penisku dengan manja. Seperti mendapat mainan baru, tangan<br />tante Ida tak mau lepas dari situ.</span></span></div><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;"> </span></span><br /><div style="line-height: 18px; margin-bottom: 1em; margin-top: 5px;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;">“Taaannnnn…., kok diiiii…..dii…diamin aja, dikocok dong, Taannn…. biar<br />enaaakkk….!!!!”</span></span></div><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;"> </span></span><br /><div style="line-height: 18px; margin-bottom: 1em; margin-top: 5px;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;">“Ton, Ton.. kamu keburu nafsu aja….aaaaggghhh….!!!”, perlahan-lahan kedua<br />tanganku menekan bahu tante Ida, sehingga tubuh tante Ida berjongkok dan<br />sesaat kemudian kepalanya telah sejajar dengan selangkanganku. Kedua<br />tangannya segera menggenggam penisku dan kemudian tante Ida mulai<br />menjilati kepala penisku dengan lidahnya. Bergetar seluruh tubuhku<br />menerima rangsang dari mulut tante Ida. Dijilatnya seluruh batang<br />kemaluanku, mulai dari pangkal sampai ujung. Tak ada bagian yang<br />terlewat dari sapuan lidahnya.</span></span></div><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;"> </span></span><br /><div style="line-height: 18px; margin-bottom: 1em; margin-top: 5px;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;">Dikocoknya penisku didalam mulutnya, tapi tak semuanya bisa masuk.<br />Mungkin hanya 3/4 nya saja yang dapat masuk ke mulut tante Ida. Kurasakan<br />dinding tenggorokan tante Ida menyentuh kepala penisku. Sungguh sensasi<br />sangat luar biasa menjalar ke seluruh tubuhku. Cukup lama juga tante Ida<br />mengulum penisku. Kurasakan batang penisku mulai membesar dan makin<br />mengeras. Dari dalam kurasakan ada sesuatu yang memaksa untuk keluar.<br />Merasa aku akan keluar, tante Ida semakin cepat mengocok batang kemaluanku.</span></span></div><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;"> </span></span><br /><div style="line-height: 18px; margin-bottom: 1em; margin-top: 5px;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;">“Taaannnnn..ah..aohh.. taaannn.. Anton mo<br />keluar,…….aaauuugghhhh…..taaannnn..!!!!!!!”</span></span></div><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;"> </span></span><br /><div style="line-height: 18px; margin-bottom: 1em; margin-top: 5px;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;">Akhirnya..Croott..croott..croottt.. Hampir sepuluh kali cairan itu<br />menyembur dari ujung penisku. Diminumnya air maniku dengan, dijilatinya<br />semua, sampai tak ada lagi cairan yang tersisa. Meskipun sudah keluar<br />tetapi penisku tetap saja masih tegar, meski tak seberapa keras lagi.<br />Melihat itu, tante Ida mencium-cium kepala penisku dan menjilat-jilatnya<br />hingga bersih.</span></span></div><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;"> </span></span><br /><div style="line-height: 18px; margin-bottom: 1em; margin-top: 5px;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;">Kemudian kutarik berdiri tubuh tante Ida dan kudorong ke tempat tidur,<br />sehingga tante Ida terlentang diatas tempat tidur. Dengan cepat kulucuti<br />rok sekalian CD nya, sehingga sekarang tante Ida terlentang diatas<br />tempat tidur dengan tubuhnya yang mungil tapi padat itu berada dalam<br />keadaan telanjang bulat. Tante Ida hanya menatap ku dengan pandangan<br />yang sayu dan terlihat pasrah.</span></span></div><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;"> </span></span><br /><div style="line-height: 18px; margin-bottom: 1em; margin-top: 5px;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;">Aku naik keatas tempat tidur dan kedua kakinya kupentang lebar-lebar dan<br />aku berjongkok diantara kedua pahanya yang terpentang membuka lebar<br />kemaluannya yang telah licin, siap untuk diterobos.</span></span></div><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;"> </span></span><br /><div style="line-height: 18px; margin-bottom: 1em; margin-top: 5px;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;">Kupegang batang penisku dan kugosok-gosok sepanjang bibir kemaluannya,<br />sambil kutekan-tekan pelahan. Merasakan gesekan-gesekan lembut vagina<br />tante Ida, penisku mulai mengeras kembali. Ku ambil tangan tante Ida dan<br />ku tempatkan pada batang penisku, segera digengamnya penisku dan<br />diarahkan ke lubang kemaluannya. Dengan sedikit gerakan menekan, kepala<br />penisku perlahan-lahan mulai masuk setengah ke lobang kemaluan tante Ida.</span></span></div><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;"> </span></span><br /><div style="line-height: 18px; margin-bottom: 1em; margin-top: 5px;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;">Terasa lobang kemaluan tante Ida sangat sempit mencengkeram batang<br />kemaluanku. Dinding kemaluan tante membungkus rapat batang kemaluanku,<br />kutekan lagi dan tubuh tante Ida menggeliat…</span></span></div><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;"> </span></span><br /><div style="line-height: 18px; margin-bottom: 1em; margin-top: 5px;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;">“Oooooohhhhhh… Toooonnnn… bee.. beeeesaaarrrr<br />aaaaa.. maaaattttt.. pe.. peeelaaan… pee laaan… Tooooonnnnn… ooooohhhhh..!!!!!” tante Ida merintih perlahan.</span></span></div><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;"> </span></span><br /><div style="line-height: 18px; margin-bottom: 1em; margin-top: 5px;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;">Secara pelan dan hati-hati aku menekan batang kemaluanku makin dalam… terus… terus…. ooohhhhhh… eeeenna aaak… benaaarrrr… terasa jepitan kuat dinding kemaluan tante Ida yang menjepit rapat batang kemaluanku.</span></span></div><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;"> </span></span><br /><div style="line-height: 18px; margin-bottom: 1em; margin-top: 5px;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;">Perasaanku terasa melayang-layang dilanda kenikmatan yang tidak terlukisakan ini…..</span></span></div><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;"> </span></span><br /><div style="line-height: 18px; margin-bottom: 1em; margin-top: 5px;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;">“Taaaaannnnn……ooohhhhhh…..eeee euuuuunnaaaakkkkkkkk…taannnnn….!!!!”</span></span></div><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;"> </span></span><br /><div style="line-height: 18px; margin-bottom: 1em; margin-top: 5px;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;">Dengan kedua paha yang terkangkang lebar-lebar dan kedua tangannya berpegang pada pinggangku, tante Ida memandang ku dengan tatapan sayu, terlihat sangat cantik dan menawan, sehingga aku yang sedang bertumpu diatasnya perasaanku terasa menggila, melihat dan merasakan wanita cantik dan ayu yang berbadan mungil tapi padat ini, terlentang pasrah dibawahku, menerima seluruh perlakuanku.</span></span></div><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;"> </span></span><br /><div style="line-height: 18px; margin-bottom: 1em; margin-top: 5px;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;">Kugerakan perlahan-lahan pinggulku menekan kebawah, sehingga penisku<br />terbenam makin dalam kelobang kemaluannya, dalam….. dalam….. terus……<br />terus….. daannnn….. ….kemudian……ujung kepala penisku terasa mentok,<br />karena beberapa kali tubuh tante Ida mengejang ketika aku mencoba<br />menekan lebih kuat, aku kemudian mulai menarik keluar dan selanjutnya<br />memompa keluar masuk.</span></span></div><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;"> </span></span><br /><div style="line-height: 18px; margin-bottom: 1em; margin-top: 5px;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;">Dengan bersemangat aku mulai menaik-turunkan tubuhku. Gerakan naik-turun<br />yang terkadang diselingi dengan gerakan memutar, sungguh merupakan<br />sensasi yang sangat luar biasa. Apalagi posisi kedua paha tante Ida<br />terkangkang lebar-lebar, membuat tikaman-tikamanku terasa jauh didalam<br />dasar lobang kemaluannya. Aku dapat melihat payudara tante Ida<br />bergerak-gerak keatas kebawah setiap kali aku menekan masuk penisku<br />dalam-dalam sehingga kedua selangkangan kami berhimpit rapat-rapat.</span></span></div><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;"> </span></span><br /><div style="line-height: 18px; margin-bottom: 1em; margin-top: 5px;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;">Kemudian kurasakan otot-otot kemaluan tante Ida dengan kuat menyedot<br />penisku. Semakin lama kurasa semakin kuat saja kemaluan tante Ida menjepit penisku. Kulihat wajah tante Ida nampak makin memerah menahan orgasme keduanya yang akan melandanya sebentar lagi.</span></span></div><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;"> </span></span><br /><div style="line-height: 18px; margin-bottom: 1em; margin-top: 5px;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;">“Aaaaaaddduuuuuhhhhh….Toooonnn.. Aaaagggghhhhhh.. Oouggg..<br />hhaa..hhaa…Toooonn …taaannnn…teeeee…maaa…. Maaauuuu…keee…<br />keeeeluaraarrrr lagi, Toonnnnn…!!!!!!!.”</span></span></div><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;"> </span></span><br /><div style="line-height: 18px; margin-bottom: 1em; margin-top: 5px;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;">Dan….. Seeeeerrrr…..kurasakan cairan hangat membasahi penisku.</span></span></div><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;"> </span></span><br /><div style="line-height: 18px; margin-bottom: 1em; margin-top: 5px;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;">Sementara nafsuku sudah sangat memuncak menuntut penyelesaiannya, aku sudah tidak bisa lagi bertindak halus, tanpa banyak bicara, segera saja kupompa pantatku dengan cepat dan gencar, mendapat serangan yang agak kasar dan tiba-tiba itu tante Ida menjerit-jerit kesakitan. Meskipun lobang kemaluan tante Ida telah basah dan licin banget, tapi tetap saja terasa seret untuk ukuran penisku yang besar.</span></span></div><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;"> </span></span><br /><div style="line-height: 18px; margin-bottom: 1em; margin-top: 5px;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;">Tak kuhiraukan lagi suara tante Ida yang menjerit-jerit kesakitan, yang<br />ada dipikiranku saat itu adalah aku ingin segera mengakhiri permainan<br />ini dan merasakan nikmat yang akan datang padaku. Kurasakan otot-otot<br />penisku mulai berdenyut-denyut dengan kerasnya, ada sesuatu yang<br />berusaha untuk keluar dari batang penisku. Kucoba untuk menahannya<br />selama mungkin agar tidak segera keluar, tapi jepitan dinding kemaluan<br />tante Ida akhirnya meruntuhkan pertahananku.<br />“Aaaaaauuddddduuhhhh… taaannnnnn… teeeee… oooooohhhhh…..!!!!” keluhan panjang penuh kenikmatan keluar dari mulut ku disertai dengan<br />…croott.. croott….croooootttt….semburan..maniku menyemprot dengan kuat,<br />mengisi relung-relung terdalam lobang kemaluan tante Ida, kemudian<br />badanku tertelungkup lemas menidih badan mungi tante Ida, sementara<br />kuubiarkan penisku tetap didalam kemaluan tante Ida untuk merasakan<br />sisa-sisa orgasmeku. Kurasakan kemaluan tante Ida tetap saja<br />berdenyur-denyut, meski tak sekuat tadi.</span></span></div><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;"> </span></span><br /><div style="line-height: 18px; margin-bottom: 1em; margin-top: 5px;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;">“Taannnn, terima kasih ya, udah mau temenin Anton main.!!!!” kataku dengan manja.</span></span></div><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;"> </span></span><br /><div style="line-height: 18px; margin-bottom: 1em; margin-top: 5px;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;">“Kamu, tuh, Ton, kalau lagi nafsu jangan main maksa dong, masak tantemu sendiri kamu perkosa juga…..!!!!”</span></span></div><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;"> </span></span><br /><div style="line-height: 18px; margin-bottom: 1em; margin-top: 5px;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;">“Iiihhhhh…tante…..tapi tante senang juga….kaannnn …..????”</span></span></div><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;"> </span></span><br /><div style="line-height: 18px; margin-bottom: 1em; margin-top: 5px;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;">“Iya.. siiihhh….!!!!!” kata tante Ida malu-malu.</span></span></div><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;"> </span></span><br /><div style="line-height: 18px; margin-bottom: 1em; margin-top: 5px;"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;">Sejak saat itu sikap tante Ida terhadapku berobah seratus persen, biarpun sikap kami ini tetap terjaga dihadapan om dan adik tante Ida. Aku dan tante Ida sering berhubungan sex bersama kalau rumah lagi sepi. Aku makin merasa sayang saja terhadap tante Ida, apalagi tante Ida melayani nafsu sex saya dengan rela dan sepenuh hati.</span></span></div><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;"><span class="Apple-style-span" style="color: #333333; line-height: 17px;">Setelah membersihkan masing-masing kemaluan kami, dengan telanjang bulat aku mencoba menggendongnya ke kamar, dalam keadaan bugil pula. Ia ketawa cekikikan ketika kucium dadanya. Ia menggeleng manja ketika ia akan kuletakkan di tempat tidur sebelahku. Akhirnya badannya yang montok itu kutaruh perlahan di tempat tidur. Tangannya masih menggayut leherku ketika aku hendak mengambil selimut, seakan tidak ingin kehilanganku sesaatpun. Akhirnya kamipu ter tidur di kasurnya, meskipun agak sempit. Dengan kaki kanan yang menaiki perutku, ia tidur disisi kananku dengan kepala terkulai didadaku. Aku membelai rambutnya dan pikiranku menerawang, menikmati sisa-sisa persenggamaan tadi.<br />Esoknya Aku Pergi Kebandung untuk berlibur ditempat Tante IDA </span></span></span>Cerita Seruhttp://www.blogger.com/profile/11284718548711892644noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6786224700136029903.post-61028686998909135692017-11-25T04:36:00.000-08:002017-12-07T06:53:52.140-08:00“Kontol kamu.. Sonn.. enak banget.. hhmm..!”<div style="text-align: center;"><br /></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2be7e6luD5xpebjSqGQguKeJU4aCatjfxesYAjGB_4ggdF0LteTJfV6txMRwZMdgvqFRMGOb3thuJvEX5S8dK9Bc25xpoACiSEJBWhJZqflGbJzku2aaZssel2106rHeBPmNhKpKla_I/s1600/kumpulan-foto-bugil-telanjang-cewek-igo-kesepian.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2be7e6luD5xpebjSqGQguKeJU4aCatjfxesYAjGB_4ggdF0LteTJfV6txMRwZMdgvqFRMGOb3thuJvEX5S8dK9Bc25xpoACiSEJBWhJZqflGbJzku2aaZssel2106rHeBPmNhKpKla_I/s640/kumpulan-foto-bugil-telanjang-cewek-igo-kesepian.jpg" width="426" /></a></div>Waktu itu, aku berdiri sendirian di depan ekskalator, di lantai 2 Dieng Plaza Malang. Selama di situ, aku hanya bengong sambil melihat orang-orang lewat di depanku. Sampai tiba-tiba ada cewek menghampiriku sambil membawa barang belanjaannya.<br />Aku lihat kayaknya sedikit lebih tua dariku. Yah.. kutaksir sekitar 30-an deh. Tapi dia cantik sekali, cocok jadi bintang film. Apalagi dengan dandanannya yang natural dan rambutnya yang tergerai indah sedada berwarna merah kecoklatan.., cakep sekali deh! Bodinya seksi banget. Pake tank top warna putih, yang kayaknya kekecilan buat dadanya sehingga terlihatlah putingnya di balik bajunya. Aku terpesona sekali melihatnya, tapi aku takut dia marah.<br />Tiba-tiba.. dia nepuk pundakku sambil bertanya, “Maaf mas, kalau ‘pasar ikan’ adanya dimana ya..?”<br />Aku berusaha menutupi kekagetanku dan berusaha menjawab sesantai mungkin,”Ahh.., Mbak ini becanda ya.. disini mana ada yang jual ikan mbak. Adanya ya di pasar besar..”<br />“Oh, gicu ya Mas ya..” katanya sambil mikir.<br />Itulah awal pembicaraan kami rupanya dia tadi hanya memancingku aja, sampai akhirnya kenalan dan ngobrol North-South. Namanya Juliet, umur 31 tahun, rumah di Jl. Taman Wilis 1C Malang, mantan gadis sampul yang bersuami seorang pengusaha. Kebetulan suaminya lagi tugas 1 bulan ke Liverpool Inggris, jadi dia jalan-jalan sendirian. Belum punya anak, karena suaminya menderita impoten.<br />Setelah ngobrol selama 1 jam sambil makan di cafe. Lalu, aku diajaknya ke rumahnya. Dia mengendarai mobil mewahnya BMW Sport 1 pintu.<br />Setelah sampai di rumahnya yang sangat besar. Padahal aku baru melihatnya dari depan saja.<br />Setelah di-klakson sama dia, seorang satpam membuka pintu pagar.<br />Sebelumnya, Mbak Juliet sudah bilang, “Kalau ada pembantu saya, kamu bilang aja saudara dari suamiku, ya..?”<br />Sambil berakting layaknya bintang sinetron, Mbak Juliet memperkenalkan aku sebagai saudara suaminya pada pembantunya. Dan lalu menyuruhnya untuk masak-masak buat makan malam.<br />“Ayo masuk Son..? Duduk-duduk saja dulu sebentar di dalem.. ya.. Aku mau ganti baju dulu..” katanya setelah pembantunya pergi ke dapur.<br />“Eee.. mbak.. kamar kecilnya dimana ya..?”tanyaku.<br />“Ayo deh, Mbak tunjukin..”katanya sambil menggandeng tanganku.<br />Sampai akhirnya tiba di kamar mandi.<br />“Tuh kamar mandinya di sana..” katanya sambil menunjuk ke pintu di ujung kamar.<br />Aku langsung ke sana, dan ketika mau menutup pintu, Mbak Juliet tiba-tiba menahan pintu dari luar kamar mandi sambil berkata dengan genit, “Jangan lama-lama ya Son..!” Terus ditutup deh pintunya sama dia.<br />Pas lagi pipis, mataku tiba-tiba tertuju pada sebuah benda panjang yang berada di balik botol-botol sabun. Ketika kuambil.., ternyata Penis plastik yang berwarna hitam..! Lalu..<br />Karena pintunya tidak kukunci, secara diam-diam Mbak Juliet masuk ke kamar mandi. Karena saat itu aku sedang kaget, tiba-tiba aku dipeluk dari belakang secara lembut. Tangan kiri Mbak Juliet meraih tanganku yang lagi memegang Penis tiruan itu, sedangkan tangan kanannya meremas kontol-ku.<br />“Ini mainan aku Son, kalau lagi kesepian..” bisiknya tepat di telingaku.<br />Aku terdiam seperti patung, keringat mengucur dengan deras sekali..<br />“Tapi jauh lebih enak kalau pake yang asli Son..” desahnya.<br />Aku benar-benar tidak dapat berbuat apa-apa ketika dia mulai menjilat leher sekitar telinga. Rasanya geli-geli enak dan aku benar-benar tersihir. Sambil terus menjilat dia berusaha membuka celanaku dari belakang.<br />“Hhh.., jangan Mbak..!” aku berusaha mengingatinya.<br />Tapi.. kenapa Son..? Hhhmm slurp.. slurp.., nggak suka ya..?” desisnya sambil tetap mencium dan menjilat leherku.<br />“Hhh.., Sony masih perjaka mbak..!” kataku.<br />“Ahh.. masak sih.. ayo dong.. ntar Mbak ajarin deh.. nikmat kok Son.. mau ya Son..?”katanya<br />“Tapi mmbakk.. hh..”teriakku.<br />“Ayo ikut ke kamar Mbak aja ya.. biar lebih enak..” katanya sambil menarik lenganku.<br />Dia menuntunku keluar kamar mandi sampai di pinggir ranjang, langsung memagut mulutku dengan ganas. Lidahnya meliuk-liuk mencari-cari lidahku, sementara tangannya kembali berusaha membuka celanaku. Aku yang sudah pasrah dan bengong, mendekap tubuhnya yang sexy dan montok.<br />Setelah celanaku melorot, ciumannya beralih ke leher, ke dada, perut, dan akhirnya ke Penisku. Dia mengurut Penisku pelan-pelan, “Woowww.. enak banget rasanya.. ohh..?” desahku.<br />“Kamu tetap berdiri, ya Son.. jangan rebah..!” pintanya sambil tersenyum manis.<br />Aku mengangguk saja.<br />“Kontol kamu.. Sonn.. enak banget.. hhmm..!”<br />Tiba-tiba dia langsung menghisap penisku, bahkan mengocok-ngocok di mulutnya.<br />“Ohh..?” desahku keenakan.<br />“Hhmm.. slurp.. slurp..! Aahh.. slurp.. slurp..!”<br />Kadang-kadang dia sengaja mengguncang-guncang penisku ke kiri ke kanan dengan mulutnya, sementara kedua tangannya mengelus-elus pantat dan bijiku.<br />“Aahh.. jangan kenceng-kenceng dong, Mbak..!” kataku saat dia menghisap dengan bernafsu.<br />Dia hanya tersenyum, lalu meneruskan kegiatannya. Hisap.. lepas.. hisap.. lepas.., terus sampai akhirnya dia seperti kelelahan.<br />“Hmm.., kontol kamu enak banget Son..” katanya sambil menjilat bibirnya yang penuh lendir.<br />Kelihatan sekali dari sorot matanya yang liar kalau dia sudah sangat horny.<br />“Udah lama saya nggak ngisap kontol seenak ini, Son..”<br />“Mbak..”panggilku.<br />“Jangan panggil aku Mbak dong..” desisnya sambil mencium kepala kemaluanku,”Panggil Jull.. aahh.. aja ya.. sstt..” desahnya.<br />Kembali dia menjilat kemaluanku dengan lidah meliuk-liuk seperti lidah ular. Kali ini jilatannya naik ke atas, sambil tangannya membuka T-shirt-ku. Aku juga tidak mau kalah, ikutan membuka baju-nya. Dan ohh.. terlihatlah susunya yang besar itu.. kayaknya 36C. Ternyata dia tidak memakai BH. Jadi sekarang hanya sisa CD-nya aja.<br />“Ayo, hisap dong tetekku Son..” desahnya.<br />Aku tidak menunggu lama-lama lagi, langsung kulumat payudara yang bulat itu. Awalnya yang kiri, dan yang kanan kuremas-remas. Juliet mengerang dan menjatuhkan diri ke ranjang.<br />“Aahh.. sstt, ayyoohh.. sedot yang kuat.. Son.. hh.., hiissaapp.. putingnya oohh.. oohh..!” desahnya.<br />Aku dengan semangat menghisap sesuai perintahnya. Sesaat kugigit lembut putingnya.<br />“Aaahh.. ennakk..! Hhh.. sedot terus.. sstt.. yang.. kuathh.. aahh..!” jeritnya sambil menggelinjang.<br />Rupanya arus kenikmatan mulai menerpa Juliet. Tangan kananku mulai menjelajah memeknya yang masih tertutup CD. Wah, sudah basah rupanya..! Apalagi saat jari tengahku menyelinap di antara Labia majora, kerasa sekali beceknya.<br />Pinggulnya mulai naik turun, rupanya Juliet sadar ada benda asing yang menggesek kemaluannya. Apalagi saat jariku menyentuh klitorisnya, makin kencang goyangannya. Seakan berusaha agar jariku tetap di klitorisnya, tidak pindah kemana-mana. Terbukti saat tangannya memegang tanganku yang ada di kemaluannya,”Ya.. Say.. teruss.. oohh.. sstt.. gesek itilku.. oohh..!” erangnya.<br />Sekarang ciumanku sudah pindah ke lehernya yang jenjang dan harum mulus. Memeknya tetap dihibur dengan jariku, sementara tanganku yang lain membelai rambut indahnya.<br />“Udahh.. Son.. aku nggak tahan say.. sst..!” kata Juliet.<br />Lalu dia menelentangkan aku dan dia ada di atasku. Dia langsung menempatkan lubang kemaluannya tepat di depan wajahku dan secara perlahan dia buka CD-nya dengan membuka ikatan tali di sampingnya. Tercium semerbak wangi memeknya yang benar-benar membuatku terangsang. Tampak tetesan lendir di lubang memeknya.<br />“Hm.., wangi sekali Jul. Sony suka baunya..” kataku.<br />“Kamu suka bau memekku, Son..?” katanya manja.<br />“Ya Jul, dua-duanya say..”<br />“Kalo gitu, jilatin dong say memekku..!” katanya sambil menurunkan memeknya ke wajahku.<br />“Ayo jilat, Say..!” desahnya.<br />Kuhisap-hisap klitorisnya yang menyembul, kujilat memek dan anusnya. Dan semua yang ada di sekitar kemaluannya kujilat dan kuhisap.<br />“Jilaatt.. ohh.. terruusshh.. Son.. jillaatt.. itilnyaa.. itilnyaahh.. teerruusshh.. ohh..” desahnya.<br />Wajahku benar-benar dijadikan gosokan sama dia. Digosoknya terus memeknya di wajahku, kadang berputar-putar. Lalu, Juliet mengubah posisinya jadi di bawah, tapi tetap sambil kujilat memeknya. Dia menggeliat-geliat, kadang menyentak ke belakang saat klit-nya kuhisap atau kujilat. Kadang mengerang, menjerit, melolong, bahkan kadang kepalaku dijepit dengan kedua pahanya yang putih mulus itu.<br />“Ahh.. ohh.. oohh.. Jul mau keluaarr.. Sayyhh.. ohh.. ohh..”desahnya.<br />Saat dia menjerit-jerit cepat-cepat kuhentikan jilatanku dan cepat-cepat berdiri di samping ranjang.<br />“Jul.. kamu nggak pa-pa kan..”kataku bingung.<br />Tidak lama kemudian Juliet tersadar..<br />“Ahh..? Lho..? Koq.. Kenapa brenti sih Son..?” setengah menjerit, lalu celingukan mencariku.<br />Setelah melihatku ada di sampingnya sambil bengong, Juliet benar-benar geram.<br />“Kamu.. bener-bener jahat Son..!”<br />Juliet memasukkan 2 jari kirinya ke memeknya.<br />“Sony.., kamu bener-bener jahat..!” jeritnya.<br />“Tapi, Jul kan tadi menjerit.. Sony jadi ketakutan..” kataku.<br />“Aduh.. kamu kok culun amat sih Son.. dasar perjaka.. tapi nggak pa-pa deh..”katanya.<br />Untung diluar masih hujan besar. Jadi jeritannya tertutup dengan suara hujan.<br />“Sini dong Son..!” pintanya manja.<br />Karena aku bengong terus lalu dia dengan meraung seperti macan dia melompat dari ranjang, berusaha menerkamku. Tapi gagal, karena aku berkelit karena ketakutan. Aku berusaha menghindar dari sergapannya yang dipenuhi hawa nafsu.<br />“Jahat..! Jahat..! Jahat..!” jeritnya sambil berusaha mengejarku.<br />Kami berdua seperti penjahat dengan korbannya yang lagi main kejar-kejaran.<br />Karena kelelahan aku berhasil ditangkapnya. Aku langsung duduk di kursi sofanya. Lalu, tanpa basa-basi lagi, Juliet langsung duduk berhadapan di pahaku. Bulu kemaluannya terasa lembut menyentuh pahaku, sedangkan batang kemaluanku merapat di perutnya.<br />“Mau lari kemana, Son..? Jahat..!” katanya sambil menggesek-gesekkan puting susunya ke putingku, rasanya nikmat sekali.<br />“Orang Jul lagi mau ‘keluar’ koq dikerjain.. hh..? Itu nggak boleh, Say..!” omelnya sambil menatap tajam.<br />“Ya Jul.. Sony salah..” kataku.<br />Lalu kupagut bibirnya yang basah itu. Langsung dibalas dengan ganas. Juliet memelukku dengan erat sambil menggesek naik turun kemaluannya ke kontolku.<br />Kemudian dia menghentikan pagutannya, lalu tersenyum mengejekku.<br />“Kamu udah bikin Jul pusing, kamu harus Jul hukum..” katanya.<br />“Dihukum apa Jul..?” kataku penasaran.<br />“Hukumannya ini Son..” lalu Jul meraih kontolku dan langsung dimasukkan ke memeknya, “Ngentotin sampai aku puaass.. oohh..!”<br />Lalu, Juliet langsung menggenjot kontolku UP-DOWN.<br />Aduh, benar-benar nikmat nggak tahunya. Begitu ketat mencengkeram kontolku. Sementara itu, di depan wajahku terpampang payudara besar yang terguncang-guncang.<br />“Ahh.. oohh.., kontol kamu.. enak Son.. sstt.. ahh.. sst.. ahh..” desahnya sambil naik turun.<br />Aku tidak dapat menjawab, soalnya lagi asyik melumat teteknya. Tanganku mengelus-elus sekitar pantat semoknya sampai belakang memeknya, biar dia benar-benar puas.<br />“Ah.. ah.. terus Son..! Jangan berhenti Say..! Jul, suka ngentot sama kamu.. hh enak.. ohh.. ahh..!” jeritnya.<br />Kadang kusentak juga dari bawah, dan Juliet senang sekali kalau sudah begitu.<br />“Sentak lagi.. oohh.. Aaa..! Iya.. iya.. gitu.. lagi.. lagii.. oohh..!”<br />Lagi asyik-asyiknya dia menggenjot kontolku, tiba-tiba kuberdiri sambil membopongnya. Lalu aku jalan-jalan keliling kamar sambil tetap dia mengocok kontolku dengan memeknya yang luar biasa. Sebagai ganti sentakan yang dia suka, aku jalannya kadang seperti orang melompat. Kan jadi sama nyentaknya. Tapi itu tidak dapat lama-lama, karena badannya lumayan berat. Jadi aku balik ke ranjang.<br />“Kamu di bawah ya, Say..! Jul suka di atas.. ss..” desisnya manja.<br />“Ya.., buat Jul.. apa aja deh..!” kataku.<br />Tanpa banyak buang waktu, Juliet kembali melanjutkan goyangannya. Kadang goyangnya benar-benar maut, sampai menyentak kepalanya ke belakang. Atau kadang sambil meremas payudaranya, seperti di film-film Vivid. Atau dengan merebahkan kepalanya di dadaku. Sambil mengocok, seperti biasa dia suka sekali berkata kotor.<br />“Hhmm.., ohh.. yess.. ***** me.. ahh.. hhmm.. enak kan, Say..?”<br />“Enakk.. banget, Jul..” lenguhku.<br />“Seneng khaann.. Son..!”<br />“Ya, .. sseneng.. ohh..”<br />“Jul.. sukka.. kontol kamu.. Son.. oohh..” desahnya manja.<br />“Sony juga suka memek Jul.. ohh..” desahku.<br />10 menit kemudian, aku merasa seperti akan pipis, karena kontolku sudah berdenyut. Rupanya Juliet juga begitu. Dinding memeknya mulai bergetar dan sudah basah sekali. Genjotannya pun sudah mulai mengganas, seperti saat dia menjerit tadi.<br />“Oohh.. Son.. Sony mau.. pipis..”<br />“Jul.. juga Son.. mau keluar.. tahan yah.. Son, kita barengan ya.. Son..!” desahnya.<br />Lalu, Juliet sudah semakin tegang, makin erat memelukku.<br />“Auh.. I’m comin’ Say.. ohh.. ahh.. ahh..!” jeritnya, makin lama makin keras.<br />Dan, “Teruss.., Son.. teruss.. aku.. ohh.. ahh.. Jul keluarr..”<br />Dia menjerit dan menghentak-hentak dengan ganasnya. Saat itu, otot memeknya betul-betul tegang dan memerah batang kontolku. Dia menyemprotkan banyak sekali cairan..<br />Lalu,<br />“Jul.. Sony mau pipis juga.. ohh..!”<br />“Pipiskan aja di dalam Son.. jangan dilepass.. Say.. aa..!”<br />“Crot.. crot.. crot..!” cairankuku muncrat di dalam memeknya.<br />Aku tidak dapat berkata apa-apa lagi, hanya bisa menerawang ke langit-langit. Menikmati orgasme. Masih ada beberapa hentakan lagi, sebelum akhirnya Juliet terkulai lemas di dadaku. Rambutnya yang indah itu menghampar bebas, langsung kubelai.<br />“Son.., makasih ya.., kamu telah memberi saluran yang selama ini belum pernah Jul rasakan” katanya sambil mencium bibirku dengan lembut.<br />“Terus gimana Jul.. tentang rencana selanjutnya..?”tanyaku.<br />“Entar aja deh, biar Jul pikir-pikir dulu, Son”katanya.<br />“Bila Jul benar-benar mau cerai ama Fadli. Sony mau jadi gantinya..”kataku.<br />“Ahh.. yang bener Son.. emang kamu masih mau ama aku.. cewek yang udah tua ini..?”katanya.<br />“Sony cinta ama Jul sejak pertama kita ketemu. Sony nggak memperdulikan usia Jul berapa yang penting Sony cinta ama Jul..”kataku sambil mengecup bibirnya.<br />“Ohh.. Son kau sungguh lelaki jantan dan bertanggung-jawab. Sebetulnya Jul juga suka ama kamu tapi khan aku sadar kalau usiaku udah diatas kamu. Tapi, kenyataannya kamu suka ama Jul. Jadi, Jul setuju aja.. tapi Sony sabar dulu ya.. Biar Jul selesaikan urusan dengan suami Jul.. ya manis..”katanya sambil mengecup bibirku lagi.<br />“Ya Jul, Sony akan tunggu..?”tanyaku.<br />“Nah gitu dong.. oh ya say.. Sony harus datang kesini dan harus memuaskan Jul setiap waktu.. ya sayang..”katanya.<br />“Ya say..”jawabku. Lalu, kita berciuman dan akhirnya tertidur pulas.<br />TAMATCerita Seruhttp://www.blogger.com/profile/11284718548711892644noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6786224700136029903.post-45456391601446928162017-11-25T04:33:00.001-08:002017-12-07T06:53:52.730-08:00Diarahkannya kontolku ke mulut ibu...Ketika kerjaku dipindah dr bandung ke jakrta. Istri dan anakku tinggal di bandung.<br />Tanggung pikirku untuk pindah segera dan smentara aku tinggal bersama mertua yang tinggal berdua. Anak-anaknya sudah pada menikah semuanya.<br />Setiap senin selasa aku pulang ke bandung.. rabu sampai minggu aku di jakrta tinggal bersama mertua. Bapak mertuaku sudah tua menderita sakit mata akibat diabetes hanya tidur-tiduran aja di kamar.<br />Sementara ibu, tubuhnya yang agak gemuk.sudah berusia 60 tahun masih segar bugar..<br />Hari senin aku tidak ke bandung karena paginya aku mengantar bapak mertuaku dengan motor ke tempat alternatif untuk berobat, sedangkan ibu naik ojek. Sampai disana ternyata bapak harus menginap 3 hari selama berobat.<br /><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhCaTuj2_b1st0TzbkkxCpCndz11bPZYC21XLL6IZNbg4rukzTaLnkQJ9GO2bgWN1s9EKTytlam4YKCauPjh-pUG_Cp7MiR59nWzFjzU1bIXysK6GFojYCF_nQsdjM72zFFwpfbzp4tAYQ/s1600/memek+tante+gendut+tembem+ngangkang.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhCaTuj2_b1st0TzbkkxCpCndz11bPZYC21XLL6IZNbg4rukzTaLnkQJ9GO2bgWN1s9EKTytlam4YKCauPjh-pUG_Cp7MiR59nWzFjzU1bIXysK6GFojYCF_nQsdjM72zFFwpfbzp4tAYQ/s640/memek+tante+gendut+tembem+ngangkang.jpg" width="512" /></a><br />Akhirnya sore aku bersama ibu pulang naik motor.. diperjalanan dngan motor tanpa ragu tangan kanannya memeluk pinggangku.,, buah dadanya yang besar menempel.dipunggungku, entah ibu pun tau atau sengaja,ntahlah..<br />Setibanya di rumah,magrib., sementara ibu menutup hordeng dan pintu. aku buka jaket dan celana panjang ,lalu ibu kebelakang buatkan kopi. "Ini A kopinya" katanya sambil menyuguhkan di meja ruang tamu..... "Iya bu makasih" jawabku sambil melirik buahdadanya yang ternyata sudah tanpa bra. Ibu duduk disamping kananku. "Untung AA libur, ibu jadi ada teman..." lirihnya dengan senyum.<br />Lalu ibu mertuaku cerita, kalau tidak pernah hubungan badan dengan bapak hampir 5 tahun karena sakit diabetes... "Masa sih bu... trus gimana...?" Tanyaku penasaran.. "Ya gimana lagi A.., ibu kan sudah tua, pasrah a...?" Candanya... "Iya sih Bu.. tp ibu sendiri gimana, apa masih ada keinginan...?" "gimana..., orang bapak dah ga bisa Aa..." sambil melirikku... "Tapi ibu masih ingin kan...?" "Yaa laah... ibu masih pengen..." Jawabnya polos... "kalo saya mau gimana bu...?" "Aa..." Ibu mertuaku kaget sambil menatapku Jantungku berdebar keras. Takut ibu marah.. "Maaf bu.." Kataku.. "Ga apa-apa A, ibu ga sangka aja" manjanya.<br />Aku tersenyum dan saling menatap...ku beranikan mendekatkan muka didekat muka ibu sejenak sambil menatap ibu.. ibu mertuaku terdiam.... perlahan kumiringkan kepala dan mmmmmmmmmmm...kucium bibirnya dengan lembut..lalu kulepas... Ibu mertuaku tidak ada reaksi... kembali ku cium bibirnya.... ternyata ibu membalas ciumanku... Jam sudah menunjukan pukul 8 malam.. Kugenggam tangan ibu dan ibu diam.. terus kucium bibirnya dan membalas dengan menjulurkan lidahnya.. ku emut lidahnya.. aahh.. membuat birahiku naik... Lidahku kumasukkan ke mulutnya... dikulumnya dan nafasnya terasa mulai sesak... Ibu melepaskan ciuman dan memelukku dengan erat. "Aa..." "Yaa bu..." aku pun memeluk dengan erat, terasa buahdadanya yang besar didadaku... "Maafkan aku bu" bisikku. "Jangan bilang siapa-siapa ya A" bisiknya. "Iya bu" jawab ku.<br />Kucium kuping ibu terus sampai kepipi..kebibir dan pelukannya semakin erat memelukku.. Kusenderkan tubuh ibu disandaran sofa, kulumat bibir ibu mertuaku...lidahnya yang basah dengan ludahnya ku isap-isap...aroma mulutnya membuat aku nafsu...tangan kiriku memegang perut ibu lalu kuusap-usap.. perlahan tanganku masuk kedalam bajunya...naik ke buahdadanya yang besar, kuremas pelan-pelan sambil ku mainkan putingnya yang keras.. Tangan ibu mertuaku membantu membuka kaosnya pelan-pelan dan langsung ku hisap buahdada ibu... "Aaaahhh...sssszzzz." Ibu mendesah ditelingaku. Aku terus mainkan puting buahdada ibu dengan lidah.. Tanganku perlahan memegang paha ibu, kuremas-remas pahanya..terdengar nafas ibu ditelingaku. Aku tidak tahan lagi, pelan-pelan tanganku masuk kedalam rok ibu... ku sentuh gunungan Vaginanya.. kuusap-usap dengan telunjukku... "Emph..." Ibu melebarkan pahanya...terasa basah di CD ibu... aku beranikan meraba dari dalam... ibu menggoyang pinggulnya kebelakang.. sambil meraih kepalaku dan mencium bibirku dengan liar... lidahku dihisap-isapnya.. Ooohh betapa nafsunya kurasakan ibu... "Ibu mau pegang punya aku ?" Tanpa mejawab tangan ibu meraba pahaku mencari punyaku.. dimasukkan tangannya dan...aaahh ibu meremas-remas kontolku... dibuatnya aku tambah nafsu... Kurebahkan ibu disofa..payudara dan Cd nya kulepas.. emmmph... perlahan kepalaku kebawah paha....Vaginanya yang dihiasi bulu-bulu hitam tebal lembut... langsung kujilati... ssssluuurpp.. elleummm... baunya dan lendir memek ibu terasa nikmat bagiku.. ibu melebarkan selangkangannya dan lidahku menjilati memeknya... "Ooooohhh...uffhpp...AA...enak banget aaaa..." Sambil meremas-remas kepalaku dengan kedua tangannya... Aku terus mencium, jilat-jilatin memek ibu mertuaku... lendir yang basah ku hisap dan kutelan... paha ibu mulai naik turun... "Aa.....aahh.." Ibu menahan nafas dan... lendirnya keluar banyak sekali... "ibu keluar aa..." "Iyaa..nggapapa bu..." "Ayoo keluarin bu..." Pintaku sambil terus kusedot lendirnya dan kutelan... "Aaaahh...uuugghh...ooooohhhh...Aa...enak banget A..." Ibu tersenyum puas. Ku lihat ibu lemas...aku masih menjilati memeknya yang basah... "Udah a, ibu lemas..." Katanya sambil membelai kepalaku yang masih terus jilatin memeknya.. Aku pun tersenyum.. "Makasih ya A.. tp Aa gimana ? Belum keluar sayang...?" Manjanya.. Aah aku dipanggil sayang... "Aa mau keluarin juga...?" Ibu mertua ku bangun dan duduk di sofa..aku diminta berdiri dihadapannya...sambil meremas-remas kontolku... diarahkannya kontolku ke mulut ibu...pelan-pelan ibu mertua ku mencium.. menjilat kepala kontolku... " Azzzzzhh...ooooohhh...." Aku mendesah... Tanpa ragu lg..pelan-pelan kontolku masuk dimulutnya...blesss...enaknya jauh dibandingkan istriku... terasa diurat-urat ku sentuhan lidahnya... makin lama makin cepat keluar masuk kontolku dikocok dimulutnya... "Aaaahhh..." Aku ga kuat nahan nikmatnya...kupegang kepala ibu mertuaku... "Cukup bu...cukup.." Kataku... "Kenapa A..." Tanya ibu.. "Aku pengen yang dibawah..boleh..?" Kataku sambil melirik vagina ibu.. Tanpa jawaban.. ibu langsung berbaring dan membuka melebarkan kedua kakinya... kulihat gundukan vaginanya yang indah.... Ku naik dibadan ibu mertuaku... Pelan-pelan ku masukkan kontolku.. Bleesssss...terasa hangat dan licin...kuangkat dan kukocok pelan kontolku dimemeknya... Aaaaahhh.... "Ibu pasrah a.." Tatap ibu... Ibu merangkul pinggangku..aku smakin cepat naik turun kocokanku... Payudaranya goyang-goyang sesekali kuremas...lalu kuciumi...matanya kulihat menatapku dgn senyum dibibirnya... "Ga capek a.." "Ga bu...." Terus kukocok kontolku masuk divaginanya... "Bu...aku mau kluar...didalam apa diluar..." Tanyaku.. "Didalam aja A... ayooo...keluarin A.." Dan...aaaaaahhh...crreeettt crreeettt....crreeett....ndut-ndutan kontolku keluar.... "Haaaa.. .." Kutekan kontolku dalam-dalam ke memek ibu... spermaku masuk diliang memek ibu.<br />Ibu tersenyum dan memelukku... Ku peluk ibu mertuaku dan kukecup pipinya..kucium mesra bibir ibu.... ku bsikkan..."aku sayang ibu...." "Ibu juga sayang Aa" bisiknya sambil memeluk erat aku...<br />Dengan masih keadaan sama-sama telanjang, aku ajak ibu untuk tidur di kamar... aku kunci kamar...<br />"kita tidur telanjang yaa...Bu" Pintaku... "Iyaa Aa tapi jangan dilepas kontolny Aa..., sini peluk ibu..." Akhirnya ibu tertidur... dan kucabut kontolku...<br /><b>TAMAT </b><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhCaTuj2_b1st0TzbkkxCpCndz11bPZYC21XLL6IZNbg4rukzTaLnkQJ9GO2bgWN1s9EKTytlam4YKCauPjh-pUG_Cp7MiR59nWzFjzU1bIXysK6GFojYCF_nQsdjM72zFFwpfbzp4tAYQ/s1600/memek+tante+gendut+tembem+ngangkang.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><br /></a></div><br />Cerita Seruhttp://www.blogger.com/profile/11284718548711892644noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6786224700136029903.post-21812100105670582312017-11-25T04:33:00.000-08:002017-12-07T06:53:52.467-08:00‘din ibu isep yah kontolmu’Nama Saya Safitri (30) tapi biasa disapa dengan nama kecil saya Putri, sekarang saya sudah berumah tangga namun belum dikaruniai anak oleh yang diatas, mungkin ini karena saya yang dulunya sangat suka mempermainkan perasaan dan pusaka lelaki sehingga dengan suami saya yang sekarang sangat susah mendapatkan anak padahal sudah kami cek kedokter dan dokter menyatakan kami tidak memiliki masalah di kualitas indung telur maupun kualitas sperma suami saya, dokter hanya menyatakan kalau kami berdua terlalu capek dengan pekerjaan kami yang adalah seorang bisnisman dan seorang wanita pemilik butik dan kos2an. Kalau saya sendiri tidak terlalu mempermasalahkannya karena umur saya juga baru menginjak kepala 3 bulan kemarin. Sebenarnya untuk masalah seks rumah tangga kami baik2 saja hanya tidak seperti waktu saya masih singgle dulu. Kalau dulu saya sering melakukannya mungkin dalam seminggu ada 4-5 kali namun setelah menikah 5 tahun yang lalu saya hanya seminggu sekali itupun kalau suami saya tidak sibuk kalau sibuk bisa 2 minggu. Memang untuk target memiliki anak kami sudah tidak menggebu-gebu, karena sudah 2 tahun ini kami pasrah pada Tuhan dan keadaan saja. Suami saya juga tidak buruk diranjang dan dia dapat memuaskan saya dengan berbagai gaya seks yang variatif hanya saja saya masih kurang puas dengan bentuk kontol suami saya yang terbilang kecil, dan sejak dulu saya selalu mengimpikan kontol lelaki yang besar dan panjang mungkin itulah yang mengawali kisah ini. Oke mungkin itu gambaran umum tentang saya dulu, nah sekarang kita maju yang lebih spesifik oke.<br /><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8bI3FVBYsmxvwkqn2FT5i27JgioFRUVLNT4TOvI2pse5BJt6rndVVlk3KTMPkEUYTsR4CEjdBuOpI67EAXqswej54y5Oz6I_SWj2AEuPB6p4RnBT6W5T8SrY1_lpgcKxxnO7iQKPRlvQ/s1600/Koleksi-Foto-Memek-Tante-Bersih-Mulus-Paling-Hot-2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8bI3FVBYsmxvwkqn2FT5i27JgioFRUVLNT4TOvI2pse5BJt6rndVVlk3KTMPkEUYTsR4CEjdBuOpI67EAXqswej54y5Oz6I_SWj2AEuPB6p4RnBT6W5T8SrY1_lpgcKxxnO7iQKPRlvQ/s640/Koleksi-Foto-Memek-Tante-Bersih-Mulus-Paling-Hot-2.jpg" width="450" /></a></div> Sebagai mantan model dan memang seorang primadona di sekolah maupun di kampus gue masih memiliki potensi tersebut, saya dikaruniai badan yang semok, terlebih di bagian Dada dan bokong, bukan hanya itu saja saya juga bisa di bilang memiliki wajah yang cantik dan tentunya menggoda bagi pria-pria disekitar saya,diusia yang kepala 3 ini hanya saya sajalah yang masih terlihat seksi dan menawan dibanding teman2 saya yang sudah memiliki anak, mungkin ini juga karena perawatan penuh yang saya lakukan baik diluar maupun didalam, dengan kulit putih dan rambut sebahu saya yakin banyak pria yang akan jatuh hati pada saya, dengan semua yang ada pada diri saya memang membuat siapapun akan iri baik itu wanita atau pria, namun jujur saja saya masih belum puas dengan permainan seks di rumah tangga kami terlebih ukuran yang menjadi batu hambatannya, padahal kalau mau di bilang saya orangnya hiper terhadap seks. Okey sekian untuk deskripsi pribadinya sekarang ke ceritanya yah.<br /><br /> Hasrat seks yang memudar 2 tahun ini di diri saya kembali memuncak setelah kami membuat sebuah kos-kosan kebetulan tukang yang mengerjakannya adalah tetangga saya yang tak jauh dari rumah. Setelah kos-kosannya dibangun memang terlihat sangat bagus walau hanya dikerjakan 3 orang saja, yah mereka bertiga adalah pak Arif, pak rahman dan Udin anak pak Arif. Karena pekerjaan yang memuaskan itu saya jadi sering memakai jasa merekauntuk pertukangan, nah kebetulan dirumah kami yang terpisah dari kos-kosan yang jaraknya 500m sedang dalam renovasi kembali tembok pembatas antara rumah kami dengan tetangga roboh karena tanah yang kurang bagus menopang. Karena itulah saya memanggil pak Arif dkk, namun waktu itu hanya Udin anak pak Arief yang ada sedangkan 2nya lagi sedang ada proyek, dari pada menunggu lama akhirnya saya yang waktu itu lagi ditinggal suami pergi keluar negeri untuk bisnisnya menyetujui Udin untuk bekerja sendirian walaupun membutuhkan waktu 3 hari untuk menyelesaikannya. Udin ini masih berusia 20 Tahun namun karena sering ikut bapaknya sebagai tukang bentuk tubuhnya terlihat besar berotot dan berwajah cukup lumayan, kalau dikasih nilai yah 7 lah. Nah awal pekerjaannya sebenarnya saya nggak terlalu memperhatikan karena kesibukan kerja saya namun waktu itu karena rumah kami yang sengaja dibuat tak terlalu besar tanpa satpam (karena masuk kawasan kompleks yang satpamnya sudah tersedia) serta pembantu yang hanya datang saat pagi saya memutuskan untuk pulang cepat, takut kalau ada apa2 dirumah, nah siang itu sekira pukul 3 siang saya tiba dirumah dengan keadaan siudin sedang bekerja kebetulan tembok yang roboh itu tepat dihalaman belakang yang dibatasi kaca pemisah antara belakang dengan ruang keluarga, ruang untuk menonton. Masih dengan menggunakan rok dan setelan khas wanita karier saya memperhatikan si udin yang sedang bekerja, entah mengapa saya merasa horny saat itu karena si Udin yang tidak memakai baju alias telanjang dada dengan keringat yang membasahi otot tubuhnya, nah yang membuat gue tambah terkejut lagi saat baru saja sang pemilik rumah tiba si udin yang sedang bekerja membelakangi saya yang diruang keluarga sepontan mencari tempat dengan gaya yang seperti terburu-buru udin berlari kesebuah pojokan yang terdapat selokan kecil tempat air keluar dengan posisi menyamping kearah saya, dari dalam saya bisa liat dengan sangat jelas bagaimana udin melorotkan celana dan cdnya lalu dengan wajah seperti kegelian dan gemetaran udin menarik keluar senjata pusakanya yang hitam legam degan kepala berwarna merah yang masih terkolek lemah namun terlihat mengantung panjang nan besar, lalu mengeluarkan cairan.<br /><br />‘WTF, kontol yang selama ini gue impikan tepat berada dimata gue’<br />Seluruh badan gue gemetar melihat aksi Udin yang tak menyadari ada sepasang mata memperhatikannya hingga selesai. Tiba-tiba tubuh ini bergejolak hasrat selama beberpa tahun yang terpendam muncul lagi. ‘Sial gue Horny nih, mana suami gue pergi lagi’ akhirnya karena merasa tak kuat gue langsung menuju kamar gue dan dengan cepat gue melorotkan cd gue dan menaikan rok gue, sambil duduk ditepian tempat tidur gue mulai merangsang organ intim gue yang halus tak berbulu, jari gue memainkan klitoris gue yang sudah basah akibat cairan memek gue yang sudah mulai bereaksi, tangan gue yang satunya tak tinggal diam sambil merangsang memek gue tangan gue yang satunya mulai meremas dan memelintir toket gue, gue lalu membayangkan bagaimana gue berhubungan seks, namun yang keluar di imajinasi gue adalah kontol udin yang besar panjang dan hitam itu sedang masuk keluar memek gue membuat gue meracau sejadinya dan dengan hentakan-hentakan kontolnya gue merasa terbang diawang-awang.<br />‘uhhhhhhhh’ lenguh gue panjang ketika gue mengalami orgasme akibat rangsangan di memek gue. Beberapa menit gue mulai mengatur nafas dan sejenak beristerahat dari masturbasi yang gue lakukan. 30 menit kemudian gue lalu keluar dengan baju yang masih sama namun tanpa daleman yang digunakan untuk membersihkan memek gue dari cairan orgasme gue. Gue lalu menemui udin yang memang jam kerjanya sudah selesai dan pamit untuk pulan.<br />‘ibu saya pamit pulang dulu yah, besok saya datang lagi jam 9’<br />‘oh ya udin, hati-hati’ kata gue yang kembali horny melihat udin mata gue tak lepas dari celana jeans pendek miliknya yang sedikit menonjolkan tonjolan didepannya.<br /><br /> Setelah udin pergi malam itu gue jadi susah tidur karena kepikiran tentang kejadian tadi.<br />‘sial kok gue kepikiran yah’ gue mulai berfantasi macam2 dalam pikiran gue.<br />‘enak nggak yah kalau kontol itu masuk ke memek gue’ kata gue dalam hati. Gue memang menjadi salah tingkah, gue mulai bercermin dengan berdiri. Terlihat sebuah tubuh yang sintal montok dengan balutan gaun tidur merah muda berdada rendah memperlihatkan lipatan toket gue yang besar dibalut bra berukuran 36C.<br />‘mmmhh.. tubuh ini masih kencang, sayang kalau nggak diapa-apain, memek ini pun masih terlihat haus akan kontol’ pikir gue sambil memandang tubuh gue.<br />‘udah ngak apa2 sekali ini aja, gue pengen merasakan kontol impian gue’ kata gue dalam hati dengan ditutup dengan masturbasi membayangkan udin sedang memompakan kontolnya. Gue lalu tertidur dengan sejuta perasaan menyelimuti hati dan memek gue. Paginya tiba dan gue tak berangkat ke butik gue karena gue punya rencana lain hari ini, tepat jam 9 udin datang dengan terlebih dahulu mbok Imas datang ke rumah gue memasakan makanan dan mengerjakan pekerjaan rumah, hingga pukul 11.<br /><br />‘Udim makan dulu’ ajak gue padanya yang sedang bekerja diterik matahari, sementara bu Imas berpamitan untuk pulang kerumahnya.<br />Udinpun membersihkan dirinya mencuci tangannya lalu menuju meja makan dimana gue sudah menunggunya duduk manis.<br />‘ayo makan’ kata gue sambil mengambilkan nasi dan sayur sementara lauk diambil udin sendiri.<br />Udin terlihat gerogi, mungkin karena tampilan gue yang berbeda pagi ini, karena dengan jelas ia dapat melihat belahan dada gue yang dibalit bra dan gaun tidur sutra serta paha mulus gue yang gue perlihatkan ke udin sebagai rangsangan awal. Udinpun makan dengn lahap namun terkadang tertahan melihat gue yang berusaha menggodanya dengan tubuh gue, entah itu sengaja gue mencondongkan toket gue atau menyilangkan kaki gue sehingga ia dapat melihat lewat meja kaca bagaimana keindahan paha semok gue. Gue lalu mulai mengobrol dengan dia mengenai keluarga dan hal umum lainnya. Dan dia juga sudah terlihat rileks walaupun matanya nggak berhenti mencuri pandang kearah gue yang sudah horny.<br /><br />‘kamu kenapa Din sakit’ kata gue sambil memegang tanganya.<br />‘tidak bu’ jawabnya singkat. Gue mulai mengerti ternyata ia demam wanita.<br />‘din kamu bisa bantu ibu nggak’ tanya gue.<br />‘bantu apa bu’<br />‘mudah aja kok din,gimana’ kata gue sambil meremas tangannya<br />‘iya bu’ jawabnya yang nggak mengerti maksud gue.<br />‘gini din kemarin sewaktu pulang ibu liat kamu kencing dipojokan, ibu liat pusaka mu’<br />‘ahh maaf bu, saya ngggak tahu kalau ibu sudah pulang, maaf bu’<br />‘nggak apa2 kok din, hanya saja, boleh nggak ibu liat sekali lagi, boleh yah?’<br />‘haa...’ jawabnya kaget.<br />‘iya din, ibu soalnya jadi kepikiran melihat pusakamu, boleh yah’ kata gue kali ini meremas tangannya.<br />Dia hanya terdiam tanpa bisa menjawab.<br />‘kalau diam berarti boleh yah’ kata gue sambil berdiri menuju kearahnya.<br />‘tapi bu nanti’ katanya yang belum habis lalu sudah gue potong.<br />‘ngak apa2 kok din, nggak ada yang liat’ kata gue sambil menuntunnya berdiri lalu dengan cepat gue melorotkan celananya yang bernahan kain dan terlihat gundukan berbalut cd.<br />‘ibu buka yah’ kata gue tanpa menunggu persetujuannya.<br /> Dan meloncatlah sebuah benda tumpul yang mulai mengeras, benda tersebut terlihat hitam dengan kepala merah.<br />‘wow din pusakamu,’ kata gue yang terpana karena kali ini bisa melihat kontol udin yang mulai mengeras tanpa disentuh. Gue dan udin saling berhadapan dengan jarak yang dekat sementara kontolnya sudah menegang sempurna dan mengacung keras hanya beberapa cm dari atas perut gue yang memiliki selisih tinggi yang cukup banyak dengan udin.<br />‘kamu apakan kontolmu din, kok bisa besar gini’ tanya gue yang masih tanpa jawaban entah karena gugup ata kaget dengan pelakuan gue.<br />‘kamu sering main yah, makanya jadi hitam kontolmu ini’<br />‘ahh.. ahh nggak kok, hanya sama pacar aja’ ia mulai berbicara.<br />‘uhh beruntungnya pacarmu dapat kontol besar ini, ibu boleh mengang’ kata gue yang masih tidak dijawabnya.<br />‘kalau nggak dijawab berarti ia yah’ kata gue yang langsung menyentuh batang kontolnya sambil diremas gemas dan dikocok perlahan. Udin terlihat begitu menikmati kocakan perlahan gue dengan remasan gemasnya.<br />‘din ibu udah kepikiran seharian dengan kontolmu, kamu mau nggak bantuin ibu, punya ibu nggak pernah dimasukin kontol besar mau nggak kamu masukinnya’<br />‘iya bu saya mau’ katanya yang sudah tak malu lagi berbicara.<br />‘oke terimakasih yah di’ gue dengan senyuman nafsu gue. Gue terus mengocok kontol udin dengan gemesnya sementara ia terliahat begitu menikmati.<br />‘din ibu isep yah kontolmu’<br />‘ia bu isepin bu’ katanya yang menekan pundak gue sambil ia juga kembai duduk dikursinya.<br />‘slurrpp..slurrrppp.. ckhckchckh’ mungkin begitu bunyi hisapan gue dengan liur yang menetes banyak diselangakangan Udin, kontolnya yang besar begitu sesak memasuki mulut gue beberapa kali ia mengelinjang karena lubang pipisnya gue jilatin, kedua bolanya juga tak luput dari incaran gue, mhhh sungguh kontol udin membuat mulut gue bekerja lebih dari biasanya.<br />‘isepannya enak banget bu’ katanya yang tak gue hiraukan karena asik dengan kontolnya. Setelah puas dengan kontolnya gue lalu membuka gaun gue dan melepas bra gue dan meloncatlah kedua gunung kembar berputing kecoklatan.<br />‘bu besar banget susunya’ kata udim memuji toket gue.<br />‘makasih din, sini kontolmu ibu servis pake ini’ kata gue kembali berlutut dan mulai menjepit kontolnya, lalu gue kocok hingga kepala kontolnya tenggelam keluar ditoket gue sedangkan lidah gue menjulur keluar menanti kepala kontolnya yang sesekali gue isep dan jilatin.<br />Saat sedang menekan toket gue untuk mengapit kontolnya, udin lalu mulai aktif jarinya mulai memilin puting gue yang sudah tegang. Sungguh lihai udin dalam memainkan puting gue, karena memang salah satu tempat sensitif gue adalah puting gue ia memainkannya bak sudah sangat berpengalaman. Karena capek akhirnya gue berhenti memainkan kontol udin dan gantian udin yang memainkan toekt gue.<br />‘yah din gitu, kamu pintar banget.. ssshhhhh’<br />‘bu susunya besar sekali, udin suka, boleh udin isep’<br />‘boleh sayang’ kata gue yang langsung berdiri lalu kembali duduk dipangkuan udin diatas kursi kayu sambil berhadapan, toket gue dilumat siudin dengan senangnya ia memainkan dan meremas toket gue, sementara gue mengocok kontolnya perlahan tepat didepan perut gue mengacung keras keatas.<br />‘gimana din enak’ kata gue.<br />‘enak bu, besar puting dan susunya sering diisap yah’ katanay menanyakan.<br />‘kamu tahu aja din, enakan mana sama pacarmu’<br />‘enakan punya ibulah harum dan legit’ katanya sambil menghisap bergantian puting susu gue.<br />‘enak sayang isapin yang keras,,, ahhh yahhh gitu oh godd yahhh’ racau gue.<br />‘din ibu udah horny banget nihh, masukin sekarang yah’ pinta gue yang sudah horny karena dikerjain di toket gue.<br />‘sabar bu, aku pengen ngerasian rasa memek tante-tante’ kata udin dengan vulgarnya.<br />‘ihh nakal kamu yah’ kata gue diselilingi tawa.<br />‘owww’ kata gue yang kaget karena dengan mudahnya udin mengangkat tubuh gue yang sedang diatasnya, gue lalu berpegangan erat dilehernya.<br />‘mau dibawa kemana tante ini’ kata gue yang mengganti kata ibu dengan tante.<br />‘tenang aja bu, kita cari tempat nyaman’ katanya.<br />‘jangan ibu dong, panggil aja tante yah lebih gimana gitu’<br />‘ia tante’ katanya.<br /><br /> Gue lalu di bopongnya menuju ruang keluarga yang terdapat sofa panjan lalu didudukannya gue disana, setelah itu dengan cepat udin menarik celana dalam gue yang sudah basah dengan cairan pelumas gue karena horny berat. Gue sengaja menutup memek gue dengan tangan gue biar ada efek sensualnya.<br />‘kok ditutup bu’ katanya.<br />‘jangan ibu dong, tante’ kata gue menegaskan.<br />‘kamu buka bajumu dong masak tante bugil sendiri’<br />Lalu Udin membuka bajunya setelah mendengar instruksi gue, otot perut yang sudah terbentuk 4 kotak dengan otot lengan yang kuat terpampang didepan gue, bau khas keringat menambah nafsu gue.<br />‘uhhh mulus banget memeknya tante’ kata udin ketika ia membuka selangkangan gue dan megangkat tangan gue dari menghalau memek gue sendiri. Ia lalu berlutut dengan posisi siap menikmati memek gue.<br />‘lidahnya mulai ia julurkan menyentuh klitoris gue, dan dengan sedikit hisapan ia memainkan memek gue.<br />‘uhhh ahhh.. yahh yees ohhhhhh uhhhhhh yahh isep terusssss..’ racauan gue membuat ruangan penuh dengan desahan sensual gue. Udin sangat lihai merangsang gue dengan mulut dan jarinya ia menghisap dan meremas puting tergadang jarinya masuk memainkan memek gue.<br />‘di berhenti dulu mau keluar nihhh’ kata gue yang bukannya dihentikan malas semakin gencar dimainkannya.<br />‘ahhh dinn ahhh yahhh ahhhhhhhhhhhhhhh’ lenguhan gue terakhir yang panjang membuat gue terbang karena aliran orgasme gue keluar begitu dahsyatnya, kedua kaki gue menjepit kepala udin yang masih menghisap cairan dimemek gue.<br />‘ha... haaa.. haaa...’ gue menikmati orgasme gue dengan nafas yang memburu seperti baru lari maraton.<br />‘enak banget din’ kata gue memuji udin.<br />‘punya tante juga enak banget, jarang dipakai yah’<br />‘iya din makanya tante butuh bantuanmu’ kata gue yang masih lemas.<br />‘’tenang aja tante udin pasti bantu’<br />‘makasih yah sayang’ kata gue sambil nyosor melumat bibir udin yang sudah duduk disamping gue, kami berciuman ala frenchkiss saling membelit satu sama lain, udin masih terlihat kaku dengan permainan ini.<br />‘kenapa di’ tanya gue<br />‘nggk kok cuman jarang dicium sama wanita cantik’<br />‘ahh kamu udah nikmatin bawahny masak masih kaku sama atasnya’<br />‘maklum tante’<br />‘din masukin sekarang’ kata gue sambil meremas kontolnya dan mengocoknya perlahan menatap dalam matanya seperti meminta-minta.<br />‘tante udah konak lagi’ katanya kaget.<br />‘udah nihhh, udah basah lagi’ kata gue<br /> <br /> Udin yang sudah mengerti lalu membaringkan gue disofanya dengan keadaan menyamping, sementara ia dibelakang gue tidur menyamping juga. Kaki gue yang satunya tergantung dibawah yang satuny diangkat udin.<br />‘mhhhhh’ gue menggigit bibir bawah gue saaat merasakan kepala kontol udin mulai mrnyrntuh bibir memek gue. Dengan dibantu tangannya kontol udin mulai mengesek-gesek memek gue.<br />‘sayang pelan2 yah nggak pernah dimasukin sebesar ini’<br />‘ia.. tante tenang aja, pasti ennak kok’ kata udin yang perlahan mulai menekan kepala kontolnya masuk dalam memek gue.<br />‘uhhhhhh’ erang gue pelan saat kepala kontolnya berhasil masuk perlahan ke memek gue dan perlahan ia mendorong batangnya.<br />‘din muat nggak’ kata gue khawatir dengan ukurannya.<br />‘muat kok tante’ kata udin yang terus menusukan kontolnya.<br />Dan ‘blessssss’ memek gue terasa penuh dengan kontol udin yang sudah masuk sepenuhnya terasa berbeda ketika kontol suami gue yang ada didalam yang ini sangat besar dan panjang.<br />Udin mulai dengan menggerakan perlahan berusaha agar memek gue terbiasa dengan benda pusakanya.<br />‘memang hebat punya tante ini terasa sempit’ kata udin memuji memek gue yang memang selalu gue rawat dengan berbagai cara dan obat alami.<br />‘sshhhh ahhh shhh ahhhh yahh din’ racau gue saat kontol udin bergerak keluar dan masuk memek gue. Rasa gatal mulai menjalar dimemek gue kini bukan udin saja yang bergerak tapi gue juga ikut bergerak mengimbangi permainan udin yang masih slow. Tangan udin yang satunya meremas toket gue dari bawah tubuh sedangkan yang satunya gue isap jari-jarinya masuk dalam mulut gue.<br />‘din dicepetin lagi di’ pinta gue yang langsung direspon udin dengan ememgang pinggul gue dan mulai mempercepat keluat masuk kontolnya.<br />‘yahh gitu dinn.. yah tambah lagiii yahh uhhh ahhh ohhh’ racau gue perlahan kecepatan permainan kami bertambah dan.<br />‘plakkk..plakkk.. plakkkk’ bunyi bokong gue berbenturan dengan selangkangan udin. Kini kontolnya sudah keluar masuk secara leluasa dimemek gue.<br />‘ohhh sayang enak banget’ kata gue sambil meracau sejadinya. Kami bermain dengan posisiini sekitar 5 menit hingga akhirnya udin berhenti mengerakan pinggulnya.<br />‘kok berhenti sayang’ kata gue yang kurang puas karena sedang dalam kondisi On.<br />‘sabar tante kita ganti gaya yah’ katanya yang langsung bangun tanpa melepaskan kontolnya. Ia membuat gue berlutut diatas sofa sambil tangan gue ia tarik kebelakan dan dari belakang ia mulai menyodokan kontolnya, kali ini kontolnya lebih terasa masuk dan keluar memenuhi memek gue.<br />‘ahhh pintar kamu sayang.. yahhh sshhhh’ kata gue yang memuji kepintaran udin.<br />Dengan tubuh yang bergoncang udin menyodokan kontolnya secara cepat dan dengan tempo yang sudah tak beraturan lagi, toket gue terguncang tak menentu. Posisi kami bak kerete dorong dengan tangan gue sebagai pusatnya. Udin begitu cepat memompakan kontolnya hingga akhirnya ia menghentakan kontolnya dalam2 kememek gue.<br />‘ooooooohhhhhhhhh’ lenguhan panjang gue bukan udin memenuhi ruangan tersebut, gue merasakan orgasme kedua kalinya dengan yang kedua kontol udin didlam memek gue. Udin melepaskan tangan gue dan memeluk gue dari belakang dengan meremas toket gue sementara kontolnya masih tertancap megah di memek gue.<br />‘gimana tante’ tanyanya<br />‘enak banget din, ini orgasme terliar selama tante menikah din’<br />‘memek tante juga enak empotannya terasa banget’<br />‘kontolmu luar biasa, masih belum kendor tuhh padahal udah keluar’ kata gue dengan senyuman.<br />‘belum tante, udin belum keluar’<br />‘hhaaa.. kamu belum keluar, trus kenapa kamu tancepin kontolmu tadi kalau belum keluar’<br />‘aku tahu tante mau keluar, makanya aku tancepin’<br />‘kok kamu bisa tahu din’<br />‘ia dong tante habis terasa sekali empotannya’<br />‘kamu tuh yahh bisa tau dari gituan’<br />‘ia tante memek tante lebih enak dari pacarku makanya aku tau’<br />‘lebih enak yah, itu karena nggak pernah memek tante rasain kontol besar kayak gini, pacarmu tiap hari kamu kasih gini pantes beda lah’<br />‘hehehe’ udin tertawa.<br />‘trus gimana kamu’<br />‘dikit lagi nihh tante’<br />‘yaudah sana baring’ kata gue menyuruhnya untuk berbaring.<br />Udin lalu mencabut kontolnya dari memek gue dan terasa cairan cinta gue turun membasahi paha dalam gue karena tertahan kontol udin yang tak sempat keluar.<br /> <br /> Udin duduk sambil bersandar disofa sementara gue mulai mengambil posisi duduk diatasnya WOT dalam posisi duduk.<br />‘tante seksi banget kayak gini’<br />‘kamu tuh pinter mujinya’ kata gue yang melumat bibir udin.<br />‘ahhhhhhhhh’ erang gue saat kontol udin gue arahkan dan masukan dalam memek gue.<br />‘uhhh tante enak banget’ katanya saat pinggul gue memutar dan membuat kontolnya juga ikut memutar dalam memek gue. Gue mulai gerakan naik turun diatas kontolnya membuat dia merasa keenakan diservis tante sange kayak gue.<br />‘tante enak... terusss..’ katanya yang mulai merasa keenakan..<br />Tak berapa lama gue merasakan kontolnya semakin membesar pertanda dia sudah mulai memasuki puncaknya gue berusaha untuk mengapai puncak bersama.<br />‘sayang isepin puting tante’ kata gue agar terjadi ransangan di kedua daerah sensitif gue.<br />Udin melakukan perintah gue dan gue juga mulai menurunkan permainan biar dia nggak ngecrott duluan.<br />‘tante terus dong’ protesnya.<br />‘iya sayang keluarnya bareng yahhh’<br />‘boleh aku keluarin didalam’<br />‘ia sayang keluarin didalam’<br />‘nanti kalau hamil’<br />‘sekalian hamilin tante sayang’ kata gue yang sudah tahu kalau gue itu susah untuk hamil.<br />Kembali gue menguncang tubuhnya yang dibalas erotis oleh suaranya dan suara gue serta keringat kami yang saling membasahi satu sama lainnya.<br />Udin lalu menekan tubuh gue sambil memeluk gue, sementara kontolnya menyemburkan peju hangat yang begitu banyak tertumpah dlam memek gue.<br />‘croottt.crottt.croottt’ beberapa kali kontolnya menyemprotkan cairan putih kental yang akhirnya gue balas dengan mencengramnya serta lenguhan panjang kami.<br />‘aaahhhhhhhhhhhhhhhh’ gue mengalami orgasme yang ketiga tergolek lemas diatas tubuh berotot udin.<br /> Kami berhenti sejenak hingga kontol udin mengecil dan keluar dari memek gue membawa banyak cairan membasahi sofa yang kami gunakan untuk bertempur.<br /><br />‘din, tante puas banget akhirnya bisa merasakan kontolmu’<br />‘aku juga tante, bisa ngentot dengan wanita cantik dan seksi seperti tante adalah anugrah’<br />Kami lalu membersihkan diri kami udin terlihat capek karena baru saja ia bekerja keras memuaskan nafsu wanita yag haus akan seks. Gue lalu menyediakan makan malam untuknya.<br />‘sayang kamu tidur sini aja yah malam ini’ pinta gue<br />‘ia tante aku masih pengen ngentotin tante lagi’ kata udin dengan semangatnya.<br /> Malam itu udin membuat gue menjerit keenakan dengan kontolnya, entah berapa kali gue mengalami orgasme dengannya hanya saja yang gue ingat udin masih begitu perkasa setelah gue tergeletak kecapean, udin masih terus mengenjot gue. Sungguh momen yang paling luar biasa dengan hasrat yang terlepas bagai merpati yang terbang bebas.<br /><br />Cerita Seruhttp://www.blogger.com/profile/11284718548711892644noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6786224700136029903.post-71003739790442855622017-11-25T04:32:00.000-08:002017-12-07T06:53:52.997-08:00“Oohh.. ennak.. Dee.. waa.. terus.. entot.. mee.. meekk.. Mmbaakk.. sayyaanngg..?”<div style="margin-bottom: 0in;">Pada bulan Mei tersebut aku pergi ke Jakarta untuk mencari pekerjaan, tapi memang kata orang bahwa mencari pekerjaan itu tidak semudah yang kita duga, apalagi di kota metropolis. Pada suatu malam minggu aku tersesat pulang dan tiba-tiba saja ada mobil sedan mewah menghampiriku. Terus dia berkata,<br />“Hey.. kok.. melamun?” katanya.<br />Aku sangat kaget sekali ternyata yang menyapaku itu adalah seorang wanita cantik dan aku sempat terdiam beberapa detik.<br />“Eee.. Ditanya kko masih diam sih?” wanita itu bertanya lagi. Lalu aku jawab,<br />“Ii.. nii.. Tante aku tersesat pulang nih?”<br />“Ooohh.. Mendingan kamu ikut Tante saja yah?”<br />“Kemana Tante?” tanyaku.<br />“Gimana kalau ke rumah Tante aja yah?” karena aku dalam keadaan bingung sekali dan tanpa berpikir apa-apa aku langsung mengiyakannya.</div><div style="margin-bottom: 0in;">Singkat cerita aku sudah berada di rumahnya, di perumahan yang super elit. Kemudian aku diperkenalkan sama anak-anaknya yang memang pada cantik dan sexynya seperti Mamanya. Oh yah, setelah aku dan mereka ngobrol panjang lebar ternyata Tante yang nolong aku itu namanya adalah Tante Mey Lin yang dipanggil akrab Tante Mey, anak pertamanya Mbak Hanny, dia masih kuliah di Universitas terkenal di Jakarta, anak yang kedua namanya Sherly kelas 1 SMU dan yang ketiga namanya Poppy kelas 1 SMP, mereka berdua di sekolahkan di sekolah yang terkenal dan favorit di Jakarta.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-PDeHS0Ozqc0/VlCeZJXTZlI/AAAAAAAAAZA/crN5BDi9ldE/s1600/tante%2Bmei.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="640" src="https://2.bp.blogspot.com/-PDeHS0Ozqc0/VlCeZJXTZlI/AAAAAAAAAZA/crN5BDi9ldE/s640/tante%2Bmei.jpg" width="436" /></a></div><div style="text-align: center;"><b>TANTE MEY</b></div><div style="margin-bottom: 0in;">Walaupun aku baru pertama kenal, tapi aku sama bidadari-bidadari yang pada cantik ini rasanya sudah seperti seseorang yang telah lama berpisah. Lalu kami berlima menonton acara TV yang pas pada waktu itu ada adegan panasnya, dan aku curi pandang sama Tante Mey, rasanya Tante ini enggak tenang dan merasa gelisah sepertinya dia sudah terangsang akan adegan itu, ditambah ada aku disampingnya, namun Tante rupanya malu sama anak-anaknya. Tiba-tiba Tante berkata,<br />“Hanny, Sherly, Poppy cepat tidur sudah malam?” yang memang pada waktu itu menunjukkan jam 10.30.<br />“Memangnya kenapa Mami, filmnya kan belum selesai”, kata Mbak Hanny.<br />Memang dia kelihatannya sudah matang betul dan apa yang akan dilakukan Maminya terhadap aku? Lalu mereka bertiga masuk ke kamarnya masing tapi Sherly dan Poppy tidur satu kamar. Dan kejadian kurang lebih tiga bulan yang lalu terulang lagi dan sungguh diluar dugaan aku.</div><div style="margin-bottom: 0in;">“Nah dewa sekarang tinggal kita berdua”, katanya.<br />“Mrmangnya ada apa tuh Tante?” kataku heran.<br />“Dewa sayang, Tante enggak bisa berbuat bebas terhadap kamu karena Tante malu sama anak-anak,” begitu timbalnya.<br />“Dewa mendingan kita ke kamar Tante aja yah, please.. temanin Tante malam ini sayang, Tante sudah lama sekali enggak dijamah sama laki-laki”, sambil memeluk aku dan memohon,<br />“Yah sayang? Mau kan?” katanya lagi<br />“Ii.. Yaa, mau.. Tante?” jawabku gugup. Karena Tante sudah mau menolongku.</div><div style="margin-bottom: 0in;">Tiba di kamar Tante rupanya enggak bisa nahan lagi nafsunya dia langsung mencium seluruh tubuhku, lalu kami berdua tanpa terasa sudah seperti sepasang kekasih yang sudah lama pisah. Hingga kami berdua sudah setengah bugil, aku tinggal CD saja dan tante Mey tinggal BH dan CDnya. Tante sempat menari-nari di depanku untuk membangkitkan gairahku supaya semakin nafsu. “Wahh..!! Gile benar nih Tante, kok kayak masih umur 23 tahun saja yah?” gumamku dalam hati. Itu tuh.. Kayak Mbak Hanny anaknya yang pertama. Sungguh indah tubuhnya, payudara yang besar, kencang dan sekel sekali, pinggulnya yang sexy dengan pantat yang runcing ke atas, enak kalau dientot dari belakang? Terus yang paling menggiurkan lagi vaginanya masih bagus dan bersih. Itu gerutuku dalam hati sambil melihat Tante menari-nari.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-Vlws3LMIt50/VlCe1na6kzI/AAAAAAAAAZI/mettjTslePE/s1600/MBAK%2BHANNY.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="640" src="https://2.bp.blogspot.com/-Vlws3LMIt50/VlCe1na6kzI/AAAAAAAAAZI/mettjTslePE/s640/MBAK%2BHANNY.jpg" width="484" /></a></div><div style="text-align: center;"><b>MBAK HANNY</b></div><div style="margin-bottom: 0in;">Tante langsung menindihku lalu mencium bibirku dengan ganasnya lalu aku juga membalasnya, Tante menggesek-gesekkan vaginanya ke penisku yang mulai tegang, juga kedua payudaranya ke dadaku. “Ooohh.. terus.. Tante, gesek.. dan.. Goyang.. yang kerass.. aahh.. oohh..” desahku.<br />“Dewa sayang itu penismu sudah bangun yah, rasanya ada yang menganjal di vaginaku cinta,” kata Tante Mey.<br />Lalu kami berdua tanpa ba.. bi.. bu.. langsung melakukan 69, dengan jelas terlihat vagina Tante Mey yang merah merekah dan sudah sangat basah sekali, mungkin sudah terangsang banget karena tadi habis menggesek-gesekkan vaginanya ke penisku. Lalu aku menjilat, mencium dan menghisapnya habis-habisan, kupermainan kritorisnya. Tante mengerang.</div><div style="margin-bottom: 0in;">“Ooohh.. Eennaakk.. Dewaa.. sayang.. terus.. makan vagina Tante yahh..?”<br />Begitu juga dengan aku, penis rasanya sudah enggak tahan banget ingin masuk ke lobang vagina kenikmatannya.<br />“Ooohh.. yahh.. eenaakk terus.. Tante.. yang cepet kocokkannya..?”<br />Cclluup.. Ccluupp.. Suara penisku didalam mulutnya.<br />“Dewa, vagina Tante sudah enggak tahan lagi sudah cepet lepasin, cepet masukin saja penis kamu cinta?” Tante Mey meringis memohon.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/--scs1a_Hkhw/VlCf34MIYOI/AAAAAAAAAZU/RmA66foddWg/s1600/SHERLY.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="640" src="https://3.bp.blogspot.com/--scs1a_Hkhw/VlCf34MIYOI/AAAAAAAAAZU/RmA66foddWg/s640/SHERLY.jpg" width="480" /></a></div><div style="text-align: center;"><b>SHELLY</b></div><div style="margin-bottom: 0in;"></div><div style="margin-bottom: 0in;">Kemudian aku mengambil posisi diatas dengan membuka pahanya lebar lalu aku angkat ke atas dan aku mulai memasukan penisku ke dalam vaginanya. Bblless.. Bleess.. Bblleess..<br />“Awww.. Yeeahh.. Ssaakiitt.. De.. Waa?”<br />“Kenapa Tante?”<br />“Pelan-pelan sayang, vaginaku kan sudah lama enggak dientot?”<br />“Ooohh..?” jawabku.<br />“Tahan sebentar yah cinta, biar vagina Tante terbiasa lagi dimasukin penis,” katanya.<br />Selang beberapa menit,<br />“Nah Dewa, sekarang kamu boleh masukin dan entot vagina Tante sampai puas yah?”<br />“Ssiipp.. Siap..!! Tante Mey?”</div><div style="margin-bottom: 0in;">Memang benar vagina Tante rupanya sudah lama enggak dimasukin penis lagi, terbukti aku sampai 3 kali hentakan. Bleess.. Bless.. Bblleess.. Akhir aku masukin semuanya penisku ke vaginanya. Tiga kali juga tente Mey menjerit.<br />“Dewa genjot dan kocok vaginaku sayang?” lalu aku mulai memasuk keluarkan penisku dari lambat sampai keras dan cepat sekali. Tante Mey mengerang dan mendesah.<br />“Ooohh.. ahh.. enak.. sekalii.. penis kamu Dewaa.., akhirnya vagina Tante ngerasain lagi penis.. terus.. Entot vagina Taann.. tee.. Dewaa.. Sayaanngg..?” ceracaunya.</div><div style="margin-bottom: 0in;">“Uuuhh.. Oohh.. Aaahh.. Yeess.. Ennaakk.. vagina Tante seret sekalii.. Kaya vaginanya perawan?” timbalku.<br />Tiba-tiba, “Dewaa.. Aku mau keluar nih? penis kamu hebatt..?”<br />“Tunggu Tante sayang, aku juga mau keluar nih..?”<br />Akhirnya Tante Mey orgasme duluan. Crott.. Ccroott.. Crroott.. Banyak sekali cairan yang ada dalam vaginanya, rasanya penisku hangat sekali.<br />“Tante aku mau keluar nih..?” kataku, “Dimana nih keluarinnya..?”<br />“Didalam vagina Tante saja Dewaa.. Please.. ingin air mani kamu yang hangat..?”<br />Ccrett.. Ccroott.. Ccrroott..<br />“Aaarrgghh.. Aarrgghh.. Oohh.. Mmhh.. Nikmat vagina Tantee..?” erangku.</div><div style="margin-bottom: 0in;">Lalu aku dan tente tidur pulas, karena kecapaian akibat pertempuran yang sengit tadi. Sekitar jam 12 malam rasanya penisku ada yang mengulum dan mengocoknya. Ternyata Mbak Hanny,<br />“Ada apa Mbak?” tanyaku.<br />Wah gila dia, sambil mengocok penisku didalam mulutnya, tangan kirinya menusuk-nusuk vaginanya sendiri. Dia berkata,<br />“Dewa aku ingin dong dientot kaya mami tadi, yah.. please..”<br />Dia mempertegas, “Dewa tolong Mbak yah sayang, vagina Mbak juga sudah kangen enggak ngentot lagi, Mbak baru putus sama pacar habis enggak muasin vagina Mbak,” sambil membimbing tangan kananku untuk mengelus-elus vaginanya.<br />“Iyah deh Mbak, aku akan berusaha dengan berbagai cara untuk dapat membuat vagina Mbak jadi ketagihan sama penis aku,” jawabku vulgar.<br />“Kita entotannya dilantai karpet aja yah?” kata Mbak Hanny. Tapi masih di kamar tersebut, “Aku takut mengganggu Mami yang habis kamu entotin vaginanya, entar Mami bangun lagi kalau ngentotnya diranjang,” dia mempertegas.</div><div style="margin-bottom: 0in;">Mbak Hanny langsung telanjang bulat. Kami pun bercumbu, saling menjilat, mencium, menghisap seperti biasa, dengan gairah yang sangat menggelora sekali. Dan sekarang aku mulai memasukkan penisku ke lubang vaginanya, karena dia sudah gatel banget lihat tadi aku ngentotin Maminya. Maka aku langsung aja, masukkan penisku. Bleess.. Bless.. Bleess..<br />“Aw.. Oohh.. Aahh.. Yyeess..?” erangnya.<br />“Sakit Mbak?” tanyaku.<br />“Enggak cinta, terusin saja enak banget kok?”<br />Aku langsung mengkocoknya, plak.. plakk.. plokk.. plookk..? suara paha kami berdua beradu..?<br />“Vagina Mbak enaakk.. Sekali sih..?” sambil aku menggoyangkan pinggulku, terus dia juga mengimbangi goyanganku dengan arah yang berlawanan sehigga benar-benar tenggelam seluruh penisku ke dalam vagina surga kenikmatannya.<br />“Oohh.. ennak.. Dee.. waa.. terus.. entot.. mee.. meekk.. Mmbaakk.. sayyaanngg..?”</div><div style="margin-bottom: 0in;">Akhirnya akupun ngentot lagi sama vaginanya Mbak Hanny, tapi Maminya enggak sedikitpun bangun mungkin capek main sama aku, habis aku bikin tubuhnya dan vaginanya melayang-layang. Lagi asyik-asyiknya ngentotin vaginanya Kak Hanny, tiba-tiba terdengar suara.<br />“Iiihh.. Kakak lagi ngapain?” mendengar suara tersebut, aku terkejut. Rupanya Shelly dan Poppy sedang asyik dan santainya melihat aku ngentot sama kakaknya.</div><div style="margin-bottom: 0in;">Aku langsung aja berhenti dan seketika itu juga Mbak Hanny berkata,<br />“Dewa kenapa, kok berhenti sayang, terus dong entot vagina Mbak, sampai enak dan nikmat sekalii..?”<br />“Ii.. ittuu.. ada..?”<br />“Ada apa?” katanya lagi penasaran. Pas dia menggerakkan wajahnya kekanan, terlihatlah adik-adiknya yang sama-sama sudah bugil tanpa sehelai benang pun. Lalu Mbak Hanny bicara,<br />“Eehh.. adik-adikku ini bandel sekali yah..!!”<br />Setelah dia tahu bahwa aku berhenti karena ada adik-adiknya yang sama sudah telanjang bulat. “Heyy.. kenapa kalian ikut-ikutan telanjang?” kata Mbak Hanny.<br />“Kak aku ingin ngerasain dientot yah?” tanya Shelly sama kakaknya.<br />“Iyah nih Kakak kok pelit sih.. aku juga sama Kak Shelly ingin juga ngerasain penisnya Mas Dewa,” timbal poppy.<br />“Iyah kan Kak?” tanya poppy pada Shelly.<br />“Iyah nih.. Gimana sih..?” timbal Shelly.<br />“Please dong Kak? Rengek kedua anak tersebut?” terus mungkin sudah terlanjur mereka berdua melihat kakaknya ngentot dan sudah pada bugil semuanya, maka Kak Hanny membolehkannya.<br />“Iyah deh kamu berdua sudah telanjur bugil dan lihat kakak lagi dientot vaginanya sama penis Dewa?”<br />“Sini jangan ribut..” kata Kakaknya lagi, “Tunggu kakak keluar, yah.. entar kamu juga bakal kebagian adikku manis” Tanya kakaknya.<br />“Dewa cepetan kocokannya yang lebih keras lagi.. Kasihan vagina kedua adikku ini sudah pada basah.. tuhh..”</div><div style="margin-bottom: 0in;">Akhirnya aku dan Mbak Hanny pun mempercepat ngentotnya kayak dikejar-kejar hantu. Dan akhirnya orgasme secara bersamaan.<br />“Aaarrgh.. Oohh.. Mmhh.. Aarrgghh.. Enak.. Sekalii.. cintaa? Aku sudah keluar Dewa..?” erangan Mbak Hanny.<br />“Aku juga sama Mbakk.. Rasanya penisku hangat sekali”</div><div style="margin-bottom: 0in;">Setelah berhenti beberapa menit, lalu kedua anak abg ini mulai membangkitkan lagi gairahku, Shelly kakaknya lagi asyik mengocok penisku dalam mulut dan bibirnya yang sexy sedangkan Poppy mencium bibirku habis-habisan sampai kedua lidah kami saling bertautan dan aku pun tak tinggal diam, aku mulai meremas-remas toketnya yang sedang seger-segernya seperti buah yang baru matang.</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-MO7W39F-qx4/VlCgHcD8ulI/AAAAAAAAAZc/plWeWBBC-sI/s1600/POPPY.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="640" src="https://1.bp.blogspot.com/-MO7W39F-qx4/VlCgHcD8ulI/AAAAAAAAAZc/plWeWBBC-sI/s640/POPPY.jpg" width="480" /></a></div><div style="text-align: center;"><b>POPPY</b></div><div style="margin-bottom: 0in;"></div><div style="margin-bottom: 0in;">Akhirnya kembali lagi aku ngentotin vagina adiknya yang masih perawan. Yang pertama kuentot vaginanya sherly yang kelas 1 SMU. Aku sangat kesulitan memasukan penisku karena vaginanya masih sempit dan perawan lagi.<br />“Benar nih, vagina kamu mau aku masukin?” tanyaku dengan penuh kelembutan, perhatian dan kasih sayang.<br />“Mau sekali Kak..?” jawabnya.<br />“Aku dari tadi sudah kepengen banget, ingin ngerasain gimana sih kalau vagina aku dimasukin penis Mas dewa? Kelihatannya Kak Hanny enak dan nikmat banget, waktu Kakak lagi ngentotin dia?” jawab polosnya.</div><div style="margin-bottom: 0in;">Lalu aku suruh dia diatas aku dibawah dan akhirnya dia memasukan juga. Bles.. Bless.. Bbleess..<br />“Aw.. Aahh.. Ohh.. Kak.. sudah.. Masuk belumm..?” sambil dia mengedangah ke atas, bibir bawahnya digigit lalu kedua payudaranya dia remas-remas sendiri sambil dia menekan pantatnya kebawah.<br />“Tekan lagi cinta masih kepalanya yang masuk?”<br />Akhirnya dengan dibantu aku memegang pantatnya kebawah, akhirnya masuklah semuanya.<br />“Aahh.. oohh.. yeeahh.. masuk semuanya yah kak?” katanya.<br />“Iyah Shelly sayang, gimana enak kan?” tanyaku sambil aku mencoba menggenjotnya.<br />“Enak.. sekali.. Kak Dewa..”<br />“Ini belum seberapa Selly. Ntar kamu akan lebih nikmat lagi?” lalu aku kocok vaginanya dan akhirnya dia orgasme duluan. Creett.. Creett.. Ccroott..<br />“Aakk.. saayyaanngg.. aa.. kuu.. mau.. keluar nihh..” eranganya.<br />Sambil memelukku erat-erat dan pantatnya ditahan ke belakang karena dia ada diatas, lalu aku pun sama menghentakkan pantatku ke depan, arah yang berlawanan supaya dia benar-benar menikmatinya, penisku tertekan lebih dalam lagi ke lubang vaginanya. Dia langsung lemes sementara aku belum orgasme dan kulihat Poppy sedang dioral vaginanya sama kakaknya, Mbak Hanny.<br />“Sudah dong kak..?” kataku pada Mbak Hanny.<br />“Kasihan tuhh.. vagina Poppy sudah ingin banget ngerasain di tusuk sama penisku ini?” kataku lagi</div><div style="margin-bottom: 0in;">“Iyah Kak Hanny, sudah dong kak?” kata Poppy.<br />“Aku sudah enggak tahan sekali dari tadi lihat Kak Shelly dientot sama penisnya Dewa, sepertinya nikmat dan enak sekali?” katanya memohon agar Kak Hanny melepaskan oralnya di dalam vaginanya.<br />Akhirnya kami berempat mulai perang lagi, aku mau masukin penisku ke vaginanya Poppy sambil nungging (doggy style) kemudian Poppy menjilat vaginanya Mbak Hanny dan Mbak Hanny menjilat vaginanya Shelly yang sudah seger lagi.<br />“Wah.. seretnya bukan main nih vaginanya Poppy, dia masih kelas 1 SMP jadi lebih sempit dibanding kakak-kakaknya dan cengkramannya pun sangat kuat sekali.”<br />“Bleess.. Bless.. Bleess..”</div><div style="margin-bottom: 0in;">“Awww.. Awww.. Ooohh.. Ooohh..” Poppy menjerit lagi setiap aku mau memasukkan lagi penisku.<br />“Sakit yah?” tanyaku sambil aku meremas-remas payudaranya.<br />“Ii.. Iyah.. kak.., Tapi kok enak banget sih? terusin aja Kak Dewa.. Vagina poppy rasanya ada yang mengganjal dan rasanya hangat dan berdenyut-denyut,” katanya.<br />Sambil merem melek karena aku mulai menggenjot vaginanya.<br />“Oohh.. terruuss.. aakk.. saayyaang.. p.. vaginanya Poppy yah..” ceracaunya.<br />Dan rasanya dia mulai juga menggoyangkan pinggulnya.<br />“Tenang cinta.. aku.. akan.. berusaha.. muasin vaginanya dik.. Poppy.. Yah..”</div><div style="margin-bottom: 0in;">Dan akhirnya aku ngentot vagina keempatnya. Lalu aku dengar dia berkata,<br />“Aku mau keluar nih?”<br />“Sabar taahann.. duu.. Luu.. Yah..”<br />Namun baru sekali ini vaginanya dientot dia tak bisa nahan dan..<br />Crott.. Croott..<br />“Aarhhgg, eemmhh.. oohh.. yeeaass..nikmat banget aakh..?” eranganya.<br />“Makasih.. Yah kak..?” sambil dia tersenyum.<br />“Aku.. pipisnya kok.. enggak biasanya, tapi enak banget sih.”<br />“Aku mau keluar nih, dimana sayang?” tanyaku.<br />“Aakkh.. didalam vaginaku aja yah.. Aku ingin ngerasain.. Gimana di siram air mani penis..”<br />Ccrroott.. Crroott.. Crott..<br />Akhirnya aku tumpahkan ke dalam lobang vaginanya dan sebagian lagi kuberikan sama Kak Hanny dan Shelly.</div><div style="margin-bottom: 0in;">Gile.. Benerr.. sekali ngentot dapat empat vagina, yaitu vaginanya anak SMP, anak SMU, mahasiswi dan Tante-Tante.</div>Cerita Seruhttp://www.blogger.com/profile/11284718548711892644noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6786224700136029903.post-12483922908902481102017-11-25T04:30:00.000-08:002017-12-07T06:53:53.327-08:00Ronny memuncratkan seluruh isi kontolnya dalam lubang memek YuliaMmmfff…enak kan Mbak ….nnghhh…” kata Ronny di belakangnya sambil menggerakkan jari tangannya keluar masuk lubang memek wanita berjilbab lebar ini dengan napas terengah-engah. Tangan kiri lelaki itu membekap pangkal paha Yulia, lalu jari tengahnya mulai menekan klitoris ibu muda berjilbab itu lantas dipilinnya dengan lembut, membuat wanita berjilbab lebar yang alim ini menggigit bibirnya.<br />Yulia tak kuasa menahan sensasi yang menekan dari dasar kesadarannya.Wanita berjilbab lebar ini mulai mendesah, apalagi tangan kanan lelaki itu kini kembali menyusup ke balik baju panjangnya, lalu ke balik cup BH-nya dan memilin-milin puting susunya yang peka..<br /><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjwiJ80YvOAFJQl7n4IjQYjSFau4TfhDrpQHWMtP-fDsiNsunxcJCm8-fKnfRsFa0MNK_PNRQm0jCr3AuhjUf7yqaPwrHsRycDqrhSoJT7cdcRzDsmgIFviR-2CTfvA4oJuyqxiQW5oAI4/s1600/adul+%252813%2529.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjwiJ80YvOAFJQl7n4IjQYjSFau4TfhDrpQHWMtP-fDsiNsunxcJCm8-fKnfRsFa0MNK_PNRQm0jCr3AuhjUf7yqaPwrHsRycDqrhSoJT7cdcRzDsmgIFviR-2CTfvA4oJuyqxiQW5oAI4/s640/adul+%252813%2529.jpg" width="548" /></a></div><br />Yulia adalah seorang ibu rumah tangga bermuka cantik yang berkulit putih bersih baru berusia 25 tahun. Wanita cantik ini terlihat alim dengan jilbab lebar serta jubah panjang dan kaus kaki sebagai ciri Muslimah yang taat, apabila dia keluar rumah atau bertemu laki-laki yang bukan mahromnya. Dalam kehidupan seharinya wanita berjilbab ini bekerja sebagai karyawan counter HP yang cukup ternama di Karanganyar. Karena kesibukannya mengurus rumah tangganya, maka Yulia memohon agar ditempatkan di tawangmangu yang notabene dekat dengan rumahnya. Dalam counter TZN ditawangmangu tersebut hanya dikelola oleh Yulia dan 2 orang laki-laki rekan kerjanya.<br /><br />Pagi hari sekitar pukul 8.00 pagi, suasana counter TZN ditawangmangu sangat sepi, tidak seperti hari biasanya banyak yang beli pulsa atau transaksi jual beli HP. Dengan jilbab putih yang lebar warna putih, serta pakaian panjang sampai diatas lutut berwarna biru dipadu dengan celana panjang warna hitam serta kaus kaki berwarna krem membuat Yulia tampak sangat cantik dan alim. Kebetulan hari itu Yulia tidak memakai jubah yang biasa dikenakannya. Yulia duduk dibelakang etalase bersama teman laki-lakinya yang bernama Ronny karena kebetulan hari itu jatahnya temannya yang bernama nanang libur. Ronny sudah beristri yang juga berjilbab yangditempatkan di TZN pusat di karanganyar.<br />Pagi itu suasana counter TZN tawangmangu memang sangat sepi. Belum ada satupun pelanggan yang beli pulsa atau sekedar melihat-lihat HP baru.<br /><br />Sebentar kemudian Nampak mendung tebal bergayut diatas kota kecamatan yang terletak dilereng lawu tersebut. Jarum jam menunjukkan jam 8.30 pagi, tiba-tiba saja terlihat kilat disertai Guntur kemudian disusul hujan yang lebat. Air hujan bagai tercurah dari langit diatas bumi tawangmangu. Suasana tersebut menambah sepi suasana counter tersebut, karena jam segitu adalah jam kerja dan jam sekolah. Sementara orang yang tidak beraktifitasmenjadi malas keluar karena hujan deras.<br /><br />Tak sengaja Yulia menoleh kesamping, Ups..hati Yulia tergetar ketika menyadari Ronny ternyata juga sedang memperhatikanya.Laki-laki tersebut terlihat gugup ketika mata Yulia memergokinya. Segera aja dia membuang muka, di mata Yulia Ronny terlihat cukup baik dan santun, usianya mungkin sekitar 29 tahunan. Yulia hanya tersenyum melihat kegugupannya.<br /><br />“Malah hujan mas?’ Yulia mengawali pembicaraan.<br />Ronny menoleh dan tersenyum,lantas mengangguk. Entah mengapa kemudian Yulia menjadi sangat akrab dengan teman kerjanya tersebut,padahal Yulia bukan seorang wanita yang mudah akrab dengan laki-laki lain.<br /><br />Dalam perbincangan itu,entah mengapa diam-diam Yulia membandingkan Ronny dengan suaminya. Yulia melihat badannya lebih tinggi dibanding dengan suaminya, Ronny lebih atletis dan tegap. Dengan dada berdesir,Yulia akhirnya menyadari kalau muka Ronny mirip sekali dengan suaminya. Wanita berusia 25 tahun ini bagaikan lupa keadaan dirinya ketika berbincang kian akrab dengan Ronny. Ketika berulangkali laki – laki ini memuji kecantikan mukanya, Yulia menjadi salah tingkah. Ibu rumah tangga yang aktif ikut pengajian salah satu ormas besar disolo ini merasa tersanjung dengan pujian laki-laki tersebut.<br />“Ah mas Ronny..”desis Yulia dengan muka terasa panas mendengar pujian itu walaupun dalam hati Yulia merasa senang.<br />“Bener kok mbak..mbak begitu cantik, manis apalagi pakai jilbab seperti ini,jadi kian anggun beruntung deh yang jadi suami Mbak..”kata Ronny seraya lekat memandang muka wanita berjilbab lebar ini.<br /><br />“Aihh..mas Ronny..udah..udah”seru Yulia gemas,dan tanpa sadar jemari wanita berjilbab ini mencubit lengannya yang membuat Ronny meringis.<br />Namun sesaat Yulia kemudian tersadar,kalau dia adalah seorang wanita bersuami, apalagi dia adalah seorang wanita muslimah yang mengenakan jilbab. Muka Yulia terasa memanas ketika wanita berjilbab ini melihat Ronny tersenyum-senyum setelah dicubit.<br />“Jari mbak Yulia…halus..lentik..”desisnya sambil tersenyum, namun ibu muda satu anak ini tak lagi menanggapinya. Yulia mulai merasa dia mendapat pengaruh aneh dari laki – laki di sampingya itu, sehingga dia begitu mudahnya akrab dengannya, atau mungkin kemiripan muka Ronny dengan suaminya yang membuat Yulia bagaikan hanyut.<br /><br />Pukul 9.30 pagi menjelang siang, suasana counter HP TZN dan sekitarnya semakin sepi. Hujan begitu deras di luar counter menimbulkan suara deru yang cukup keras. Wanita berjilbab ini melihat jalan raya tawangmangu yang menjadi sepi kecuali mobil yang berseliweran. Yulia melirik ke sebelah, Yulia kembali terhanyut muka rekan kerjanya yang mirip sekali dengan suaminya. Baru sejenak pikiran Yulia menerawang, mendadak wanita berjilbab ini dikejutkan oleh elusan yang merayap di pahanya. Yulia bagai tersengat arus listrik karena terkejutnya, namun sedetik kemudian Wanita berjilbab lebar ini membeku bagaikan menjadi patung es, ketika menyadari tangan yang merayap dipahanya adalah tangan laki – laki di sampingnya. Badan wanita muda ini menjadi kejang ketika tangan kanan Ronny mengelus perlahan pahanya yang masih tertutup baju dan celana panjang warna hitam yang dikenakannya. Entah kenapa, Yulia hanya mampu menggigit bibir ketika tangan Ronny mulai nakal melepas kancing baju yang dikenakannya pada bagian dada, ,sehingga beberapa kancing baju yang dikenakan ibu muda berjilbab inipun terlepas bagian dadanya.<br /><br />Badan Yulia kian menggigil,ketika tangan Ronny mulai menyusup di balik baju yang kenakannya. Perlahan wanita berjilbab ini merasakan tangan laki – laki itu mengelus dan meremas buah dadanya beberapa kali. Lantas wanita berjilbab lebar ini merasakan tangan laki – laki ini baju bagian bawahnya kemudian bergerak mengelus bagian bawah perutnya. Sesaat kemudian kedua tangan Ronny membuka pengait celana panjang yang dikenakan oleh Yulia dan membuka restling celananya sekaligus kemudian mulai mengelus elus bagian selangkangannya yang masih terbungkus celana dalam warna putih.<br /><br />Ingin rasanya Yulia menepis tangan laki-laki kurang ajar yang tengah menggerayangi daerah terlarang miliknya itu,namun entah mengapa semuanya terasa beku, badannya hanya mampu menggigil menahan birahi ketika tangan Ronny mengelus-elus selangkangannya yang masih terbungkus celana dalam hingga ke duburnya..beberapa kali Yulia merasakan kemaluannya yang masih terbungkus celana dalam itu dielus- elus tangan Ronny dan diremas-remasnya lembut.Tanpa sadar Yulia justru membuka kedua pahanya kian lebar sehingga tangan Ronny kian leluasa menggerayangi kemaluannya beberapa saat.<br />Yulia mulai mendesah perlahan, ketika tangan Ronny terasa menyusup ke balik celana dalam yang dikenakannya lantas menarik-narik rambut kemaluannya yang tumbuh lebat tak tercukur. Jemari tangan Ronny menyusuri gundukan bukit kemaluan wanita berjilbab ini kian ke bawah hingga sampai celah lubang memeknya. Wanita berjilbab lebar ini nyaris histeris menahan nikmat ketika bibir lubang memeknya itu diusap pelan oleh jemari tangan Ronny. Rasa birahi ternyata telah membutakan kenyataan bahwa tangan laki-laki yang tengah menyentuh kemaluannya bukanlah suaminya.<br /><br />Yulia mulai menggelinjang saat jemari tangan Ronny mengelus-elus perlahan bibir kemaluannya beberapa<br />saat lantas wanita berjilbab ini merasakan bibir kemaluannya itu dibuka dan jemari tangan Ronny pun segera melesak ke dalam lubang memek yang telah mengeluarkan satu orang anak tersebut. Badan Yulia gemetaran dan mulutnya mendesah saat kemudian kelentit dalam kemaluannya disentuh oleh jemari tangan Ronny lantas dipilinnya lembut membuat wanita berjilbab lebar ini nyaris terlonjak dari tempat duduknya.<br />“Ohh..aahhhh…mmhhh…enghhh..sshhh”‘desah Yulia lirih dengan badan menggelinjang, menahan nikmat di daerah selangkangannya.<br />Yulia tak lagi menghiraukan keadaan counter yang pintunya terbuka lebar apabila tiba-tiba ada pelanggan yang masuk. Yang dirasakan wanita berjilbab lebar ini adalah kenikmatan yang menjalar ke<br />sekujur badannya, oleh jemari tangan Ronny di lubang memeknya.<br />“Ahh..sshh…mas Ronnya..jangaaan”rintih Yulia lirih namun terasa nikmat luar biasa.<br />Badannya menggelinjang di kursi counter yang kecil tersebut. Untunglah hujan begitu deras, sehingga desahan dan rintihan wanita berjilbab ini tertelan gemuruh oleh hujan di luar.<br />Sembari menggeliat menahan kenikmatan yang dirasakannnya, mata Yulia<br />melirik ke muka Ronny. Namun betapa terkejutnya Yulia ketika melihat ternyata laki – laki ini sedang tersenyum-senyum memandangnya penuh birahi dengan nafas yang memburu.<br /><br />“Mas Ronny!!”pekik Yulia lirih karena kaget.<br />”jangaan..ohhh..mas Ronny..jangaan” Namun Ronny tak menghiraukan pekikan wanita berjilbab lebar ini. Wanita ini merasakan jari-jari tangan Ronny kian dalam memasuki lubang memeknya. Yulia menjadi semakin kian gila,ketika dirasakannya jari-jari tangan Ronny menyentuh dinding lubang memeknya itu. Rasa nikmat yang luar biasa terasa di sekujur badan Wanita berjilbab lebar ini yang membuatnya kian tersengal. Yulia merasakan bagian terlarangnya kian berdenyut- denyut seiring gerakan pinggulnya yang menggeliat penuh nikmat.<br /><br />“ohh ..jangaaaan… jangaan..mas…”desah Yulia lirih.<br />Wanita berjilbab lebar ini masih menyadari bahwa dia berada di counter yang pintunya terbuka lebar sehingga Yulia khawatir jika tiba-tiba ada pelanggan yang masuk meskipun diluar hujan justru bertambah deras. Namun derasnya hujan dan posisi tempat duduk mereka yang tertutup oleh etalase HP , membuat kekurang ajaran Ronny ini leluasa dinikmatinya. Wanita berjilbab lebar ini hanya pasrah dalam kenikmatan, ketika bagian terlarangnya itu diobok-obok Ronny dengan tangannya. Mata wanita berjilbab ini merem melek menahan kenikmatan yang luar biasa pada kemaluannya itu. Hanya desahan lirih penuh nikmat dan gelinjangan badan yang kian liar di atas kursi kecil dalam counter tersebut, Yulia hampir mencapai puncak kenikmatannya , ketika mendadak sebuah sepeda motor yang parkir didepan counterTZN. Kemudian Nampak seorang pemuda melepas jas hujan kemudian masuk kedalam counter nya.<br />“monggo mas…” ujar Yulia dalam bahasa jawa ketika pemuda tersebut masuk kedalam counter.<br />Sementara Ronny bergeser ke belakang lemari kasir yang tertutup kaca tinggi, membersihkan jari tangannya yang penuh lendir kewanitaan Yulia setelah hampir 30 menit lebih mengobok obok kemaluan wanita berjilbab lebar tersebut.<br /><br />“Pulsa mbak, XL 5000” Jawab pemuda tersebut sambil memandang aneh muka Yulia karena masih membayang diraut muka wanita berjilbab lebar ini seperti habis menahan perasaan sesuatu.<br />“oh ya ini silahkan ditulis nomornya mas” Balas Yulia sambil meraih HP server pengisi pulsa.<br />Beberapa saat kemudian pemuda tersebut minta diri setelah membayar pulsa yang dibelinya , sementara hujan diluar masih tercurah dari langit justru semakin deras. Bahkan beberapa saat kemudian jalan raya tawangmangu tersebut tergenang oleh banjir akibat curah hujan yang cukup deras. Yulia berniat untuk duduk dikursi semula ketika tiba-tiba kedua tangan Ronny melingkar dipinggang wanita berjilbab lebar ini.<br />“Udah mas… malu nanti jika ada pembeli masuk secara tiba-tiba” Ujar Yulia sembari tangannya mencoba melepas tangan Ronny yang melingkari pinggangnya.<br />“Gak usah khawatir mbak, hujannya tambah deras kok. Orang males akan keluar, mending kita menikmati hari ini dengan puas mumpung ada kesempatan mbak” Balas Ronny sambil menarik badan Yulia agak ke belakang etalase.<br />“mas … jangaan” desah Yulia ketika Ronny mengajaknya duduk dilantai bawah yang beralaskan karpet warna hijau.<br /><br />Yulia pun akhirnya menyerah ketika Ronny membantunya duduk dengan kedua kaki diselonjorkan dengan posisi mengangkang sedikit ditekuk pada lututnya sementara kepala dan badan Yulia bersandar pada etalase yang agak tinggi.. Ronny kemudian menarik celana panjang yang dikenakan Yulia hingga terlepas, sehingga kelihatan kemaluan yang masih tertutup celana dalam serta paha mulus dan kaki wanita berjilbab lebar ini.<br />“Aih .. masss..jangann ..!!”jerit Yulia spontan ketika celana panjangnya dilepas oleh Ronny. Badan Yulia menggigil melihat rekan kerjanya tersebut mulai mengelus-elus kemaluannya yang terbungkus celana dalam.<br />“mas.. bagaimana nanti jika ada yang datang..malu…” Desah wanita berjilbab lebar ini ketika menyaksikan tangan Ronny melepas celana dalamnya. Beberapa saat kemudian Ronny tersenyum lebar menyaksikan kemaluan rekan kerja wanitanya yang berjilbab tersebut terpampang bebas memamerkan bulu-bulu kemaluannya yang lebat.<br /><br />Ronny kemudian menggeser duduknya bersandar lemari kasir yang besar dan tinggi, kemudian menarik badan Yulia yang sudah telanjang bagian bawahnya. Diletakkannya badan Yulia disela kedua kakinya yang terjulur terbuka, sehingga pantat Yulia melekat pada selangkangan Ronny. Yulia pun pasrah apa yang dilakukan oleh rekan kerjanya tersebut, disandarkan kepalanya di dada Ronny sementara tangannya bertumpu pada paha Ronny yang mengangkangi pantatnya.<br />“Mas…” desah Yulia ketika sesaat kemudian,Badan ibu muda berjilbab yang alim ini mengejang ketika kemudian dia merasakan, tangan kiri Ronny itu menyusup ke balik jilbab lebarnya,meremas-remas lembut kedua payudaranya yang tertutup BH. Lantas salah satu tangan Ronny turun ke arah selangkangannya, meremas-remas kemaluannya yang telah terbuka.<br /><br />“Jangaan.. mas Ronnya..”desah Yulia dengan cemas dan khawatir jika ada pembeli yang datang. Namun laki- laki ini tak perduli, kedua tangannya kian bernafsu meremas-remas buah dada serta selangkangan wanita alim berusia 25 tahun ini. Yulia menggeliat-geliat menerima remasan laki-laki yang bukan<br />suaminya ini dalam posisi duduk membelakangi laki-laki itu.<br /><br />“Jangaan.. mas Ronnya….sebentar lagi hujan reda..” desah Yulia masih dengan muka cemas.<br />Ronny terpengaruh dengan kata-kata Yulia, diliriknya suasana didepan counter. Memang hujan mulai surut tidak sederas satu setengah jam yang lalu. Yulia menggigil dengan badan kejang ketika kemudian wanita berjilbab lebar ini merasakan tangan lelaki rekan kerjanya itu semakin dalam mengobok obok lubang memeknya. selama ini memang Ronny selalu melihat Yulia dalam keadaan memakai pakaian panjang tertutup rapat dan jilbab yang lebar, namun Ronny dapat membayangkan kesintalan badan wanita ini melalui tonjolan kemontokan buah dadanya dan kemontokan pantatnya yang terlihat. Ronny tidak menyangka kalau bagian badan Yulia yang selama ini tersembunyi, pagi ini dapat dinikmatinya. Celana panjang dan celana dalam yang dipakai wanita berjilbab ini kini teronggok di disamping etalase. Di pangkal paha wanita berjilbab ini tumbuh rambut kemaluannya yang cukup lebat. Ronny kagum melihat kemaluan Yulia yang begitu montok dan indah, beda sekali dengan kemaluan istrinya.<br /><br />“Jangaan..mass..hentikaaan… “ pinta Yulia dengan suara bergetar menahan nikmat , ketika wanita alim ini merasakan tangan Ronny meremas-remas bongkahan pantatnya yang telanjang. Mulut Yulia mulai merintih dan badan ibu muda berjilbab ini mengejang ketika wanita ini merasakan tangan kanan rekan kerjanya tersebut mengelus-elus dan menelusuri celah di pangkal pahanya. Dengan bernafsu Ronny menguakkan bibir kemaluan Yulia yang berwarna merah jambu dan lembab. Badan wanita berjilbab lebar ini mengejang hebat saat tangan kanan lelaki itu menyeruak ke lubang memeknya. Badannya bergetar ketika jari tangan laki-laki tersebut menyentuh klitorisnya. Semakin lama wanita berjilbab berusia 25 tahun ini tak kuasa menahan erangannya ketika tangan lelaki itu menyentuh dan mengorek-orek klitorisnya,dan menit-menit selanjutnya Yulia semakin mengerang jalang .<br /><br />“Hmmm…, bagaimana Mbak Yulia….enak kan..” kata Ronny itu sambil terus menusuk-nusukkan jarinya kedalam kemaluan wanita berjilbab lebar rekan kerjanya tersebut.<br /><br />“Mmmfff…enak kan Mbak ….nnghhh…” kata Ronny di belakangnya sambil menggerakkan jari tangannya keluar masuk lubang memek wanita berjilbab lebar ini dengan napas terengah-engah. Tangan kiri lelaki itu membekap pangkal paha Yulia, lalu jari tengahnya mulai menekan klitoris ibu muda berjilbab itu lantas dipilinnya dengan lembut, membuat wanita berjilbab lebar yang alim ini menggigit bibirnya.<br />Yulia tak kuasa menahan sensasi yang menekan dari dasar kesadarannya.Wanita berjilbab lebar ini mulai mendesah, apalagi tangan kanan lelaki itu kini kembali menyusup ke balik baju panjangnya, lalu ke balik cup BH-nya dan memilin-milin puting susunya yang peka.<br /><br />“Ayo Mbak Yulia….ahhhh… …nikmati…oohhhh….nikmat sekali kan….?” Ronny terus menggerakkan jari tangannya yang terjepit lubang memek wanita muda yang alim ini.<br />Yulia menggeleng-gelengkan kepalanya, mencoba melawan terpaan kenikmatan di tengah tekanan rasa nikmat dan malu. Tapi ia tak mampu, Yulia mendesah dan mengerang dengan badan menggelinjang jalang dan akhirnya dalam waktu beberapa menit kemudian wanita berjilbab lebar ini menjerit tertahan saat ia meraih puncak kenikmatan, sesuatu yang cair kental menyembur keluar dari dalam rahimnya sehingga meleleh melalui lubang memeknya dan menetesi karpet dibawahnya.Badan Yulia langsung lunglai, tapi lelaki di belakangnya terus mengaduk lubang memeknya dengan jari tangannya. Yulia kembali mendesah, saat perlahan Ronny menarik keluar jari tangannya yang digunakan mengobok-obok kemaluan wanita berjilbab lebar ini.<br /><br />Sesaat kemudian Ronny berdiri dan berjalan keluar untuk melihat suasana, ternyata hujan kembali deras mengguyur tawangmangu. Jalanan masih banjir , sementara jam menunjukkan pukul 11.45.<br />“Mbak kita istirahat bentar, kemudian makan trus sholat kemudian nanti kita lanjutkan lagi. Mumpung sepi dan hujan deras mbak, jadi gak ada yang mengganggu.” Ujar Ronny sambil tersenyum.<br />“Lanjutkan apa mas…?” Tanya Yulia tergagap<br />“He..he… saya kan belum merasakan nikmatnya kemaluan saya menyodok kemaluanmu mbak, tanggung mbak mumpung ada kesempatan…” kata Ronny sambil meremas remas buah dada Yulia, sementara Yulia menjadi bingung.<br /><br />“Nanti kita melakukannya di kamar belakang itu aja mbak..” kata Ronny sambil menunjuk kamar kecil dibelakang etalase yang hanya muat untuk tidur 2 orang tersebut. Kamar tersebut sebenarnya digunakan untuk sholat dan tidur nanang dimalam hari jika tidak libur.<br /><br />Yulia pun hanya bisa pasrah, sesaat kemudian Yulia keluar counter seperti biasa untuk beli makan siang para pegawai counter. Sementara Yulia pergi, Ronny segera menyiapkan minuman yang sudah ditaburi obat perangsang sex. Sepuluh menit kemudian Yulia kembali ke counter membawa 2 bungkus nasi. Mereka berdua pun segera makan, kemudian bergantian sholat dzuhur.<br /><br />Hujan masih turun justru semakin deras seolah memberi kesempatan laki laki dan ibu muda berjilbab tersebut untuk melanjutkan perselingkuhan. Setelah sholat Ronny menengok keluar memastikan suasana aman dan mendukung, karena Ronny berniat menikmati badan montok rekan kerjanya tersebut sampai puas. Setelah merasa aman Ronny masuk dan melihat Yulia sedang menghitung stok vhoucer, tanpa berkata sepatah katapun Ronny langsung memeluk Yulia dari belakang.<br />Badan ibu muda berjilbab yang alim ini mengejang ketika kemudian dia merasakan,kedua tangan Ronny itu menyusup ke balik jilbab lebarnya,meremas-remas lembut kedua payudaranya yang tertutup baju<br />dan bra. Lantas salah satu tangan lalu turun ke arah selangkangannya, meremas-remas kemaluannya dari luar baju panjang yang dipakainya.<br /><br />“Masss.. ahh,,hh..”desah Yulia sambil menghentikan pekerjaannya menghitung stok voucher.<br />Ronny tersenyum, kedua tangannya kian bernafsu meremas-remas buah dada serta selangkangan wanita alim berusia 25 tahun ini. Yulia menggeliat-geliat menerima remasan laki-laki yang bukan<br />suaminya ini dalam posisi berdiri membelakangi laki-laki itu.<br /><br />“Aahhh.. enghh….mmhh.. .ohhh” desah Yulia merasakan kenikmatan pada kemaluan dan buah dadanya .<br />Ronny berlutut di belakang pantat Yulia, sementara kedua tangan Yulia berpegangan pada lemari khusus kasir tersebut. Yulia menggigil dengan badan kejang ketika kemudian wanita berjilbab lebar ini merasakan tangan lelaki rekan kerjanya itu menarik turun celana panjang sekaligus celana dalamnya. Badan Yulia gemetar oleh rasa malu dan nikmat ketika tanpa diduganya, Ronny menyingkap bagian bawah baju birunya ke atas sampai ke pinggang. Ibu muda berjilbab lebar ini terpekik dengan muka yang merah padam ketika menyadari bagian bawah badannya kini telanjang bulat karena dirinya sudah tidak memakai celana dalam lagi. Ronny kembali merasa takjub melihat istri rekan kerjanya ini dalam keadaan telanjang bagian bawah badannya. Sungguh, laki-laki ini tidak pernah menyangka kalau sore ini akan melihat kemulusan badan Yulia yang selalu dilihatnya dalam keadaan berpakaian rapat. Pertama kali Ronny melihat Yulia, laki-laki ini memang sudah tergetar dengan kecantikan muka wanita berkulit putih ini walaupun sebenarnya Ronny juga sudah beristri, tapi apabila dibandingkan<br />dengan Yulia muka istrinya tidak ada apa-apanya.<br /><br />Namun kealiman wanita yang selalu berpakaian rapat tertutup dengan jilbab yang lebar membuatnya merasa segan juga disamping Yulia adalah istri teman<br />pemilik TZN. Tetapi seringkalinya dia bertemu membuat Ronny semakin terpikat dengan kecantikan<br />wanita berjilbab lebar ini. selama ini memang Ronny selalu melihat Yulia dalam keadaan memakai pakaian panjang dan jilbab yang lebar, namun Ronny dapat membayangkan kesintalan badan wanita ini<br />melalui tonjolan kemontokan buah dadanya dan kemontokan pantatnya yang terlihat. Ronny tidak menyangka kalau bagian badan Yulia yang selama ini tersembunyi, hari ini dapat dinikmatinya.<br />Muka Yulia merah padam ketika diliriknya, mata Ronny masih melotot melihatnya yang setengah telanjang. Celana dalam dan celana panjang yang dipakai wanita berjilbab ini kini teronggok di bawah<br />kakinya setelah ditarik turun oleh Ronny. Bentuk pinggul dan pantat wanita alim yang sintal ini sangat jelas terlihat oleh Ronny. Belahan pantat Yulia yang telanjang terlihat sangat bulat, padat serta<br />putih mulus tak bercacat membuat birahi laki-laki yang telah menggelegak sedari tadi kian menggelegak. Diantara belahan pantat Yulia terlihat belahan bibir kemaluan wanita rekan kerjanya yang kemerahan terlihat menggiurkan.<br /><br />“Mbak Yulia..Kakimu direnggangkan. Aku ingin melihat memekmu lagi …” desis Ronny sambil berjongkok menahan birahinya melihat bagian kehormatan wanita rekan kerjanya.<br />Wanita berjilbab lebar ini pasrah, ia merenggangkan kakinya. Dari bawah, lelaki itu menyaksikan pemandangan indah menakjubkan. Di pangkal paha wanita berjilbab ini tumbuh rambut kemaluannya yang cukup lebat namun terlihat rapi. Ronny kagum melihat kemaluan Yulia yang begitu montok dan indah, beda sekali dengan kemaluan istrinya.<br /><br />“Masss..ohhh..emmmhh…sudah mas… “ pinta Yulia dengan suara bergetar menahan nikmat, ketika wanita alim ini merasakan tangan Ronny meremas-remas bongkahan pantatnya yang telanjang.<br />Namun Ronny seolah tak mendengarnya justru tangan lelaki itu menguakkan bongkahan pantat Yulia lantas mendekatkan mukanya menciumi pantat mulus yang montok itu. Yulia menggeliat ketika lidah Ronny mulai menyentuh anusnya. Mulut Yulia mulai merintih dan badan ibu muda berjilbab ini<br />mengejang ketika wanita ini merasakan lidah lelaki itu menyusuri belahan pantatnya lantas menyusuri celah di pangkal pahanya. Dengan bernafsu Ronny menguakkan bibir kemaluan Yulia yang berwarna merah jambu dan lembab. Badan wanita berjilbab lebar ini mengejang hebat saat lidah lelaki<br />itu menyeruak ke lubang memeknya. Badannya bergetar ketika lidah itu menyapu klitorisnya. Semakin lama wanita berjilbab berusia 25 tahun ini tak kuasa menahan erangannya ketika bibir lelaki itu mengatup dan menyedot-nyedot klitorisnya, dan menit-menit selanjutnya Yulia semkin mengerang jalang oleh birahi ketika Ronny seakan mengunyah- ngunyah kemaluannya. Seumur hidupnya, Yulia belum pernah diperlakukan seperti ini oleh suaminya.<br />“Hmmm…, nikmat sekali kan Mbak Yulia….?” kata Ronny sambil berdiri setelah puas menyantap kemaluan istri wanita berjilbab lebar tersebut. Sementara itu tangan kirinya terus mengucek-ngucek kelamin wanita berjilbab lebar tersebut.<br /><br />“Aihhhh…eungghhhh….” Yulia mengerang dengan mata mendelik, ketika beberapa saat kemudian sesuatu yang besar,panjang dan hangat mulai menusuk kemaluannya melalui belakang.<br />Badan wanita berjilbab ini mengejang ketika menyadari kemaluannya tengah dimasuki ****** Ronny sementara wanita berjilbab lebar ini hanya bisa pasrah. Hingga sekejap kemudian Yulia merasakan batang ****** Ronny yang jauh lebih besar dan panjang di banding milik suaminya, telah bersarang di lubang memeknya hingga menyentuh rahimnya. Badan Yulia hanya mampu menggelinjang ketika Ronny mulai menggerakan kontolnya dalam jepitan kemaluannya.<br /><br />“Mmmfff…enak juga bersebadan sambil berdiri….nnghhh…oohhh ” kata Ronny di belakangnya sambil menggerakkan pinggangnya maju mundur dengan napas terengah-engah.<br />Yulia dapat merasakan ****** Ronny yang kini tengah menusuk-nusuk lubang memeknya, jauh lebih besar dan panjang dibanding ****** suaminya. Yulia tak kuasa menahan sensasi yang menekan dari dasar<br />kesadarannya.Wanita berjilbab lebar ini mulai mendesah, apalagi tangan kanan lelaki itu kini menyusup ke balik bajunya, lalu ke balik cup BH-nya dan memilin-milin puting susunya yang peka.<br /><br />“Ayo Mbak Yulia….ahhhh… …nikmati…ahh….nikmati….” Ronny itu terus memaju mundurkan kontolnya yang terjepit lubang memek wanita muda yang alim ini. Yulia memejamkan matanya, menikmati terpaan kenikmatan di tengah tekanan rasa nikmat dan malu. Yulia mendesah dan mengerang dengan badan menggelinjang jalang dan akhirnya dalam waktu beberapa menit kemudian wanita berjilbab lebar<br />ini menjerit saat ia meraih puncak kenikmatan. Badan Yulia langsung lunglai, tapi lelaki di belakangnya<br />selangkah lagi sampai ke puncak. Ronny terus mengaduk lubang memek Yulia dengan kecepatan penuh. Lalu, dengan geraman panjang, ia menusukkan kontolnya sejauh mungkin ke dalam kemaluan ibu muda berjilbab ini. Kedua tangannya mencengkeram payudara Yulia yang padat dan montok dengan<br />kuat. Sesaat kemudian Ronny menyingkap dan melepas semua kancing baju yang dikenakan Yulia hingga terlihat bra yang dikenakan Yulia, kemudian kembali diremas-remasnya buah dada yang ranum tersebut hingga Yulia meintih-rintih dan mendesah.<br />“Ohhh …mmhhh …enghhh”desah Yulia ketika sekali cairan kemaluannya menyembur menyiram ****** Ronny yang sedang mengaduk aduk kemaluannya.<br /><br />Yulia yang masih dibuai gelombang kenikmatan, kembali merasakan sensasi aneh saat bagian dalam lubang memeknya gantian disembur cairan hangat mani dari ****** Ronny yang terasa banyak membanjiri lubang lubang memeknya. Yulia kembali merintih, saat perlahan Ronny menarik keluar kontolnya yang lunglai.<br />Sementara hujan diluar turun semakin deras disertai dengan Guntur.<br />Rupanya Ronny belum puas setelah menyebadani badan montok wanita berjilbab lebar yang menjadi rekan kerjanya tersebut. Sesaat kemudian Ronny meremas remas buah dada Yulia yang menegang seperti dua buah gunung kembar.<br /><br />“mas sudah mas… aku lelah banget” pinta Yulia sambil menoleh kebelakang<br />“satu ronde lagi aja mbak… tanggung nih..” kata Ronny sambil meremas buah dada wanita berjilbab lebar tersebut. Kemudian sambil terus meremas remas buah dada Yulia dari belakang, Ronny mengajak Yulia berjalan ke kamar belakang tanpa memperhatikan celana panjang dan celana dalam milik Yulia yang masih teronggok di samping lemari kasir. Setelah sampai di kamar belakang etalase tersebut, Ronny menelentangkan Yulia dalam keadaan hanya memakai jilbab lebar warna putih dan baju panjang warna biru yang sudah terbuka hampir semua kancing bajunya. Sekejap kemudian tangan Ronny terulur kembali meremas-remas kedua susu mengkal milik wanita berjilbab lebar tersebut.<br /><br />Tanpa membuang waktu Ronny kemudian melucuti baju panjang dan BH yang dipakai Yulia sekaligus. Mata Ronny melotot buas ketika memperhatikan lubang memek Yulia yang tampak membukit. Gundukan di tengah selangkangan yang tampak menonjol membuat ****** Ronny terasa kian keras menegang oleh birahi dan Ronny tak tahan mengulurkan tangannya meremas-remas bukit kemaluan yang montok milik Yulia. Yulia tersentak ketika tangan Ronny meremas-remas bagian selangkangannya yang masih berlepotan cairan kewanitaannya, namun pengaruh obat perangsang sex yang diminumnya membuat wanita berjilbab lebar ini hanya bisa mendesah.<br /><br />Badan ibu muda yang alim ini hanya menggeliat-geliat saat selangkangannya diremas remas oleh tangan Ronny tanpa jemu. Mulutnya mendesah-desah dengan ekspresi yang membuat libido Ronny kembali semakin terangsang. Ronny terkekeh melihat gelinjangan ibu muda berjilbab yang alim ini saat bagian selangkangannya diremas remas-remas. Puas meremas-remas tonjolan bukit kemaluan wanita berjilbab lebar tersebut, mata Ronny kembali memandang wanita berjilbab lebar ini yang terlentang di atas kasur ini dari ujung<br />kepalanya yang masih terbalut jilbab hingga ke kakinya.<br /><br />Sungguh sebuah pemandangan yang menakjubkan dan muncul sebuah sensasi sendiri saat Ronny berhasil melihat bagain kemaluan wanita berjilbab lebar yang cantik seperti Yulia. Tangan Ronny memang telah merasakan kekenyalan bukit kemaluan Yulia, saat meremas-remas sebelumnya.<br />Tetapi ketika melihat bentuknya pada saat terlentang dalam keadaan telanjang ternyata sangat merangsang birahi. Ronny memperhatikan muka Yulia yang terlentang di depannya, muka ayu berbalut jilbab lebar itu terlihat semakin ayu menggemaskan.<br /><br />Muka wanita berjilbab lebar tersebut memperlihatkan ekspresi wanita yang tengah terlanda birahi. Ronny menyeringai sejenak sebelum kemudian membenamkan mukanya di tengah<br />selangkangan Yulia yang terasa hangat. Hidungnya mencium bau kewanitaan Yulia yang segar dan wangi, jauh sekali perbedaannya dibanding bau kewanitaan istrinya. Ronny semakin mendekatkan mukanya ke<br />arah bukit kemaluan Yulia, bahkan hidungnya telah menyentuh kelentit pada kemaluan Yulia. Dengan nafas yang terengah-engah menahan birahi, lidahnya terjulur menjilati kelentit yang menonjol di antara bibir kemaluan wanita berjilbab lebar tersebut. Saat lidahnya mulai menyapu kelentit Yulia, tiba-tiba pinggul wanita berjilbab ini menggelinjang dibarengi desahan ibu muda berjilbab ini.<br /><br />“Ahh…ahhhhh..ahhh”desah Yulia yang membuat libido Ronny semakin menggelegak.<br />Ronny semakin bernafsu menjilati dan menciumi bukit kemaluan Yulia yang semakin becek oleh cairan kemaluannya. Setiap kali lidahnya menyapu permukaan kemaluan Yulia atau bibir Ronny menciumnya dengan penuh nafsu, wanita berjilbab berkulit putih ini menggelinjang dan mendesah- desah penuh birahi. Lidah dan bibir Ronny seakan berebut merambah sekujur permukaan bukit kemaluan Yulia .<br />“Ouhhhh….Mbak Yulia……”desis Ronny melihat gundukan bukit kemaluan Yulia yang kini tak lagi tertutup celana dalam tersebut.<br /><br />Bibir kemaluan Yulia terlihat merekah kemerahan dengan kelentit menonjol kemerahan di tengahnya.<br />Bulu-bulu kemaluan yang lebat, tampak kontras dengan putihnya bukit kemaluan wanita berjilbab tersebut. Ronny melihat kemaluan Yulia sudah basah oleh rangsangan sebelumnya, bahkan ketika Ronny menguakkan bibir kemaluan wanita PKS ini cairan kenikmatan nya jatuh menetes membasahi kasur. Ronny menjadi sangat terangsang melihat hal ini. Dengan birahi yang kian menggelegak lidah Ronny menyapu kemaluan telanjang di antara paha wanita alim ini. Ronny merasa paha Yulia bergetar lembut ketika lidahnya mulai menjalar mendekati selangkangan wanita berjilbab lebar ini. Yulia menggeliat kegelian ketika akhirnya lidah Ronny sampai di pinggir bibir kemaluannya yang telah terasa menebal. Ujung lidah Ronny menelusuri lepitan-lepitan di situ, menambah becek kemaluan yang<br />memang telah basah itu.<br /><br />Terengah-engah Yulia mencengkeram kasur menahan nikmat yang tiada tara. Yulia menggelinjang hebat ketika lidah dan bibir Ronny menyusuri sekujur kemaluan ibu muda ini. Mulut wanita berjilbab ini mendesah-desah dan merintih-rintih saat bibir kemaluannya di kuak lebar-lebar dan lidah Ronny terjulur masuk menjilati bagian dalam kemaluannya. Bahkan ketika lidah Ronny menyapu kelentit Yulia yang telah mengeras itu, kemudian di teruskan dengan menghisapnya dengan lembut Yulia merintih hebat. Badannya mengejang sampai punggungya melengkung bagaikan busur panah membuat dadanya yang montok membusung.<br /><br />“Ahhhhh….ahhhhhh….ahhhhh”rintih Mbak Yulia dengan jalangnya disertai badan yang menggelinjang.<br />Kembali cairan kenikmatan membasahi kemaluan wanita berjilbab ini, hal ini lidah dan bibir Ronny makin liar menjilati di daerah paling pribadi milik Yulia yang kini sudah membengkak kemerahan. Gundukan kemaluan yang putih kemerah- merahan itu menjadi berkilat-kilat basah dan bulu-bulu kemaluan wanita berjilbab ini pun menjadi basuh kuyup oleh jilatan Ronny. Lidah Ronny menyusuri belahan kemaluan yang telah membengkak lantas ke sekujur permukaan kemaluan yang membukit<br />montok hingga ke sela-sela kedua pahanya, kemudian menyusuri ke bawah hingga ke belahan pantat yang tampak montok.<br /><br />Ronny menjadi semakin gemas melihat belahan pantat Yulia yang terlihat sebagian, sehingga dengan bernafsu Ronny membalikkan badan wanita berjilbab yang terlentang menjadi tengkurap. Mata Ronny melotot liar melihat pemandangan indah setelah wanita berjilbab lebar tersebut tengkurap. Pantat wanita berjilbab yang montok dan telanjang tampak menggunung menggiurkan. Ronny terengah penuh birahi memandang kemontokan pantat bundar<br />Yulia yang putih mulus itu. Dengan gemas Ronny meremas-remas bukit pantat wanita alim tersebut dengan tangan lantas Ronny mendekatkan mukanya pada belahan pantat wanita berjilbab tersebut . Lidahnya terjulur menyentuh belahan pantatnya kemudian dengan bernafsu Ronny mulai menjilati belahan pantatnya yang putih mulus tersebut. Yulia mendesah-desah dengan badan menggelinjang<br />menahan birahinya, saat lidah Ronny menyusuri belahan pantatnya hingga belahan kemaluannya yang kemerahan. Belahan pantat mulus Yulia yang putih dalam sekejap menjadi basah berkilat oleh jilatan lidah Ronny.<br /><br />Kemudian bibir dan lidah Ronny secara bergantian menyusuri sekujur pantat montok wanita berjilbab tersebut. Tangannya juga menguak belahan pantat ibu muda tersebut dan selanjutnya lidahnya menyapu daerah anus dan sekitarnya yang membuat wanita berjilbab lebar tersebut mengerang penuh birahi. Puas menikmati pantat Yulia yang montok, Ronny kembali menelentangkan ibu muda berjilbab lebar ini. Mata Ronny terarah pada sepasang payudara montok yang seperti gunung hendak meletus. Tangan Ronny dengan lincah jari-jari tangannya meremas remasbuah dada Yulia yang tegak bagai gunung kembar tersebut.<br /><br />Buah dada Yulia nampak sangat montok dan indah. Buah dada yang putih mulus dengan puting susu yang kemerahan membuat Ronny tak sabar untuk meremas dan menyedot putting susunya. Sedetik kemudian, payudara wanita berjilbab ini telah berada dalam mulut Ronny yang menyedot dengan nafsu secara bergantian. Puting susu yang telah tegak mengeras tersebut di hisap dan diremas-remas membuat Yulia terpekik kecil menahan kenikmatan birahinya. Payudara Yulia yang<br />putih mulus itu dalam sekejap basah oleh liur Ronny. Ronny sudah tak tahan menahan nafsunya.<br />Ronny tidak menyangka kalau saat ini Ronny berhasil menelanjangi wanita rekan kerjanya yang tampak alim ini dengan jilbab dan pakaian yang tertutup rapat. Birahinya sudah menggelegak di ubun-ubun dengan ****** yang tegang mengeras. Ronny melihat ibu muda berjilbab ini mempunyai badan yang<br />indah dan terlihat masih kencang.Ronny menyusuri keindahan badan telanjang wanita muda rekan kerjanya tersebut dari muka yang terbalut jilbab hingga ke kakinya. Kemudian mata Ronny kembali menatap kemaluan Yulia yang indah itu, tangan Ronny kembali terulur menjamah bagian kewanitaan wanita alim yang telanjang ini. Ronny merasakan kewanitaan Yulia berdenyut liar, bagai memiliki<br />kehidupan tersendiri. Warnanya yang merah basah, kontras sekali dengan rambut-rambut lebat di sekitarnya. Dari jarak yang sangat dekat, Ronny dapat melihat betapa lubang kewanitaan wanita berjilbab lebar tersebut membuka-menutup dan dinding-dindingnya berdenyut-denyut, sepertinya jantung Yulia telah pindah ke bawah. Ronny juga bisa melihat betapa otot-otot di pangkal paha Yulia menegang seperti sedang menahan sakit.<br /><br />Begitu hebat puncak birahi melanda Yulia, sampai dua menit lamanya perempuan yang menggairahkan ini bagai sedang dilanda ayan. Ia menjerit tertahan , lalu mengerang, lalu menggumam, lalu hanya<br />terengah-engah. Batang kejantanan Ronny segera terlihat tegak bergerak-gerak seirama jantungnya yang berdegup keras. Yulia masih menggeliat-geliat dengan mata terpejam, menampakkan<br />pemandangan sangat seksi di atas kasur ini.<br />Tangan ibu muda berjilbab ini mencengkram kasur bagai menahan sakit, kedua pahanya yang indah terbuka lebar, kepalanya yang terbalut jilbab mendongak menampakkan ekspresi muka menggairahkan, jilbabnya bagai membingkai mukanya yang sedang berkonsentrasi menikmati puncak birahi. Ronny menempatkan dirinya di antara kedua kaki Yulia, lalu mengangkat kedua paha wanita berjilbab ini, membuat kemaluan Yulia semakin terbuka.<br /><br />Sesaat kemudian dengan cepat ****** Ronny yang tegang segera melesak ke dalam badan Yulia melalui<br />lubang memeknya. Ronnypun segera menunaikan tugasnya dengan baik, mendorong, menarik kejantanannya dengan cepat. Gerakannya begitu ganas dan liar, seperti hendak meluluh-lantakkan badan Yulia yang sedang menggeliat-geliat kegelian itu. Tak kenal ampun, batang ****** Ronny menerjang-nerjang, menerobos dalam sekali sampai ke dinding belakang yang sedang berkontraksi menyambut orgasme. Wanita alim ini merintih dan mengerang penuh kenikmatan. Ronny mengerahkan seluruh tenaganya menyebadani wanita yang alim ini. Otot-otot bahu dan lengannya terasa menegang dan terlihat berkilat-kilat karena keringat. Pinggang Ronny bergerak cepat dan kuat<br />bagai piston mesin-mesin di pabrik.<br /><br />Suara berkecipak terdengar setiap kali badannya membentur badan Yulia, di sela-sela desah dan erangan Yulia. Yulia merintih dan mengerang begitu<br />jalang merasakan kenikmatan yang ganas dan liar. Seluruh badannya terasa dilanda kegelian, kegatalan yang membuat otot-ototnya menegang. Kewanitaannya terasa kenyal menggeliat-geliat, mendatangkan<br />kenikmatan yang tak terlukiskan. Dengan mata merem melek, Yulia mengerang dan merintih penyerahan sekaligus pengesahan atas datangnya puncak birahi yang tak terperi. Ronny merasakan batang kejantanannya bagai sedang dipilin dan dihisap oleh sebuah mulut yang amat kuat sedotannya.<br />Ronny tak mampu menahan lagi, Kenikmatan yang didapatkan dari jepitan kemaluan wanit alim ini tidak mungkin dilukiskan. Dengan geraman liar Ronny memuncratkan seluruh isi kontolnya dalam lubang memek Yulia, bercipratan membanjiri seluruh rongga kewanitaan wanita berjilbab lebar yang sedang megap-megap dilanda orgasme. Yulia mengerang merasakan siraman birahi panas dari ujung ****** Ronny ke dalam dasar kemaluannnya. Ronny merasakan jepitan Yulia kian ketat berdenyut-denyut pada batang kontolnya dan cairan kewanitaan wanita alim ini terasa mengguyur batang kontolnya yang datang bergelombang. Ronny menggeram liar disusul Yulia yang mengerang dan mengerang lagi, sebelum akhirnya terjerembab dengan badan bagai lumat di atas kasur.<br /><br />Ronny menyusul roboh menimpa badan montok Yulia yang licin oleh keringat itu. Nafas Ronny tersengal-sengal ditingkahi nafas Yulia<br />yang juga terengah bagai perenang yang baru saja menyelesaikan pertandingan di kolam renang. Badan Ronny lunglai di atas badan telanjang Yulia yang juga lemas.<br />“Oh, nikmat sekali. Betul-betul ganas…” kata Yulia akhirnya, setelah ia berhasil mengendalikan nafasnya yang memburu.<br /><br />“bagaimana mbak Yulia… nikmat kan? Bagaimana jika sekali lagi mbak…” ujar Ronny sambil terengah-engah sementara kedua tangan sibuk meremas – remas buah dada Yulia.<br />“jangan mas… aku dah gak kuat… kapan-kapan lagi aja mas” sahut Yulia diantara nafasnya yang memburu. Sementara badannya sudah bagaikan kehilangan tulang.<br />Tetapi Ronny yang tengah asyik meremas-remas payudara Yulia seolah tak mendengar keluhan Yulia, Ronny justru tersenyum buas sambil tangan kanannya bergerak mengelus-elus paha dan kemaluan Yulia yang berlepotan sperma. Diperlakukan seperti itu Yulia hanya bisa pasrah, matanya merem melek sementara badannya sudah tak berdaya.<br />Ronny menjadi tak tahan. Laki – laki ini segera menindih Yulia yang tengah pasrah. Yulia sempat melirik ****** besar Ronny sebelum ****** besar dan panjang itu mulai melesak ke dalam lubang memeknya untuk yang ketiga kalinya. Wanita alim ini mengerang dan merintih kenikmatan saat dirasakannya ****** Ronny menyusuri lubang memeknya kian dalam, dan wanita ini terpaksa kembali membuka pahanya lebar-lebar untuk menerima sodokan ****** yang besar dan panjang sperti milik Ronny. Tak berapa lama kemudian, Ronny menaik turunkan pantatnya diatas kemaluan Yulia. Kini Ronny mulai menggerak-gerakkan kontolnya naik-turun perlahan di dalam lubang kamaluan wanita alim yang hangat itu. Lubang yang sudah sangat becek itu berdenyut- denyut, seperti mau melumat kemaluannya. Rasanya nikmat sekali. Ronny mendekatkan mulutnya menciumi muka ayu Yulia. Tangan Ronny juga menggerayangi payudara putih mulus yang sudah mengeras bertambah liat itu. Diremas- remasnya perlahan, sambil sesekali dipijit-pijitnya bagian putting susu yang sudah mencuat ke atas. Pinggul wanita alim yang besar ini ikut bergoyang-goyang sehingga Ronny merasakan kenikmatan di dalam selangkangannya. Sementara lubang memeknya sendiri semakin berlendir dan gesekan alat kelamin kedua manusia lain jenis ini itu menimbulkan bunyi yang seret-seret basah.<br /><br />“Prrttt… prrrttt… prrttt.. ssrrrtt… srrrttt… srrrrttt… ppprttt… prrrttt…”<br />****** besar Ronny memang terasa sekali, membuat kemaluan Yulia seperti mau robek. Lubang memek wanita berusia 25 tahun ini menjadi semakin membengkak besar kemerah-merahan seperti baru melahirkan. Membuat syaraf-syaraf di dalam lubang senggamanya menjadi sangat sensitif terhadap sodokan kepala ****** laki – laki ini. Sodokan kepala ****** itu terasa mau membelah bagian selangkangannya. Belum lagi urat-urat besar seperti cacing yang menonjol di sekeliling batang kemaluan Ronny membuat Yulia merasakan nikmat yang luar biasa. Meski agak pegal dan nyeri Karen sudah ketiga kalinya disebadani oleh Ronny tapi rasa enak di kemaluannya lebih besar. Lendirnya kini makin banyak keluar membanjiri kemaluannya, karena rangsangan hebat pada wanita alim ini. Ketika Ronny membenamkan seluruh batang kemaluannya,Yulia merasakan seperti benda besar dan hangat berdenyut- denyut itu masuk ke rahimnya. Perutnya kini sudah bisa menyesuaikan diri tidak mulas lagi ketika saat pertama tadi laki – laki ini menyodok- nyodokkan kontolnya dengan keras.<br /><br />Yulia kini mulai menuju puncak orgasme. Lubang memeknya kembali menjepit-jepit dengan kuat ****** Ronny. Kaki wanita berjilbab ini diangkat menjepit kuat pinggang Ronny dan tangannya mencengkram kasur. Dengan beberapa hentakan keras pinggulnya, Yulia memuncrakan cairan dari dalam lubang memeknya menyiram dan mengguyur kemaluan Ronny disertai erangan panjang penuh kenikmatan. Setelah itu Yulia terkulai lemas di bawah badan berat Ronny. Kaki wanita berjilbab lebar tersebut mengangkang lebar lagi pasrah menerima tusukan-tusukan kemaluan Ronnyi yang semakin cepat.<br />Tanpa merasa lelah Ronny terus memacu kontolnya dan sesekali menggoyang-goyangkan pinggulnya. Sepertinya ia ingin mengorek-ngorek setiap sudut kemaluan wanita alim ini. Suara bunyi becek makin keras terdengar karena lubang memek Yulia itu kini sudah dibanjiri lender kental yang membuatnya agak lebih licin. Yulia mulai merasakan pegal di kemaluannya karena gerakan Ronny yang bertambah liar dan kasar. Badannya ikut terguncang-guncang ketika Ronny menghentak-hentakkan pinggulnya dengan keras dan cepat.<br /><br />“Plok.. plokk… plok.. plookk…<br />crrppp… crrppp… crrrppp… srrrpp… srrppp…” Bunyi keras terdengar dari persenggamaan ketiga kalinya oleh Ronny dan Yulia .<br />“Mas Ronny….. ouhhh pelan, …!” desis Yulia sambil meringis kesakitan.<br />Kemaluannya terasa nyeri dan pinggulnya pegal karena agresivitas Ronny yang seperti kuda liar. Akhirnya Ronny mulai mencapai orgasme. Dibenamkannya muka Ronny pada buah dada Yulia<br />dan ditekankannya badannya kuat-kuat sambil menghentakkan pinggulnya keras berkali-kali membuat badan Yulia ikut terdorong. Muncratlah air mani dari kontolnya mengguyur rahim dan kemaluan wanita berjilbab lebar tersebut. Karena banyaknya sampai-sampai ada yang keluar membasahi permukaan kasur<br />Kedua mata Yulia terpejam dengan senyum yang tersungging di bibirnya. Ronny Cuma menggumam, menenggelamkan kepalanya di antara dua payudara Yulia yang lembut. Begitu gelombang kenikmatan berlalu, kesadaran kembali memenuhi ruang pikiran wanita alim ini. Yulia hanya bisa terlentang tak berdaya, meskipun hanya sekedar memakai pakaiannya kembali. Melihat tersebut Ronny tersenyum puas karena niatnya menyebadani wanita rekan kerjanya tersebut terbayar sudah. Ronny kemudian bangkit berdiri memakai pakaiannya kembali dan pergi ke kamar mandi dibagian belakang. Beberapa saat kemudian kekuatan Yulia sudah mulai pulih, tapi Yulia jadi bingung karena celana panjang, celana dalam dan BHnya tergeletak diluar kamar. Mau keluar Yulia tidak berani karena takut jika ada pembeli yang masuk. Lima belas menit kemudian Ronny masuk kedalam kamar dan menyerahkan celana panjang Yulia tanpa BH dan celana dalamnya.<br /><br />“BH dan celana dalammu tak cuci di kamar mandi mbak, tadi kotor kepakai ngelap sepermaku tadi….” Ujar Ronny sambil tersenyum.<br />Yulia terpaksa memakai pakainnya tanpa celana dalam dan BH, sehingga tampaklah cetakan pantat dan buah dadanya. Dengan gontai Yulia berjalan ke kamar mandi untuk mandi karena jarum jam menunjukkan pukul 3.00 sore. Setelah mandi badan Yulia Nampak segar, kemudian duduk disamping Ronny yang tersenyum memandangnya dengan mesum. Sementara hujan diluar sudah mulai reda, dan jalan mulai ramai oleh pejalan kaki. Cerita Seruhttp://www.blogger.com/profile/11284718548711892644noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6786224700136029903.post-77673949228163434992017-11-25T04:29:00.000-08:002017-12-07T06:53:53.661-08:00Kontol anakku..masuk Memekku..Tidak ada yang bisa memaafkan dengan apa yang pernah saya lakukan. Yang pernah kami lakukan, lebih tepatnya. Suatu perbuatan yang tidak terpuji, maksud saya adalah pembenaran dari suatu hal yang buruk atau mungkin hal yang menjauh dari kesucian, dari tindakan buruk yang pernah kami lakukan. Tapi pasti ada alasan, pasti ada, pasti selalu ada konsekuensi dari suatu kelakuan yang buruk. Saya tidak meminta simpati dari para pembaca, tapi jika anda mempunyai empati dari cerita yang saya buat, saya harap cerita ini bisa membuat anda mengerti. Memang, alasan saya menulis cerita ini untuk mengklarifikasi dan sebagai motivasi dan kelemahan dan juga suatu kebutuhan yang didasari suatu kebodohan dan juga mungkin kesenangan dari sebuah hubungan sedarah kami, sewaktu saya menyetubuhi anak laki – laki saya. <br /><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi8qZ8K93CImg7kY8cRUF03ToWWdxPkmCgmklRLmztvyd8Q3pX0rAd2k3-BYs-tNCybcnBRGEUJxAPevJ4_Lfsi2w_RcANiIqQ8TM-kaZILyjSg1ywp-VrmpGfTPJ3JOXBs8n3gchU4Svs/s1600/memek-Mulus-tante-girang.png" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi8qZ8K93CImg7kY8cRUF03ToWWdxPkmCgmklRLmztvyd8Q3pX0rAd2k3-BYs-tNCybcnBRGEUJxAPevJ4_Lfsi2w_RcANiIqQ8TM-kaZILyjSg1ywp-VrmpGfTPJ3JOXBs8n3gchU4Svs/s640/memek-Mulus-tante-girang.png" width="470" /></a></div><div class="MsoNormal"></div><div class="MsoNormal">Jika cerita ini memang terdengar klise atau sudah pernah di tulis, itu hanya disebabkan oleh kesamaan suatu keadaan perilaku Manusia. Namun cerita ini berdasarkan dari kisah saya. Robbie (pacarnya memanggilnya Robert, teman2 nya memanggilnya Rob, tapi aku tetap memanggilnya Robbie, anak laki2 ku yang sangat ku sayang) sekali lagi dia mengganggu privasi aku, sewaktu aku mandi. Yang ke-3 kalinya di dalam bulan ini. Dengan alasan sebelumnya bahwa adik perempuannya memakai kamar mandi kami yang lain, dan Robbie menjadi sangat benar2 cerdik dalam kenakalannya. (suatu alasan yang memang tidak bisa aku sanggah)</div><div class="MsoNormal"></div><div class="MsoNormal">Saat pertama dia hanya buang air kecil, tapi dia lakukan dengan waktu yang lama, menggoyangkan penisnya, memasukan ke celananya dan menutup retsleting celananya sebelum dia berlalu. Memang seperti itu prosedurnya (kecuali memang karena harus melakukan sesuatu yang membutuhkan waktu yang panjang). Dia pernah menanyakan kepadaku tentang sesuatu (tapi aku lupa tentang apa) dan pertanyaan itu membuat dia semakin lama untuk keluar dari kamar mandi, aku jadi curiga dia berusaha untuk melihat sekilas tubuh telanjangku dari balik kaca plastic yang buram, tetapi tetap bisa memperlihatkan lekuk tubuhku yang langsing diusiaku yang ke- 38 ini.</div><div class="MsoNormal"></div><div class="MsoNormal">Aku harus mengakui dimana aku tidak bisa menyembunyikan diriku lebih jauh, dari anak laki – laki yang berumur 16 tahun dan sebagai remaja masa kini, pasti sudah melihat banyak sekali tubuh wanita yang sedang telanjang. Sudah pasti saat dia sedang kencan (dan jika beruntung) dia akan mendapatkan semua kejujuran dan kebohongan apa yang disimpan wanita, tentang suatu rahasia yang berada diantara kaki wanita, secara pribadi. Sebenarnya aku tidak berpikir lebih tentang niatnya untuk mengintip ku sampai nanti, setelah beberapa saat Robbie muncul waktu aku sedang menyabuni tubuhku. Saat itu juga aku langsung membilas tubuhku dari sabun, dan seketika itu juga aku tersadar dengan isyarat bahwa aku tidak sendirian dirumah. Suamiku sudah pergi ke kantor pagi2 sekali, lalu dimana Sally ? Aku berkata di dalam hati.</div><div class="MsoNormal"></div><div class="MsoNormal">“ Maaf, Mam”, terdengar suara dari anak lakiku yang mempunyai tubuh lumayan atletis itu. “ Sally memakai kamar mandi yang lain dan aku sudah putus asa tidak tahan ingin buang air kecil, jadi aku masuk ke kamar mandi Mama”. Kata Robbie kepadaku, sambil membalikan badan ke kloset, dan duduk di kloset, setelah itu saya melihat bayangannya dari balik kaca penghalang plastic dia menurunkan celana boxernya dengan sekali gerakan “ Dia bilang mau buang air kecil, tapi kenapa dia duduk di kloset dan melepas semua celananya”, aku bergumam di dalam hati. Setelah aku perhatikan, suatu perhatianku kepadanya yang tidak terlalu khusus,”Mmm..”, aku bergumam yang gumaman ku mungkin agak keras dan bisa terdengar diantara derasnya suara air pancuran, dan aku tetap melanjutkan membilas badanku. Dan diluar ruangan shower, aku melihat dengan sudut mataku ada semacam rupa gerakan yang berirama, dan sudah bisa dipastikan itu adalah gerakan yang sangat familiar.” Sepertinya dia sedang menarik Penisnya, benar gak ya..Hmmm”, aku jadi sedikit penasaran. Aku tidak bisa menahan senyum kecilku, ternyata aku melihat anak lakiku secara diam-diam melakukan onani di hadapan Mamanya yang sedang telanjang. Aku merasa seperti tergganggu tetapi juga merasa senang dalam waktu yang bersamaan, bingung sekali rasanya.</div><div class="MsoNormal"></div><div class="MsoNormal">Yang membuat ku senang bukanlah sesuatu yang sedang dia lakukan. Tetapi Tubuh ku ini, setelah aku lihat2, aku bangga mempunyai tubuh yang bisa menjadi inspirasi bagi dia, itu yang membuatku jadi agak tersenyum nakal. Yang membuat ku merara terganggu dan risih adalah karena tidak ada tanggapan yang sesuai dari ku sebagai seorang Ibu, aku merasa bersalah karena aku tidak marah kepadanya. Tapi faktanya, malah membuatku seperti agak sedikit horny dan merasa berada di dalam keanehan yang eksotik, aku malah merasa sebagai penari striptis yang sedang tampil di dalam sebuah pelindung kaca.</div><div class="MsoNormal"></div><div class="MsoNormal">Aku geser badanku dengan sedikit goyangan yang sexy, yang memperlihatkan lekuk tubuhku, dan aku mendengar meningkatnya tempo pergerakan genggaaman tangannya di penisnya. Di dalam sebuah gerakan tubuhku yang total tanpa aku merasa ragu untuk memperlihatkan bayangan lekuk tubuhku dari balik penghalang kaca platic yang buram itu, dan aku tidak tahu dari mana ide ini datang seperti spontan saja mengikuti naluri, aku majukan perutku ke menghadap plastic pelindung yang tembus cahaya itu tepat disebelanya adalah muka Robbie yang sedang mengintipku secara langsung.</div><div class="MsoNormal"></div><div class="MsoNormal">Dengan aku memajukan perutku agak menempel ke kaca tersebut, otomatis dia melihat bagian gelap di bawah perut Mamanya yang memperlihatkan seperti semak tipis yang gelap yang sedang disirami oleh siraman air dari shower, dengan gerakan tubuh ku yang naik dan turun perlahan secara berulang – ulang, dengan sangat benar-benar memprovokasinya. Menurutku gerakan itu cukup memberikan dia serangan mendadak ke psikisnya dan membuat dirinya berpikir untuk mengambil tisu sebanyak-banyaknya untuk menahan semprotan derasnya aliran sperma yang mengalir deras dari penisnya, agar tidak bercucuran di lantai. Pikiran nakal yang ada di otakku adalah, menginginkan dengan sangat untuk menghisap bagian vital dari anak lakiku itu yang sedang dimainkan olehnya dan melakukan hisapan ketika spermanya keluar bagaikan air mancur. “ Tapi dia adalah anak laki mu”, protes hati nurani ku, sambil aku membalikan badanku menjauh dari wujud bayanganya yang sedang memuntahkan sperma, tapi jariku sendiri malah menyentuh Vaginaku secara spontan. Menurutku, mungkin saat itu kami mempunyai pikiran yang sama, tentang ketidak senonohan/lancang mengenai diri kami masing2, berpikir dengan memutar imajinasi kami tentang keuntungan atau keburukan yang akan kita dapatkan. “Ibu dan anak sama2 mempunyai nafsu sexual yang tinggi”, pikirku.</div><div class="MsoNormal"></div><div class="MsoNormal">Aku menunggunya sampai dia keluar dari kamar mandiku, dia terliahat seperti terburu-buru saat keluar dari pintu kamar mandi. Aku tidak tahu, apakah dia sebenarnya tahu apa yang sedang terjadi, sehingga dia keluar cukup tergesa-gesa, atau dia takut diketahui oleh diriku, (jika memang aku tidak tahu, tapi mengapa tadi aku tempelkan tubuhku,agar dia bisa melihatku di kaca plastik ini?) Tapi sayangnya akibat ketergesa-gesaannya dia telah melewatkan pertunjukan besar dari ibunya, yang ternyata diriku juga merasakan orgasme, tidak lama kira2 tidak sampai 30 detik setelah dia keluar dari kamar mandi. Dan menurutku itu sangat memalukan!! Dan aku mengakuinya kepada diriku sendiri sesaat setelah aku pulih dari nikmatnya orgasme kecilku. Jika dia bukan anak ku, mungkin aku sudah tergoda. Aku mengingat kembali tetang aksi masturbasi kita antara aku dan Robbie yang saling berbalasan tapi secara sembunyi dan aku mengingatnya satu persatu, aku membayangkan jika aku jadi Robbie atau pada diriku sendiri, seperti kejadian yang terjadi begitu saja dan memang tidak terencana tapi memang sungguh nyata, meskipun diantara kita sekarang sudah tidak di ruangan yang sama.</div><div class="MsoNormal"></div><div class="MsoNormal">Sampai pada suatu kesempatan, Sally anak perempuanku pergi keluar rumah pagi2 sekali. Dimana menurut Robbie, Sally pergi untuk melakukan suatu kegiatan di luar rumah. Jadi kesempatan kali ini, bisa digunakan Robbie untuk mengintip lagi Ibu-nya yang sedang telanjang. Apakah aksi Robbie sebelumnya, merupakan suatu kelicikan? Akankah dia melakukannya lagi, dan apakah tanggapanku yang harus aku buat kali ini? “Ah, tidak, Jangan” tapi pikiran nakalku berbisik,” Ayolah, sayang, biarkan inspirasi erotis itu datang dan ada diantara kalian berdua”,hal ini bisa membuatku nakal lebih jauh, dan libidoku yang tinggi ini ingin merasakan sisi gelap dari sebuah gairah yang terlarang. Bagaikan seorang permaisuri di dalam novel-novel romantis yang tertarik kepada Pemuda2 nakal, dan membayangakan pemuda tersebut sebagai sumber obsesinya, dan gairah kupun kembali menyala.</div><div class="MsoNormal"></div><div class="MsoNormal">Aku mencoba untuk menempatkan diri dan berpikir, jika aku berada pada situasi itu, aku masih belum bisa menemukan jalan keluar mengenai masalah ini sampai dengan 8 hari kemudian, sekali lagi privasi ku diserang. Tapi kali ini, sesaat setelah aku selasai mandi dan bersiap untuk keluar dari kamar mandi, sebelum Robbie menyelesaikan aksinya. “ Upsss...!!”, kataku. Robbie, berdiri diatara aku dan handuk besarku yang masih tergantung di gantungan pintu kamar mandi, dan aku kembali masuk kedalam ruangan shower , lalu aku berkata “ Hey, sayang..tolong berikan handuk Mama, yang warna merah jambu, lempar saja handuk itu dari atas!! “</div><div class="MsoNormal"></div><div class="MsoNormal">Saya melihat gerakan bayangan penisnya dari bayangan kaca plastik pelindung, sewaktu dia melemparkan handuk kepadaku. Aku segera memakai handuk dengan melilitkan kebadanku, dan aku segera keluar dari ruangan shower.</div><div class="MsoNormal"></div><div class="MsoNormal">Sewaktu aku keluar, perasaan ku seperti meleleh. Aku melihat Robbie dengan celana pendeknya, yang sudah siap dengan ujung penis yang sudah terlihat keluar dari celananya. Handuk kecil yang ada ditangannya tidak terlalu lebar untuk menutupi penisnya, dari situ aku mulai mengerti. Anak laki – laki ku menatap dengan berani kearah tubuh ibunya. Dia menjulurkan tangannya ke penis untuk membetulkan posisi penisnya agar lebih nyaman. Dan dia mulai mengocok Penisnya di depan diriku, namun itu hanya asumsi ku saja mungkin apa yang ku lihat adalah salah, dan aku akan mencoba memikirkannya nanti. Saat pertama kali kami menggunakan kamar mandi bersama, mungkin dia terlihat seperti kejadian yang tidak disengaja, tapi lama kelamaan dan kali ini, dia lebih berani dan mempunyai maksud tersembunyi, dan sekarang, dia melakukannya secara nyata di depanku.”Sudah keterlaluan, menurutku” dan spontan aku langsung menampar mukanya dengan keras.</div><div class="MsoNormal"></div><div class="MsoNormal">Akibat tamparanku, Robbie sangat kaget, dan akupun juga kaget, mengapa aku menampar Dia, aku agak sedikit merasa bersalah. Terlihat dari muka Robbie yang sangat kebingungan dan sangat sedih. Aku tahu bahwa mungkin aku telah salah bertindak, dengan tidak melihat situasi dan kondisi. Melihat kebingungan dan ketakutannya, sikap keibuanku pun mulai keluar, dan aku jadi tidak memperhatikan mengenai keadaanku sekarang yang sudah mendekati telanjang, hanya berbalut handuk merah jambu, tapi aku tetap acuh dan melupakan keadaan ku sekarang yang hanya berbalutkan handuk, aku langsung memeluknya dengan pelukan erat seorang ibu yang sangat sayang kepada anak laki-laki nya. Penisnya yang tadi berdiri tegak dan keras, menjadi agak lembek beberapa saat, tapi mukanya secara tidak langsung menempel pada payudaraku, karena dekapan pelukanku yang erat kepada dirinya.</div><div class="MsoNormal"></div><div class="MsoNormal">Aku merasa menjadi sangat buruk di mata Robbie, dan aku ingin memberikanya suatu ganti rugi untuknya. “Oohh Robbie anaku sayang, maafkanlah Mama sayang, Mama tidak bermaksud untuk menyakitimu, soalnya Mama sangat kaget ketika membuka pintu shower, kamu sedang onani dengan mengintip Mama, dengan melihat tubuh Mama yang sudah tua ini”. </div><div class="MsoNormal"></div><div class="MsoNormal">Robbie hanya terdiam, dengan mengeluarkan sedikit air mata, dengan tetap meneruskan pelukannya pada tubuhku dan terus menyandarkan kepalanya di Dadaku. Aku coba mengatakan kepadanya, agar kejadian ini tidak dianggap sebagai hal yang serius, dengan mengatakan,” Adakah yang Mama bisa lakukan untuk mu, agar kamu bisa melupakan kejadian ini, sayang?” , “ Apa yang bisa mama dapakan untuk bayi Mama ini, apakah kamu mau yang special dari Mama? Ayo, bilang ke Mama, Sayang!!!”</div><div class="MsoNormal"></div><div class="MsoNormal">Sewaktu aku sedang membujuknya, aku merasakan Puting susuku yang sebelah kiri seperti dihisap. Ternyata setelah aku melihat kearah Payudaraku, Robbie telah berkata dengan tersirat melalui aksi mulutnya, apa yang dia inginkan dariku. Apa yang bisa dilakukan lebih, dari seorang ibu kepada anaknya kecuali menyusuinya, meskipun anaknya sudah berumur 16 Tahun. Hati dan perasaan ku seperti menabur rasa kemurnian kasih sayang dari seorang ibu untuk anaknya melalui bagian tubuh yang sangat intim, yaitu putting susu ku ke Bibir Robbie. Rasanya aku ingin memelihara kedekatan fisik, tubuh kami antara aku dan anak ku, sebagai moment yang manis. Sama seperti saat Robbie masih bayi. Tapi dengan bertumbuhnya kedewasaan diantara kami, pasti akan menimbulkan image yang buruk.</div><div class="MsoNormal"></div><div class="MsoNormal">Aku merasakan Penisnya mulai mengeras dan berdiri tegak kembali, dan artinya hisapan di Puting susuku terasa bukan hisapan yang kekanak kanakan, tetapi dengan mengerasnya Batang penis Robbie, memperlihatkan bahwa dia sedang berada di dalam samudra gairah yang tak tertahankan!! Gelombang gairah itu pun akhirnya juga menerpa dan mulai merasuki ku, dan aku mulai terangsang sangat hebat, sikapku pada saat itu mulai berubah dari seorang wanita yang sangat keibuan menjadi seorang Ibu yang sangat menginginkan bercinta dengan seorang pemuda yang umurnya terpaut jauh lebih muda dariku (MILF). Saya mulai merasakan telapak tangan Robbie, meluncur turun kebawah perutku dan jari2nya menuju kearah lipatan vertikal ku yang ditumbuhi bulu halus, yang memang sangat aku rawat, dan sekarang vagina ku sudah mulai basah oleh cairan kewanitaanku, karena rangsangan yang hebat yang aku rasakan dari rabaan jari – jari Robbie. Dia pasti tahu dengan apa yang dia lakukan kepadaku dan akan membuatku menggeliat, dimana tangan kanannya meyeruak masuk kedalam Vaginaku dan jarinya memainkan bagian yang paling tervital di tubuhku, jarinya mulai memelintir dengan halus klitorisku, dan aku merasakan aliran darahku yang deras berdesir ke seluruh tubuhku, suatu kenikmatan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata, aku merasa seperti melayang jauh tinggi ke awan. Yang kurasakan ini mungkin karena, Anaku sendiri yang membuatku jadi begini, memang rasanya terasa sangat jauh berbeda , saat aku melakukan ini dengan suamiku.</div><div class="MsoNormal"></div><div class="MsoNormal">Tanpa sadar aku terus memajukan pinggulku untuk penetrasi ke dalam sentuhannya jari2nya, kami lakukan ini dengan sangat perlahan, dan aku sangat menikmatinya. Robbie memindahkan mulutnya untuk menghisap puting ku yang satu lagi, dan jari dari tangan kirinya tetep menusuk kedalam liang vaginaku, sambil kadang memencet klitorisku dengan lembut, dan aku rasakan sisa jarinya yang masih diluar liang vaginaku meraba bibir anusku dengan nakal, kadang dimasukan atau menggesek gesek bibir anusku. Aku mulai merasa kehilangan kontrol terhadap situasi yang terjadi saat itu, aku sangat yakin bahwa aku tidak mempunyai kehendak untuk menghentikan cekramaan dari rangsangan gairah nafsu yang sedang membakar kami berdua. Yang terjadi malah aku mencengkram Bantang penis anaku yang mengacung tinggi dan keras, yang selama ini anakku pamerkan kepadaku tapi aku acuh tak acuh, dan aku merasakan kekuatan dari seorang lelaki yang mempunyai nafsu seperti binatang. Semakin aku berpikir liar, dan aku semakin terangsang sangat hebat. Sentakan dari desiran darah di dalam adrenalinku merasuki sistem pertahanan tubuhku, dan aku dibuat sangat lemah karenanya, aku sudah melupakan kejadian saat aku menamparnya tadi. Dan aku merasakan lututku mulai melemah.</div><div class="MsoNormal"></div><div class="MsoNormal">Robbie mengetahui bahwa memang pertahananku sudah runtuh, dan dia juga tahu bahwa ibunya sudah pasrah dengan rangsangan dari kenikmatan siksaan yang dia berikan dan dengan mudah dia membaringkan tubuhku ke lantai. Karpet berwarna merah muda pekat, dengan bahan kain sedikit berbulu, melapisi lantai kamar mandi utama kami, dan menjadi bantalan yang empuk dah halus yang memang tepat sekali untuk alas bercinta yang sangat indah, aku merasa badanku seperti perlahan melayang jatuh saat tubuh telanjangku terbaring, lebih tepatnya dibaringkan diatas bulu2 halus di karpet itu dengan dibantu oleh Anak lakiku tercinta yang kuat dan sangat tampan. Setelah tubuhku terbaring di lantai, Robbie langsung memeluku, aku berada di bawahnya yang juga menyambut pelukan itu dengan langsung mencium bibirnya dengan penuh gairah yang tertahan untuk diledakan, aku merasakan mulut Robbie dan merasa anaku ini juga ingin di explor olehku,lidahnya menelusuri tiap inci dalam mulutku, baru kali ini aku merasakan tentang Robbie anak laki2 ku yang ternyata sangat hebat dalam bercinta. Aku sempat terpikir, dengan apa yang sedang terjadi sekarang, dan dampak apa yang terjadi setelah kejadian ini, dan lama kelamaan bersama dengan desiran angin asmara diantara aku dan Anakku, pikiran itu hilang terbawa gelombang kenikmatan surga yang datang menerpa diriku dan aku merasa seperti tubuhku sedang melayang terbang jauh menuju sebuah Bintang yang memberikan harapan tentang kenikmatan suatu keintiman Seks yang indah yang mungkin akan aku rasakan dan diberikan oleh anaku sendiri.</div><div class="MsoNormal"></div><div class="MsoNormal">Diriku semakin haus akan kepuasan, bukan saja haus melainkan aku sudah sangat merasakan lapar akan kenikmatan Bercinta, aku sudah sangat basah, aku sempat berpikir biarlah aku Hamil dari anaku sediri, semua sudah kepalang basah, yang penting aku hanya mau kenikmatan itu, aku arahkan agar Robbie untuk segera memasukan batang Penisnya yang lumayan besar itu untuk segera menerobos masuk ke dalam Vagina ibunya yang merah merona dan merekah yang sudah sangat banjir akan cairan2 kewanitaan. Aku mulai menggenggam lengan atas Robbie, dan merasakan otot bisep dan trisepnya yang semakin membuatku bergelora, dengan ketelanjangan kami berdua, aku merasakan bersatunya tubuh dan badan kami antara ibu dan anak, dengan sensasi yang benar-benar luar biasa, merasakan kulit ku bersentuhan langsung secara penuh dengan kulitnya tanpa adanya batasan dan halangan dan kami lakukan dengan tanpa ada rasa tabu diantara kami. Tubuhku sudah mendekap erat tubuhnya dan memperlihatkan suatu buaian – buaian kasih sayang dengan penuh nafsu dan rongrongan birahi. Aku menjadi birahi kepada anak lakiku, sangat dan teramat sangat, sehinggap Robbie dapat dengan mudah membuat serapat mungkin tubuhnya kepadaku agar dia dapat lebih leluasa untuk menentukan posisi yang nyaman untuk menyetubuhi ibu kandungnya sendiri, yang mungkin terkesan kuno tapi klasik dengan cara bercinta lelaki diatas perempuan. Dalam situasi berciuman kami yang penuh dengan hasrat dan birahi, aku bisa merasakan Penisnya mulai menyodok dan mulai mendorong mencari lubang Vagina ibunya sendiri yang memang sudah basah, banjir oleh cairan yang licin dan lengket yang sudah siap untuk diterobos masuk, pintu kenikmatan surgaku seperti diketuk sudah siap kubuka, kenikmatan surga duniawi yang penuh dengan dosa, tapi sangat indah dan luar biasa, Surga duniawi sudah menunggu kami, dan kami berdua siap melayang terbang kesana menggapai kenikmatan yang terbalut dengan indahnya dosa. Birahi kami sudah sangat tidak bisa kami tolerir. Tiba-tiba aku merasakan suatu sensasi yang sangat sulit untuk diungkapan, tanpa tuntunan tangan ku ternyata penisnya telah menyeruak menerobos masuk dengan hentakan nafsu binatang seorang anak Laki2 dan terus mendesak terpompa semakin dalam dan semakin dalam ke liang Vagina ku, dengan ukuran besar dan panjangnya penis anaku aku sedikit merasakan agak ngilu pada bibir Vagina ku, tapi rasa sakit dan ngilu itu terhapuskan oleh buaian gelombang nafsu birahiku yang sedang berkobar, dan aku merasakan suatu sensasi nikmatya dari suatu hujaman yang bisa menggapai rahimku, dimana kesucianku sebagai seorang ibu telah terengut dan dirampas oleh anak kandungku,yang selama ini hanya aku khususkan untuk suami ku tersayang, dengan jujur aku katakan aku menikmati terenggutnya dan terampasnya kesucian ini, kesucian dari sebuah Vagina, sebuah rahim seorang ibu yang bisa menghasilkan sumber kehidupan dan benih dari suatu kehidupan baru.</div><div class="MsoNormal"></div><div class="MsoNormal">Penetrasi demi penetrasi kami lakukan bersama, suatu dorongan, desakan dan hujaman demi hujaman Penis anak ku kedalam Rahim tempat dimana dulu dia dikandung. Penetrasi itu menimbulkan setruman setruman, yang secara intensif dari setiap gerakan didalam persetubuhan fisik kami dalam suatu hubungan sedarah/inces, yang termotivasi lebih dari suatu pengorbanan ungakapan cinta dari sepasang manusia. Hujaman Penisnya keluar dan masuk seperti itu berturut turut kedalam Vaginaku, dan aku dengan sangat senang menerima hujaman tersebut ke dalam vaginaku, pasti kami merasakan rasa persetubuhan yang sama indahnya, suatu sensasi kepuasan yang belum tentu bisa di gapai oleh orang lain. Kenikmatan dari persetubuhan yang nista ini bagaikan binatang yang tidak mengenal ayah ibu atau anak, yang terpenting adalah kepuasan, aku merasa menjadi seorang yang primitive seperti tidak ada laki2 lain di dunia ini yang bisa memberikan aku kepuasan tanpa batas, erangan demi erangan kami lakukan, desahan demi desahan, dan jeritan jerita kecil yang ku ungkapan ke telinga Robbie membuatnya semakin Liar menghujamkan penis besar dan panjangnya itu sedalam dalamnya kedalam liang Vaginaku sehingga aku merasakan sodokan pada rahimku. Basahan dari keringat kami berdua yang membasahi sekujur tubuh kami, menimbulkan suara tepukan yang terdengar sangat dramatis, setiap tepukan dari bagian tubuh kami dari kulit yang basah oleh keringat, pertemuan antara selangkangan ku dengan selakangan Robbie yang menimbulkan suara tepukan dipadukan dengan nikmatnya Sodokan, dan jeritan, sangat sulit diungkapkan. Yang pasti sangat nikmat. Tubuh kami terkunci dalam suatu dekapan erat yang tak terlepaskan, dadanya mendekap dadaku sehingga payudaraku tergencet dan tertumpah menyembul ke samping diantara badanku dan dia, pinggul dan pahanya menghantam pinggul dan pahaku naik turun dengan sangat perlahan tapi pasti dengan nafsu birahinya kepadaku, dengan erat aku cengkram kedua pantat sexy anak ku, membantu mendorong membuat hujaman2 keras dan sedikit kasar untuk Vaginaku, gerakan yang sangat bermanfaat dan membuat kami seperti terbang bersama sesaat, merasakan hujaman demi hujaman yang dia lakukan terhadapku.</div><div class="MsoNormal"></div><div class="MsoNormal">Aku mulai menantikan dengan waswas dan hati berdebar tapi sangat menginginkannya juga, aku sangat menyukai disaat saat seperti ini dimana aku rasakan sebuah penis yang besar keras dan panjang akan menyemprotkan sperma di dalam Vaginaku, penisnya sudah mulai berdenyut dengan hebat,dengan denyutan penisnya itu pun aku juga mulai merasakan hal yang tak akan pernah kurasakan di di dalam hidupku, bahwa nafsu birahiku terpuaskan oleh anak kandung ku sendiri, Suatu sensasi yang memang sangat luar biasa, sepertinya aku juga akan mengalami oragasme. Sengaja aku tahan oragasme ku agar Aku dan Robbie dapat bersama menikmati Nikmatnya Suatu dosa hubungan sedarah antara ibu kandung dengan anak kandungnya. Robbie memiliki Penis dengan batang dan kepala yang cukup besar, saat dia melakukan hujaman yang kali ini cukup terasa keras bagiku, tiba-tiba Robbie diam mematung seperti membeku, badannya bergetar menahan suatu kenikmatan yang selama ini dia impi-impikan, Aku rasakan Penisnya seperti terkunci tertelan sangat dalam di vaginaku dengan kepala Penis berada jauh di dalam rahimku, aku melihat wajahnya yang tampan dan kedewasaan mulai tergambar dari raut wajahnya yang mungkin nanti menjadi Ayah dari anak yang akan ku kandung ini. Akhirnya hal yang kutakutkan terjadi aku terlambat mencabut batang penisnya dari dalam vaginaku, tapi disatu sisi aku merasakan sensasi nakal yang menjalar di tubuhku yang ingin merasakan rasanya jika dibuahi oleh anak kandung ku sendiri, Robbie melenguh dan mendesah hebat Penisnya menyemburkan sperma di Rahimku tempat dimana aku mengandungnya, semburannya berkali kali sangat kencang terasa, dan saat itu pula aku merasakan Vaginaku juga berdenyut keras dan aku menjerit histeris karena merasakan Orgasme yang selama ini belum pernah aku rasakan, karena sensasi persetubuhan sedarah ini, aku merasa seperti terbebas terbang, aku orgasme sangat panjang dan lama seiring dengan keluarnya sperma Robbie yang menyembur di dalam Vaginaku. Terasa hangat basah, gemericik, sedikit lengket pada selangkangan kami yang menempel terkunci satu sama lain, dengan aku menyilangkan kakiku pada pinggang Robbie.</div><div class="MsoNormal"></div><div class="MsoNormal">“ Mam, aku mengeluarkannya di dalam...maaf”, ucapnya dengan nada datar, takut aku hamil, tapi dia puas tanpa ada penyesalan. “Ya Tuhan, Robbie... Kamu ini benar-benar nakal. Tapi mau gimana lagi, kan sudah keluar?”, itu yang aku katakan kepadanya. Kami mengalami klimax persetubuhan sedarah yang sangat indah, terdengar tabu tapi faktanya indah dan luar biasa.</div><div class="MsoNormal"></div><div class="MsoNormal">Spermanya perlahan lahan mengalir keluar dari dalam Vagina ku, bercampur dengan cairan kewanitaan ku, spermanya sangat banyak, dan aku yakin dia sehat dan pasti spermanya juga sehat. Hamilkah diriku? Apa yang terjadi, menjadikan kami ketagihan akan hubungan rahasia yang sangat penuh dengan dosa, aku akan menjalani hubungan ini dengan caraku, dan aku tidak akan pernah menyerah.</div><div class="MsoNormal"></div><div class="MsoNormal">Memang seperti yang aku katakan di awal cerita ini, perbuatan ini pasti tidak bisa di maafkan, apa yang kami lakukan pasti akan ada kosekwensinya, aku tahu itu dan aku mengerti. Tapi disaat Robbie ada disebelahku, dan waktu kami melakukan Dooggie style, atau jika aku berada diatasnya layaknya wanita penunggang kuda, atau di manapun kami menumpahkan cairan kenikmatan itu, semuanya mengandung resiko yang sangat tinggi, ketahuan oleh suami atau orang lain tentang hubungan sedarah kami, atau aku hamil. Tapi aku, kami berusaha secantik mungkin agar semua itu tertutup dengan rapih, dan sepintar mungkin agar aku tidak mengandung benih dari anak ku sendiri. Tapi sayangnya tetap saja aku berhasil jebol juga. Aku benar-benar menjadi hamil dari benih anakku sendiri</div><div class="MsoNormal"></div><div class="MsoNormal">Singkat kata,” Waktu aku tahu Anak lakiku masuk kedalam kamar mandi, untuk mengintip Mamanya yang sedang Mandi, dan menawarkan suatu permainan yang beresiko tinggi, AKU TIDAK BISA MENOLAKNYA”!!!</div>Cerita Seruhttp://www.blogger.com/profile/11284718548711892644noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6786224700136029903.post-231532879851738922017-11-25T04:22:00.000-08:002017-12-07T06:53:53.995-08:00“oh…Ashshh… itilku jadi gatel.. di jilati suami Ku… ohh Masss…”,<br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEioQjC_lo9g3xaFDFJ6IWLgTa1g0wMBWsF53kVhk1DcVmh0vI02OYNnYox1HgUEcZiwwhBfzsvjrKm6_FWkF-C0dgyU_HYOGFnLnuATv6bRaoh6BTgHpGFGjaRkLPwl_dhERcz0-RhOFBQ/s1600/ngentot-sedarah.blogspot.com_art13_01.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEioQjC_lo9g3xaFDFJ6IWLgTa1g0wMBWsF53kVhk1DcVmh0vI02OYNnYox1HgUEcZiwwhBfzsvjrKm6_FWkF-C0dgyU_HYOGFnLnuATv6bRaoh6BTgHpGFGjaRkLPwl_dhERcz0-RhOFBQ/s640/ngentot-sedarah.blogspot.com_art13_01.jpg" width="640" /></a></div><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Esoknya keadaanku, tak berubah. Aku terus berpura-pura tak tahu apa apa. Berhari-hari, selanjutnya setiap kali aku bercinta, anehnya aku malah terus membayangkan melihat istriku bercinta dengan pak Ganda.</span><br /><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Di kantor aku jadi lebih pendiam, aku merasa ada yang berubah pada diriku. Sekarang ini aku malah sering horny, membayangkan istriku bercinta dengan orang lain, dangan siapa saja, bahkan dengan dua atau tiga pria.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Kadang, aku berpikir untuk menceraikannya, Tapi tidak, aku mencintainya, aku tak bisa kehilangannya. Aku harus mengakui, aku juga sering jajanan di luar tanpa sepengetahuan istriKu. Tapi bagaimana ini. Aku mau istriku berkata jujur padaKu tapi apa mungkin.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Suatu saat weekend aku berbicara dengan Sherly, aku bertanya”Sayang, kanapa sih, koq kamu mau menikah denganKu..?”.”Ah Mas gimana sih, yah saya sangat mencintai Mas…”. Aku tersenyum dan membelai rambutnya yang hitam terurai. Aku menatap istriku, cantik sekali dia.</span></div><a href="https://www.blogger.com/null" name="more"></a><br /><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Lalu aku berkata, “eh kamu kenal sama si Gatot kan”. Lalu Sherly berkata “iyah, kenal teman sekantor kamu yang ganteng itu kan…”.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">“iyah, benar, dia itu sering nanyain kamu loh, dia itu tergila gila sama kamu..” kataKu.<br />“Masa sih mas…” kata Sherly bersemangat.<br />“Iyah, benar” kataKu. Sherly diam.<br />“Eh mau gak, kalo misalnya kamu selingkuh dengan dia….<br />“kataKu tiba tiba, yang aku sendiri tak berpikir seperti itu.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Aku sendiri tak sadar, mengapa mulutku sampai keluar kata-kata itu.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">“Ahh.. Mas gila yah ,.. masak istri sendiri di suruh selingkuh sama teman sendiri..”,katanya marah.<br />Dalam hati aku berkata”dasar munafik….”. Tanpa aku sadari membicarakan ini malah membuatKu birahi.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Aku mencari cara, aku memaikan kata kata. Aku berkata, “Sherly, aku kan suruh kamu main dengan nya, bukan menikahinya, kalau aku suruh kamu menikah itu namanya selingkuh, kan cuma begituan doang sih…”.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Dia menatapku, lalu berkata, “jadi, kalau aku main sama lelaki lain, itu bukan selingkuh, Mas gak marah…?”</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Arah pembicaraan makin mendekat ke sasaran. Aku berkata, “selama aku tahu ,kamu main sama siapa, dan aku bisa melihatnya, ok ok saja buatKu..”.<br />“ha.. Yang bener Mas, Mas gak marah…?”, tanyanya makin penasaran.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">“engak, kalo marah buat apa aku tawari kamu main sama Gatot…”, kataKu.<br />“tapi, tapi… Mas…”, kata Sherly.<br />aku berkata “tapi..apa…sayang…..”.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">“Tapi mana mungkin cowok selingkuhanKu mau di liatin sama Mas, kalo lagi main sama aku….”, Katanya. Ha, kena loh, tanpa sadar dia mengakui punya cowok selingkuhan.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Aku berkata, “Mau, asal kamu bilang siapa nama cowok selingkuhan kamu..”. Langsung muka Sherly merah padam,<br />“eh.. Aku… aku tak punya cowok selingkuhan…”. Aku tak mau membuatnya tak enak suasana hatinya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Aku langsung merubah arah pembicaraan, “Nah, kalau Gatot itu mau, gimana ” kataKu. Sherly Diam, “Ohhh…”, katanya kemudian.<br />Aku berkata lagi, “Nah jadi mau gak main sama Gatot…?”.”Ah.. egak..Mas gila yah…”, katanya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Kesabaranku habis, lalu aku berkata, “masa sih kamu cuma mau main sama Pak Ganda…”.<br />“Mas.. Apa apa menuduhku sama Pak Ganda…” katanya tak mengakui.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Aku menceritakan semuanya. Sherly menunduk dan menangis.<br />“Mas, baiklah aku salah, aku siap kamu cerai Kan…”.<br />Aku mencium keningnya, “Sayang, mana mungkin aku menceraikan kamu, kamu tahu aku sangat mencintaimu, aku tak bisa hidup tanpamu…” kataKu.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Sherly tetap menunduk dan menangis, entah apa yang dipikirnya. Aku berkata lagi, “Aku kan sudah bilang, kamu kan cuma main sama Pak Ganda, tapi kau tak cintainya Kan, Kamu tetap cinta sama saya kan sayang…?”. Sherly menjawab terbata-bata, “Iya, Mas saya masih tetap mencintai Mas…”.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Aku mencium keningnya lagi, “maaf sayang, aku telah membuatMu menangis..”. Lalu aku menceritakan semuanya.<br />“Mas, jadi Mas malah nafsu, melihat saya di main sama Pak Ganda…?”, katanya.<br />“Iya, benar aku tak bohong, itu sebabnya aku mau melihat kamu main sama Gatot, tapi kalau kamu tak mau, yah sama siapa deh yang kamu suka…”, kataKu lagi.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Pembicaraan kita makin terbuka, Sherly mulai berani berkata blak-blakan.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">“Bener yah Mas, tidak marah, tidak cemburu dan tidak menceraikan saya…janji..”, katanya.<br />Aku bilang janji.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Lalu Sherly berkata, “gimana sama Pak Ganda lagi…”.”T api dia tak akan mau kalau aku tontonin”, kataKu. Sherly berkata dengan genitnya, “Mas ngitip aja…”. Setelah berpikir untung rugi, aku setuju, lagian ini kan pertama kali dia selingkuh dengan izin suaminya, jadi biarlah dia yang lead the game, pikirKu.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Pas ini week end. Aku lalu menyewa villa. Aku cari yang kamarnya dua. Dan aku mendapatkannya. Karena Villa itu Villa tua dinding terbuat dari kayu. Sudah banyak yang berlubang. Jadi dari kamar sebelah aku bisa melihat jelas seluruh kamar yang akan di pakai Sherly.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Aku mengatur, Supaya Sherly mengudangnya datang ke Villa. Dan dasar Pak Ganda juga mupeng, walaupun sedang beristirahat, sama anak dan istrinya mau juga datang. Akhirnya mobil pak ganda tiba, dan dia langsung masuk ke Villa itu.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">“Sayang, maaf yah aku tak bisa lama lama, istriku menunggu.. tapi aku akan membuat kamu puas deh..” katanya.<br />Sherly pun berkata, “iyah, Mas aku juga, paling 2 jam lagi Mas Joko balik, dari kolam pemancingan.. jadi kita cepat saja yah..”.<br />Lalu mereka masuk ke kamar. Aku menanti dengan deg.. deg..kan.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Pak Ganda segera melepas seluruh pakaian, tinggal kolor hitannya. Aku bisa melihat di balik kolornya sudah menyembul penisnya yang ngaceng itu. Aku terus memperhatikannya, Lalu Dia menghapiri istriKu dan menjilati leher istriKu. Istriku mendesah desah. Lalu Pak ganda mulai membuka baju atasanNya. lalu Branya. Dan mulai menjilati teteknya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Sherly mengelijing. Aku melihatnya dengan menahan nafsuKu. Sherly mendesah desah, tak peduli padahal dia tahu suaminya sedang mengintip. Pak Ganda dengan lahapnya terus menjilati buah dada ranum istriKu.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Pentilnya juga di sedot-sedot. Sherly makin mengelijing. Aku bisa jelas melihat putting istriku makin mengacung, yang menandakan dia horny berat, dan aku yakin vaginanya sudah banjir.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Lalu aku melihat, tangan Pak Ganda mulai menyusup masuk ke rok mini istriKu. Sherly mengelijing, “Ahhhhsss.Mas, ahhh Sherly jadi gatel nih”. Pak Ganda melepas rok mininya. Lalu jarinya kembali ,bermain di selangkangannya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Aku benar benar penasaran. kontolku ngaceng sekali. Aku mengambil HP Ku. Lalu aku SMS dia. Aku suruh dia ke kamar sebelah sebentar.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Setelah Sherly membaca SMS ku, lalu dia berkata, “Maaf, mas aku ke WC dulu, perutku tiba tiba sakit..”. Tanpa banyak berkata istriku, meninggalkan Pak Ganda sebentar. Sherly masuk ke kamar. Aku langsung melumat bibirnya. Aku Nafsu sekali. Lalu menyelipkan tanganKu ke celana dalamnya. Aku meraba vaginanya, Wah vaginanya benar-benar basah.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Aku lalu menyuruhnya kembali ke kamar sebelah. Karena aku melihat Pak Ganda mulai gelisah. Dan Begitu melihat Sherly kembali langsung dia memeluknya lagi.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">“Sayang isepin kontolKu dong..” katanya. Pak Ganda melepas kolornya, dan berbaring di ranjang. Lalu Istriku memegang penisnya dengan nafsu. Lalu mengulumnya. Kepala Sherly kemudian ,mulai naik turun.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Pak Ganda, mendesah keenakan. Dan IstriKu terlihat begitu nafsu menyedot penis hitam dan besar milik Pak Ganda. Aku melihatnya dengan penisKu yang mengaceng tegang. Lama aku melihatnya, sampai Pak Ganda berkata, “Ahh.. Aku sudah gak tahan…”. Lalu Dia merebahKan IstriKu, melepas celana dalamnya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">“Mas, jilatin dulu dong, itil Sherly, gatel nih…”, Kata Sherly.<br />Pak Ganda tersenyum, ”Oh mau yah”, Pak Ganda mulai menjilati vagina istriKu. Dan IstriKu mengeliat geliat ke enakan.<br />“Ohhh terus Mas terus gatel banget nih itilnya terus…”. Dan Pak Ganda, makin Asik terlihat menjilati vagina istriKu.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Aku menurunkan resleting celanaKu, dan membiarkan penisku mengantung bebas.Sambil perlahan aku memegang batang penisku sendiri.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Sherly makin mendesah desah, “Ahhh.. terus terus, aku hampir keluar nih…”. Pak Ganda masih menjilatinya. Dan, “Ahhh aku keluar…..”. Istriku mengelepar. dan kejang. Pak Ganda yang sudah tak tahan, langsung memasukan penisnya.<br />“Auww, pelan pelan Mas..”, kata Sherly.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Dan Pak Ganda mengoyang. Membuat IstriKu menjerit jerit mengila.<br />“Aww ohh ngilu ohh”.<br />Pak Ganda terus mengoyangnya. Aku melihat dari belakang buah zakarnya bergoyang-goyang. Terus mengoyang IstriKu. Dan IstriKu tampak mengelijing, dan mengeram.<br />“Ahh, Mas terus, terus…mas…”, Kata istriku tak malu malu.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Kira kira 10 menit lamanya, vagina istriKu diblender penis besar pak Ganda ,dan,<br />“OHHH….. Aku keluar..Shreely….”. Tampak pak Ganda, membenamkan penisnya dalam-dalam, di liang istriku. Perlahan Pak Ganda mencabut penisnya. Terlihat lelehan spermanya keluar dari lobang vagina istriku.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">“Mas, sudah mas pergi, nanti suami ku kembali loh, “kata istriku. Lalu pak Ganda segera, berpakaian, Dia segera pergi. Sedangkan aku segera ke kamar istriKu Istriku masih terbaring lemas di ranjang.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Aku menatap vaginanya yang membengkak, dan di penuhi sperma pak Ganda.<br />“Wahh, Kamu puas gak sayang…”, kataKu. Sherly tak menjawab, tapi tersenyum.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Aku membuka celanaKu, dan penisKu yang ngaceng itu, aku sodorkan di mulutnya.<br />“Sayang, sedotin yang enak yah, kaya tadi kamu nyedotin kontol pak Ganda…”. IstriKu tersenyum, lalu menyedot penisKu.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Dia menyedotnya nafsu sekali. Nah ini baru istriku, kataKu dalam hati. Istriku terus menyedot penisKu. Ini luar biasa, baru kali ini, istriku meyedot penisku dengan begitu nafsu.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">PenisKu dikocok, dijilat dan disedot. Nafsu birahi yang aku tahan dari tadi Akhirnya terlepas. Aku keluar, spermaku muncrat membasahi mulutnya. Rasa nikmat ini luar biasa…<br />“Sayang, aku nikmat sekali…”, kataKu sambil mencium keningnya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Setelah beberapa saat, penisKu kembali bangun. Aku berkata, “Sayang, mas mau entot kamu boleh gak ?”<br />“Ah Mas, setiap saat, kapan mau mau”, kata istriku.<br />Istriku bangkit, “Mas saya cuci dulu yah”.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Aku menarik tangannya, tak usah sayang, aku mulai memasukan penisKu. Tanpa merasa jijik oleh sperma pak Ganda yang masih belepotan di vagina istriKu.. Sherly mendesah”Ahh, Iya h… terus, aku enak, Mas… terus…”.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Aku terus mengoyangnya. Dan Sherly terus mendesah desah,<br />“Ahhh teruss enak…enak…”, katanya.<br />Aku terus mengoyangnya. kira kira 5 manit, Sherly mengejang, “Mas, aku kelurrr…”. Tubuhnya kejang, dan mengelijing…. Wah baru kali ini Dia mencapai orgasme dengan cepat, ketika aku bercinta dengannya</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Aku bertahan, diam sesaat, membirakan istriku menikmati orgasmenya, lalu kembali mengoyangnya. Dengan ritme yang lembut, dan perlahan ritme itu aku naikkan. Aku memcoba bertahan, aku ingin dia orgasme kembali.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Setiap kali aku sudah mendekati puncakku, aku diam sebentar, dan bergerak lagi, sampai kembali Sherly mencapai titik puncaknya. Kembali Sherly mengejang. Dan aku pun juga menyemburkan benihKu dalam lobangnya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Sherly memelukKu.. “Mas, tadi itu aku nikmat sekali…” Katanya.<br />Aku tersenyum, aku tahu kataKu dalam hati.<br />“Mas, benarkan mas tak akan menceraikan Ku”. katanya. Aku tersenyum saja. Sherly menatapku, ada keraguan di hatinya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">“Mas, kalau mas mau menceraikan saya, saya rela”, katanya.<br />Aku mencium keningnya.<br />“Sayang, kamu itu wanita yang perfect buatku, aku sangat mencintaimu, we will be together forever and ever, till death do us part”.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Aku tertidur pulas, tak ada rasa cemburu, tak ada rasa amarah. Yang ada hanya rasa puas.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Hari hari, selanjutnya Istriku malah jujur samaKu. Dia berjanji tak mau lagi main sama cowok lain tanpaKu. Jika hasrat, sexnya meninggi dan lagi sangat mood, dia memintaKu ,untuk main seperti itu.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">“Sayang, masa sih, Ganda terus, memang engak ada cowok lain.. Aku aja bosen, masa kamu engak bosen sih… coba kontoll lain dong…”, kataKu.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Sherly berkata, “engak ada mas, benar, selingkuhan ku cuma Ganda…”<br />Aku diam. Lalu istriKu berkata, “Ayo dong Mas, atur supaya aku bisa main sama Ganda, lalu nanti baru kita ngentot, lagi pengen nih..”.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">“Gimana kalau dengan Si Gatot..”, kataKu.<br />“Aku kan ngak gitu kenal, Mas engak enak…”, katanya ragu.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">“Iyah, tapi kan bisa aja kenalan dulu.. emang kamu tak suka.”, kataKu lagi.<br />“Bukannya tak suka, aku sih suka, tapi nanti dianya yang gak suka sama aku…”.<br />“Aku kan pernah bilang Gatot itu tergila gila padamu..”. IstriKu diam.<br />“Gimana aku atur yah, main bertiga sama Gatot,… kaya di bokep gitu…”.<br />“Ihh… Mas..ah… terserah mas deh…”, kata istrikKu lagi.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Akhirnya aku menelpon Gatot temanKu, aku atur. Aku suruh dia Booking hotel dan langsung menunggu di Kamar. Gatot sudah Ok. Lalu aku menyuruh IstriKu berpakaian sesexy mungkin. IstriKu memakai baju terusan. Baju itu pendek. 10 cm di atas lututnya. Aku yang melihatnya saja nafsu.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Sesampainya, Gatot langsung menyalami istriKu.<br />“Wah sexy sekali kamu Sherly”, katanya.<br />Aku lalu berbisik, “tuh, kan kamu tak percaya…”.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Lalu aku berkata, “Gatot kamu cumbui dulu Sherrly yah, yang mesra..”, kataKu. Lalu Gatot membawa Sherly duduk di ranjang. Sherly Agak canggung, mungkin baru kenal Gatot. Lalu Gatot segera, membelai belai rambutnya, “rambut halus sekali…”. Dan Gatot melumat bibirnya. Istriku pun tak menolak dan membalasnya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Mereka saling berciuman. Tangan Gatot perlahan mulai bergerilya meraba buah dadanya. Sherly, mendesah pelan, “Asshhh… ahhh……”. Sherly tidak memakai BH. Aku sengaja memang. Tadi aku melepas BHnya di mobil.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Karena Gatot merasa Sherly tak memakai BH maka Gatot tampak semakin nafsu. Dan dia meraba raba bukit kembar istriKu dengan nafsu. Dan Sherly pun makin mendesah, ”asshh….ahhh….ahh….”.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Sambil bibir mereka tetap menempel, tangan Gatot menyusup masuk ke baju Istriku. Sherly pun mengelijing, “ahhhss….ahhh….ahh…..”. Aku makin konak, penisku rasanya mau mencuat keluar.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Sherly tampaknya sudah bisa menerima Gatot. Lalu perlahan Gatot melepas pakaiannya. Lalu mulai melumat buah dada istriku penuh nafsu.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Sherly mengelijing dan mendesah kenikmatan, “ahhhh….ashh….hh…. Ahhh… Mas Gatot.. Aku nafsu nih jadinya…”.<br />Gatot menyedot nyedot pentilnya. Pentil istriKu tampak keras dan tegang. Aku lalu mendekat dan duduk di sebelah istriKu.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Aku membuka lebar kakinya. Aku raba selangkangan celana dalamnya. Celana dalamnya mulai basah. Aku tak mau keduluan Gatot. Aku membuka celana dalam istriKu. Aku jilati itilnya. Sherly menjerit kenikmatan, “AHHH. Mas Enak, itilnya dong aduh Gatell…”. Tangannya memegang kepalaKu dan di tekan ke vaginanya. Sedang Gatot terus memainkan buah dadanya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Aku terus memainkan klitorisnya dengan lidahKu. Lobang vaginanya aku sodok dengan jariKu. Berlendir sekali. dan sebentar saja istriKu mengejang, “Mas… aku tak kuat, ahh udah gatel banget”. Dia mencapai orgasme dengan dasyat.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Aku melepaskannya. Juga Gatot. IstriKu tergeletak ngos-ngosan.<br />“Gatot, gantian jilati memeknya”, kataKu.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Lidah gatot langsung bermain di memeknya. Sherly mengelijing kembali.<br />“Ahhh… udah, ngilu Mas.. Ahh…entot aja entottt.. Aku….”, pintanya.<br />Tapi Gatot terus menjilatnya. Tak peduli istriku meronta. Gatot menahan paha istriku ,dan terus membiarkan lidahnya menari di klitoris istriku, sampai istriku kembali kejang lagi. Dia orgasme lagi.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Lalu Gatot membuka pakaiannya, penisnya ternyata lumayan besar. Gatot mengarahkan penisnya ke mulut istriku. Sherly langsung melahap kontol itu, dengan nasfu sekali. Menyedotnya. Tapi itu tak lama, rasanya Gatot sudah tak sabar, ingin mencicip vagina istriKu.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Lalu perlahan penisnya di tekan masuk liang sagama istriKu.<br />“Ahh ,pelan pelan mas ”, desah istriKu. Dan Gatot pun mulai goyang. IstriKu mulai mendesah desah dalam kenikmatannya.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Aku membelai-belai rambut istriku. Mencium bibirnya nafsu.”Enak tidak sayang kontol Gatot…” kataKu.<br />“Enak, ahh…ahh… enak… kontol mas Gatot enak…”, Katanya. Kata katanya menbuat Gatot makin nafsu. Gatot lalu me*******nya makin cepat, dan menekan makin dalam.<br />“Ahhh.. gila… terus….. Aku gatel aku gatel banget mas.”.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Aku membuka celanaKu. Aku sodorkan penisku ke mulut istriku. Dan Sherly mengemot penisKu nafsu sekali. Yah baru kali ini Sherly mendapat pengalaman ini, saat dia main dengan cowok lain, dan mulutnya mengulum penis suaminya. Seperti di film bokep.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Gatot terus mengocok penisnya dalam lobang vagina Sherly. Dan istriku pun makin nafsu mengemot penisKu.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Kemudian Sherly meleguh, “Auuuwwa, Maas aku keluarrr…” Tubuhnya kejet kejet. Dan melepas penisku dari mulutnya. Aku mengocok penis yang sedang tanggung Ku dan Sroottt.. spermaKu memuncrat keluar. Dan Gatot mempercepat irama gerakan penisnya. Istriku mengeliat seperti penari ular.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">“ahhh…ohh…..”, lalu Gatot menembakan spermanya dalam lobang vagina istriku.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Kami bertiga sama sama lelah. Kami beristirahat, sambil makan. Sambil bercanda dan berbincang bincang. Istriku, sudah bisa menerima Gatot. Dan dari cara bercandanya pun tak jauh dari hal-hal porno.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Kami mulai menjadi horny kembali. Gatot yang sudah mulai horny. Sambil duduk di sofa dia memperlihatkan penis besarnya mengacung. IstriKu menatapKu, seperti minta izin sama aku. Aku berkata, “Sedot deh…”</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Istriku menungging dan mengemot penis Gatot yang duduk di sofa.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Melihatnya penisku juga ikut ngaceng. Pantat istriKu yang menunging indah sekali aku menghapirinya, aku melebarkan kakinya, aku meraba vaginanya yang basah. Dengan menunduk aku membelah pantanya, menjilati klitorisnyanya. IstriKu mengelijing dan melepaskan penis Gatot dari mulutnya<br />“Oahhh…ahhhhh…”</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Gatot bertata”kenapa sayang…”.<br />“oh…Ashshh… itilku jadi gatel.. di jilati suami Ku… ohh Masss…”, desah istriku dengan genit.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Aku terus menjilati klitorislnya. Dan Sherly mengelijing dan terus mengemot penis Gatot. Aku terus menjilati klitorisnya yang semakin membesar karena nafsu.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Sherly tetap asik mengemot dan menjilati penis Gatot. Lalu aku mulai mengesek kepala penisKu ke belahan istriku dari belakang istriku. Dia mengelijing, “Ahhh..ahhh masukin aja mas masukin aja…”.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Aku tekan penisKu dalam posisi istriku menunging. Terasa sekali vaginanya menjepit erat penisKu.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Aku terus mengoyangnya, dan Sherly menggelijing dan mendesah desah…<br />”Ahhh, Mas.. terus.. tekan….”, dan aku terus mengoyangnya dengan nafsu. Kira-kira 10 menit, Sherrly mengejang, “Ahhh, Mas aku keluar….”, tubuhnya kejang.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Aku semakin nafsu, ada kebanggan tersendiri buatku, dapat membuat istriku orgasme. Aku terus menggoyangnya, sampai aku juga keluar. Dan Gatot pun keluar. Kita sama-sama puas hari itu.</span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">Aku suka sekali, banyak yang bilang aku gila, tapi tak peduli, yang penting aku menikmatinya. Sekarang, aku dan Istriku makin terobsesi, untuk bermain dengan cara ini.</span></div>Cerita Seruhttp://www.blogger.com/profile/11284718548711892644noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6786224700136029903.post-71549765212537233552017-11-22T06:54:00.000-08:002017-12-07T06:53:54.325-08:00“Auuuuuhhhhhhhhhhhhh…..Masshh …pelan-pelan”Aku lihat keluargaku dan keluarga Kokoku sangat bahagia dengan lahirnya cucu pertama mereka, apalagi karena bayi pertamaku ini adalah laki-laki yang punya arti penting dalam tradisi chinese. Walaupun aku masih merasa letih akibat dari proses melahirkan yang panjang, aku bersyukur bisa tetap melahirkan dengan proses alami. Tetapi bagaimanapun kebahagiaanku terasa belum lengkap karena ayah biologis dari anakku tidak bisa mendampingi aku saat aku mempertaruhkan nyawa melahirkannya ke dunia. Ya memang betul, anak yang baru saja kulahirkan bukanlah berasal dari benih koko atau suamiku sendiri tapi dari benih mas Yanto, seorang pria pribumi yang merupakan partner bisnis Koko dan sudah berkeluarga. Aku sempat khawatir apakah anakku nantinya akan lebih mirip bapak biologisnya dibadingkan dengan ibunya, karena kalau hal ini terjadi maka perselingkuhanku akan langsung ketahuan. Tapi ketakutanku ternyata tidak beralasan karena mata anakku tetap sipit dan berkulit putih walaupun beberapa bagian wajahnya lebih mirip mas Yanto dari pada Koko. Aku berharap akan bertemu mas Yanto nanti di jam besuk untuk memperlihatkan kepadanya bahwa anak biologisnya itu sehat-sehat saja.<br /><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj4A3oLvT2_m51QVMMdqbZQ5WgTbAtLsl8SO7TM4Ba9wF0A5gflOKjU6_RbysbXhANO_sUyhX9MMHRKHASbRc-J3iWCF0R00yyx3sAGPWaz6GhtK3DnbEKQ0d4z0tR1CK7KdMkvKiI9VOg/s1600/Goyangan-Aksi-Ngentot-Tante-Cantik-di-atas-Ranjang.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="438" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj4A3oLvT2_m51QVMMdqbZQ5WgTbAtLsl8SO7TM4Ba9wF0A5gflOKjU6_RbysbXhANO_sUyhX9MMHRKHASbRc-J3iWCF0R00yyx3sAGPWaz6GhtK3DnbEKQ0d4z0tR1CK7KdMkvKiI9VOg/s640/Goyangan-Aksi-Ngentot-Tante-Cantik-di-atas-Ranjang.jpg" width="640" /></a></div>Dalam kegembiraannya Koko dan mertua perempuanku mengatakan bahwa mereka berharap aku melahirkan 2 sampai 3 anak lagi agar rumah tidak sepi katanya. Aku hanya tersenyum kecut karena aku tidak begitu yakin apakah mas Yanto masih mau menghamiliku lagi ? Bahkan aku juga tidak tahu apakah aku masih punya kesempatan untuk bercinta dengan mas Yanto lagi. Namaku Syeni, umurku saat itu 29 tahun, aku keturunan Chinese yang masih totok dan aku sekarang jadi ibu rumah tangga yang sehari-hari bertugas merawat kedua mertuaku karena suamiku yang umurnya jauh lebih tua dariku masih serumah dengan orang tuanya. Aku baru menikah satu tahunan dengan Koko dari perjodohan antar keluarga. Sebenarnya bukan aku tidak mampu mencari pacar sendiri untuk jadi suamiku tetapi kebanyakan pacarku tidak sesuai dengan selera orang tuaku yang cukup kolot sehingga akhirnya aku “terlambat kawin”. Menurut orang-orang wajahku sangat khas oriental dengan kulit yang putih bersih, rambutku hitam lurus panjang sampai melewati bahu. Walaupun badanku tidak bisa dibilang langsing, tapi juga tidak bisa dibilang gemuk karena tidak ada lipatan-lipatan lemak pada tubuhku. Keistimewaanku adalah ukuran dadaku yang ekstra besar tapi padat demikian juga dengan pinggulku dan bulatan pantatku yang agak besar. Bila koko sudah memintaku berpakaian yang seksi, maka sangat sulit melarang laki-laki untuk tidak melihatku dengan pikiran jorok mereka. Sebelum menikah, pergaulanku cukup bebas dalam artian aku selalu tidur dengan pacar-pacarku sejak masih di SMA. Tidak kurang dari lima orang cowok pernah meniduri aku, masing-masing antara satu sampai dua tahunan lama berhubungannya. Tentu saja tidak banyak yang tahu reputasiku kecuali bekas cowok-cowokku itu sendiri karena orang lain tahunya aku adalah gadis yang baik dan aktivis gereja. Malahan dari lima orang cowok yang pernah meniduri aku, tiga diantaranya justru aku yang merenggut keperjakaan mereka. Menikah dengan Kokoku sekarang seolah-olah hukuman bagi pergaulan bebasku sebelumnya, ruang gerakku menjadi sangat terbatas karena hampir tidak bisa keluar rumah kecuali untuk belanja atau ke gereja. Belanja keperluan keluarga sudah terlalu melelahkan bagi mertuaku, sehingga aku bisa pergi sendiri karena koko juga tidak mau mengantar. Kalau ke gereja apalagi, Kokoku dan keluarganya sangat paranoid dengan gereja terutama pendeta-pendetanya tapi untungnya mereka tidak melarangku untuk ikut aktivitas gereja terutama yang tidak harus keluar sumbangan. Setelah setahun menikah, aku belum memperlihatkan tanda-tanda akan hamil padahal kedua mertuaku terus-terusan bertanya karena menganggap kesempatan untuk anaknya sudah semakin sempit. Aku menjadi cukup stress memikirkannya karena kalau diperiksa ke dokter semuanya baik-baik saja. Apakah ini karena dulu aku pernah menggugurkan kandunganku sampai lima kali ? Tentu saja aku tidak pernah bisa menceritakan hal ini ke dokter kandunganku. Malah aku bersyukur dokterku tidak bisa menemukan bekas-bekas aborsi yang pernah aku lakukan. Dari setiap hubungan dengan kelima orang pacarku, masing-masing pernah membuatku hamil. Nafsu berahiku yang sangat besar sering membuatku lupa tempat dan waktu untuk minta segera disetubuhi kepada pacar-pacarku. Akibatnya ada beberapa persetubuhan yang memaksa pacarku melepaskan spermanya di dalam tanpa memakai pengaman. Tentu saja hanya aku sendiri yang tahu berapa kali aku pernah melakukan aborsi, bahkan sebagian besar cowokku tidak tahu bahwa mereka telah membuatku hamil karena aku keburu memutuskan hubungan dengan mereka. Hanya pada kehamilan pertama saja yang diketahui cowokku karena saat itu juga aku sendiri panik dan terjebak dalam kebingungan yang berlarut-larut sampai usia kandunganku hampir tiga bulan sebelum akhirnya bisa digugurkan. Aku kenal dengan mas Yanto karena diperkenalkan oleh Kokoku sebelum kami menikah. Mas Yanto merupakan partner bisnis Kokoku sejak lama, mereka mendirikan perusahaan sama-sama yang terus berjalan sampai sekarang. Sejak pertama kali bertemu aku punya perasaan aneh tentang mas Yanto, bukan perasaan buruk malah sebaliknya yaitu aku tertarik kepada mas Yanto sebagai wanita terhadap pria. Kenapa aku bilang aneh karena aku biasanya tidak pernah tertarik kepada pria beristri dan aku juga sebenarnya tidak pernah tertarik pada pria pribumi. Umur mas Yanto lebih tua dari koko, sangat ramah dan penuh perhatian, selalu mendengar lawan bicaranya tanpa pernah meremehkannya walaupun ternyata dia lebih benar. Hal ini sangat berbeda dengan kokoku yang tidak pernah menanggapiku kalau pendapatku sudah dianggapnya salah. Secara fisik walaupun sudah umur 40an, mas Yanto juga terlihat seksi dengan bulu-bulu tangannya yang lebat. Sedangkan kumis dan jenggotnya yang lebat tapi beruban menunjukkan kematangannya dengan asam garam kehidupan. Tekanan mertua dan suami ditambah rahasia masa lalu yang tidak bisa aku ceritakan pada siapapun membuat aku sering sakit-sakitan sampai akhirnya aku bisa berkomunikasi dengan mas Yanto. Awalnya sederhana saja, aku memang sengaja mencari dan meng-add akun mas Yanto di FBku. Rasa ketertarikanku pada mas Yanto membuatku nekat ingin lebih mengenal dia dan berusaha bisa berkomunikasi. Ternyata mas Yanto sama sekali tidak keberatan berkomunikasi denganku dengan catatan jangan sampai diketahui oleh kokoku karena dia tahu persis adat buruknya. Oleh karena itu kami hanya menggunakan identitas asli saat menggunakan akun fesbuk tetapi untuk chatting masing-masing sudah punya nama samaran lain Awalnya aku hanya berkomunikasi untuk berbasa basi saja atau bertanya-tanya seputar pekerjaan kokoku supaya aku bisa lebih mengerti dia. Kokoku benar-benar terlalu malas untuk menerangkan pekerjaannya sendiri kepadaku karena aku Cuma lulusan SMA dibandingkan dia yang lulusan S1 perguruan tinggi ternama dan S2 dari luar negeri. Tapi lama kelamaan aku mulai berani curhat ke mas Yanto, tentu saja awalnya hanya untuk hal-hal sepele tapi lama kelamaan karena jawaban-jawaban dari mas Yanto begitu menyejukkan aku mulai memasuki daerah pribadi. Seperti keluhanku saat bersetubuh dengan koko sampai kepada kehidupan seksku di masa lalu. Sebenarnya sih aku “terjebak” oleh kecerdikan mas Yanto yang mulai melihat bahwa pengalaman seksku lebih baik dari pada kokoku. Tapi karena dia tidak pernah menghakimi sama sekali perbuatanku, maka aku malah merasa benar-benar telah menemukan teman curhatku. Tentu saja aku belum berterus terang bahwa aku pernah melakukan aborsi, bahkan sampai lima kali, karena aku belum berani menebak reaksinya terhadap hal yang satu ini. Chatting di internet memang memungkinkan orang untuk melewati batas-batas yang hampir tidak mungkin dilakukan di dunia nyata oleh orang-orang yang sebenarnya saling asing sama sekali. Awalnya aku yang mencoba memancingnya untuk “menaikkan status” menjadi berpacaran di dunia maya karena toh sekarang kami sudah menggunakan nama samaran masing-masing. Ternyata mas Yanto bersedia saja selama kami menambah beberapa kode “pengaman” untuk mencegah akun masing-masing diterobos orang lain. Jadilah kami mulai berpacaran di dunia maya, seperti pacaranku sebelumnya aku merasa bebas untuk “berhubungan seks” dengan pacarku termasuk yang di dunia maya kali ini. Apabila aku belum orgasme setelah disetubuhi koko, aku minta mas Yanto untuk memuaskanku sampai orgasme melalui persetubuhan ala chatting. Apabila mas Yanto bilang “aku remas remas payudaramu”, maka aku meremas-remas payudaraku dengan membayangkan mas Yanto yang melakukannya. Biasanya hanya sampai mengelus-elus vaginaku saja oleh chattingannya mas Yanto, aku sudah bisa orgasme. Aku benar-benar mulai tergila-gila dengan mas Yanto dan benar-benar mulai menganggap bahwa aku ini adalah pacar gelapnya dia. Untuk semakin memudahkan komunikasi kami, mas Yanto lalu mengajarkanku untuk memanfaatkan webcam dari netbookku sehingga sekarang kami bisa saling melihat satu dengan lainnya. Tanpa malu-malu aku sering tampil di depan webcam mulai dari berpakaian seksi, berpakaian minim, bertelanjang bulat sampai beronani. Tentu saja hal itu hanya bisa aku lakukan saat koko sedang tidak ada di rumah, sedangkan mertuaku tidak mungkin bisa memergokiku karena kamarku ada di lantai 2. Bercumbu di dunia maya lama kelamaan mulai tidak cukup buatku, aku mulai menginginkan bercinta sungguhan dengan mas Yanto. Saat aku sampaikan keinginanku ini, ternyata mas Yanto pun punya keinginan yang sama. Walaupun begitu ternyata sangat sulit menemukan waktu yang pas untuk bertemu karena mas Yanto ingin persetubuhan yang pertama harus penuh kesan bukan persetubuhan singkat di mobil misalnya. Hal ini membuatku hampir menjadi putus asa karena waktu yang tersedia bagiku amat terbatas yaitu saat aku ke pasar atau ke gereja. Tapi akhirnya kesempatan itu datang juga, karena suatu hal Koko tidak bisa pergi ke Singapura untuk membeli obat buat mertuaku sehingga dia memintaku yang pergi ke sana. Kesempatan ini tidak aku sia-siakan, aku sekalian membujuk Koko untuk membiarkan aku berobat menyuburkan kandunganku di Singapura, terserah itu dilakukan di rumah sakit atau ke shinshe yang ada di sana. Dasar kalau sudah hoki, ternyata mertuaku sangat mendukung bahkan ikut mencarikan informasi mengenai klinik yang bisa aku datangi. Akhirnya aku dapat ijin untuk pergi ke Singapura selama lima hari karena memang perawatannya sendiri memerlukan proses pengambilan sampel sebelum dan saat memasuki masa suburku. Aku mengatur jadwal kepergianku bersama-sama dengan mas Yanto, tentu saja tanpa sepengetahuan Koko. Kami akan menginap di hotel yang sama tetapi berbeda kamar, mas Yanto sendiri menyiapkan dua kamar untuk berjaga-jaga dari semua kemungkinan. Penerbangan kami tadinya akan dibuat berbeda, tetapi mas Yanto khawatir kalau ada sesuatu menimpaku karena aku tidak pernah benar-benar pergi sendiri ke luar negeri sehingga akhirnya kami menggunakan penerbangan yang sama. Pada hari H sesampainya di bandara aku segera bergegas ke business lounge seperti yang diminta mas Yanto karena dia sudah menunggu di sana. Setelah cipika cipiki kami mencoba mengobrol, ternyata semua jadi kikuk lagi tidak selancar waktu ngobrol chatting di internet tapi akhirnya mas Yanto berhasil mencairkan suasana dengan gurauan-gurauannya. Walaupun kami berusaha bersikap sewajar mungkin tapi tidak bisa dipungkiri tetap terlihat ada suasana kemesraan di antara kami. Sebagian orang di sana sering melirik kami dengan pandangan heran karena melihat pasangan pribumi sawo matang berbaju kasual dengan Chinese putih yang sangat sipit yang berbaju seksi. Akhirnya waktu untuk boarding tiba, sebelum kami berjalan ke boarding lounge mas Yanto tiba-tiba berbisik padaku untuk melepas celana dalamku di toilet business lounge sebelum naik pesawat. Mukaku sampai merah merona karena jengah mendengarnya dan sempat protes karena aku sudah memakai rok mini yang tinggal 1/3 paha kalau sedang duduk tapi mas Yanto keukeuh pada permintaannya. Walaupun aku tidak mengerti tujuannya tetapi aku turuti juga kemauan mas Yanto yang menungguku melepas celana dalamku di luar pintu toilet dengan senyuman nakal. Entah bagaimana caranya mas Yanto bisa mengatur kami duduk berdampingan di pesawat padahal waktu check-in kami terpisah dan kami duduk di baris yang memang hanya ada dua kursi saja. Aku kembali terheran-heran saat mas Yanto mengambil selimut yang tersedia di bagasi cabin dan memakainya untuk menutupi pahaku yang hanya tertutup rok mini. Pikirku mungkin mas Yanto tidak terbiasa berjalan dengan wanita yang berpakaian seksi karena istri dan anak perempuan mas Yanto sehari-harinya pakai jilbab. Hal itu berbeda dengan Kokoku yang selalu menginginkan aku berpakaian seseksi mungkin, apalagi karena payudaraku sangat besar dan bulat membuat dia selalu membelikan aku baju-baju yang membuat kelebihan ukuran dadaku semakin terlihat. Di dalam pesawat aku mulai berani bergelendotan manja dengan mas Yanto yang membalasnya dengan kecupan-kecupan kecil di pipi dan bibirku. Jantungku mulai berdebar kencang membayangkan apa yang akan kami lakukan selama beberapa malam ke depan tanpa gangguan siapapun. Setelah pesawat take-off tangan mas Yanto mulai masuk kebalik selimut yang menutup pahaku. Sekarang aku jadi mengerti tujuan mas Yanto menyuruhku membuka celana dalam dan kemudian menutupinya dengan selimut. Tanpa kusadari kulit wajahku kembali merah merona dan nafasku mulai memburu, padahal tangan mas Yanto baru memijat-mijat pahaku saja. “Hhhhhhhh ….” Aku mendesah pelan sekali saat tangan mas Yanto mulai mengusap-usah pangkal pahaku. Secara naluriah aku membuka pahaku selebar yang memungkinkan di kursi pesawat dan merubah posisi dudukku agak sedikit melorot pada sandaran kursi supaya seluruh bagian vaginaku lebih mudah dijangkau. “Ahhhh …mmmassshhhhh….” Aku mendesah tertahan sambil memeluk tangan mas Yanto ketika kelentitku mulai diusap-usap jari tangannya dan mebuat cairan vaginaku mulai membasahi lubang senggamaku. “Masukin massh… ohhh…masukiiiinnnn …aja…massshhhh…” Erangku karena sudah tidak tahan lagi kalau jari-jari mas Yanto hanya menggesek di luar lubang senggamaku saja. CLEEPPP ….. kurasakan salah satu jari mas Yanto sudah masuk ke dalam liang senggamaku Srrtt..srrttt ….srrrtt … dengan cepat jari itu keluar masuk liang senggamaku di balik selimut. “A…a…a….a…” aku berusaha bertahan sekuat tenaga supaya tidak mengeluarkan jeritan kenikmatanku hingga akhirnya tanpa sadar aku menggigit-gigit lengan mas Yanto yang dari tadi sudah aku peluk. “Ooohhh Tuhaann ….oohh Tuhann … nikmat sekali…ohhhh …” Gumamku saat kurasakan orgasmeku hampir tiba. “Oucccchhhhhhhh…..masss….ahhhhhh….” Tanpa sadar aku menggeliat di kursi saat orgasmeku datang dan membuat selimutnya melorot walapun mas Yanto masih sempat menariknya kembali. “Aduuuh enak sekali mas … terima kasih ya …” Kataku sambil membantu mas Yanto membersihkan jari-jari tangannya yang belepotan oleh cairan vaginaku sampai ke punggung dan telapak tangannya. Aku juga sempat mencubit mas Yanto karena cemburu ketika seorang pramugari mencoba bermain mata dengannya sambil memasukkan jarinya kedalam bibirnya walaupun mas Yanto hanya menanggapinya dengan senyum ramah biasa. Mungkin pramugari itu bisa menduga apa yang dilakukan mas Yanto kepadaku dari balik selimut yang menutupiku. Fantasiku mulai melayang ke mana-mana, bayangkan saja dalam waktu kurang dari 5 menit dan hanya dengan jari tangannya saja mas Yanto bisa membuatku orgasme. Padahal selama ini setiap cowok yang sudah meniduri aku jarang sekali yang bisa membuatku orgasme. Aku jadi makin tidak sabar ingin segera berhubungan badan dengan mas Yanto, kata beberapa temanku penis orang pribumi rasanya lain dan gaya mereka bercinta juga berbeda. Dari pengalamanku berhubungan badan dengan Koko maupun kelima pacarku yang semuanya Chinese, semua rasanya sama saja kalau sudah di dalam liang senggamaku walaupun ukuran penisnya beda-beda. Beberapa menit kemudian pesawat sudah mendarat di Changi Airport dan kembali saat kami jalan berdua menuju imigrasi orang-orang sering memandang kami dengan pandangan ganjil atau senyum nakal. Waktu aku tanya ke mas Yanto apakah dia melihat seperti yang aku lihat atau itu hanya perasaanku saja karena pertama kalinya kami bepergian bersama. Mas Yanto menjawab bahwa dia juga melihat apa yang aku lihat, menurutnya selain perbedaan ras penampilan kami memang jauh berbeda. Mas Yanto berpenampilan dewasa dan kalem, sedangkan aku terlihat seksi dan nakal karena mungkin sudah dibiasakan oleh Kokoku. Saran dari mas Yanto adalah aku merubah sedikit penampilanku agar kami tidak jadi terlalu mencolok. Walaupun tidak dikatakannya langsung, aku juga mengerti bahwa dia tidak ingin aku dianggap sebagai wanita bayaran yang mendampingi pengusaha atau pejabat pribumi yang sedang berlibur. Tanpa terasa kami sudah sampai di hotel Grand Hyatt di Scotts Road yang biasa di pakai Koko kalau dia ke Singapore. Kamar-kamar kami selain berbeda juga berada di tower yang terpisah dengan lift sendiri-sendiri. Mas Yanto sudah memperhitungkan semuanya dengan cukup teliti karena dia tahu betul sifat Kokoku. Mas Yanto juga sudah membeli SIM Card lokal untuk kami pakai berkomunikasi satu sama lain selama di Singapore. Begitu sampai ke kamar aku mulai gelisah karena sangat kangen dengan mas Yanto, apalagi dengan kejadian di pesawat tadi. Tapi mas Yanto pesan bahwa aku jangan mengontak dia tapi harus menunggu dia yang mengontak aku karena dia belum mempersiapkan HPku untuk diisi nomor lokal tadi. Ting…toooooong … tiba-tiba bel kamarku berbunyi Ternyata mas Yanto yang ada di luar pintu. Aku segera membukakan pintu untuknya dan menyambutnya dengan gembira karena benar-benar tidak menyangka mas Yanto akan ke kamarku secepat ini. Hhhhhhmmmmmpppphhhh …. Aku langsung mencium bibirnya dengan penuh rasa rindu sampai lupa menutup pintu kamarku. “Kok lama sekali datangnya .... ?” Kataku manja setelah kami selesai berciuman, padahal aku sendiri baru saja meletakkan koper dan bersih-bersih sedikit tapi belum sempat ganti baju. “Saya tadi harus cari tahu dulu siapa pemilik benda ini …” jawab mas Yanto sambil memperlihatkan celana dalam hitam transparan yaitu celana dalam yang aku copot di Cengkareng. Rupanya mas Yanto berhasil mencomotnya dari tasku tanpa aku ketahui. “Aduuuuh kok jadi ada di sana sih ?” Mukaku langsung berubah merah karena malu. Waktu aku berhasil merebutnya malahan mas Yanto kembali memelukku dengan satu tangannya sedangkan tangan yang lain langsung merogoh masuk kedalam rok miniku yang tentu saja masih belum memakai celana dalam lagi. Aku segera melepas rok miniku itu sehingga sekarang bagian bawahku sudah telanjang. Mas Yanto langsung meresponnya dengan melepaskan celana yang dipakainya dan kemudian celana dalamnya. “Iiiiiihhhhhhhh …. !!!” Spontan aku berteriak kaget waktu melihat penis mas Yanto yang sudah mengacung ke arahku. Penis mas Yanto ukurannya biasa-biasa saja, tapi yang sangat berbeda adalah warnanya yang hitam kemerahan dan bentuknya yang pipih bukan bulat. Di sekeliling penisnya terlihat banyak urat-urat pembuluh darah yang menggelembung sehingga penis itu seperti batang pohon yang dililit oleh akar-akar bahar disekelilingnya. Aku merasakan liang senggama di vaginaku berkontraksi dan mulai lembab karena bentuk penis Yanto yang sebenarnya agak menyeramkan bagiku tetapi mulai membangkitkan gairah berahiku dengan seketika. “Kenapa sayang ?” Tanya mas Yanto keheranan. “Aku belum pernah lihat penisnya pri … eh … seperti ini” Jawabku kagok “Maksudnya belum pernah liat penis orang pribumi ya ?” Canda mas Yanto “Mau cicipin sekarang ?” “Mauuuuu ….” Kataku manja sambil mencium mas Yanto, sedangkan tangan kananku memegang penisnya. Vaginaku semakin lembab oleh cairan dan mulai terasa berdenyut-denyut karena aku terangsang sendiri saat menggenggam penis mas Yanto. Ketika menggenggam penisnya yang pipih, aku seperti sedang memegang ikan lele yang besar yang berontak ingin lepas. “Masukkin langsung aja masss …. Aku udah ga tahan pengen diijut” kataku memakai istilah dalam bahasa sunda jalanan untuk bersetubuh. Tanpa menunggu lagi mas Yanto langsung mendorong tubuhku ke dinding kamar hotel, kemudian dengan menekuk kedua lututnya penisnya mulai diarahkan vaginaku untuk mencari lubang senggamanya. Kepala penis mas Yanto aku pegang dengan jari-jariku untuk membantunya mencapai liang senggamaku. Terus terang aku belum pernah bersetubuh sambil berdiri dengan cowok-cowokku sebelumnya, apalagi dengan Kokoku. “Aaaaahhhhhh ……” Aku mendesah saat kepala penisnya masuk kedalam liang senggamaku, mas Yanto tidak langsung memasukkan seluruh batangnya tapi memutar-mutar dulu kepala penisnya seolah-olah ingin mengenali situasinya dulu. BLESSSSSSSS …… Pelan-pelan batang penis mas Yanto masuk ke dalam liangku sampai masuk seluruhnya dengan mulus karena vaginaku benar-benar sudah siap menerima tamu. “Adddddaaaawwwwwwww …..auhhhhhh…aaaahhhhhh ….” Aku mengerang kenikmatan. Sambil tangannya menyangga kedua pantatku, mas Yanto meluruskan kembali kakinya yang tadi ditekuk sehingga otomatis aku terangkat ke atas seperti melayang dan terasa nikmat sekali. Kemudian aku diminta untuk melingkarkan kaki di pinggulnya sedangkan tanganku memeluk lehernya. Mas Yanto mulai memompa penisnya keluar masuk vaginaku dengan gerakan pelan sambil sedikit menekan sehingga aku merasa sedang dipaku di dinding dengan penis sebagai pasaknya. Cairan vaginaku mengalir dengan derasnya sampai keluar dan membasahi bulu kemaluan kami berdua. “Ahhh ….ahhhh …hehhhh…hehhhh…ahhhh…ahhh” aku terus mengeluarkan desah nikmat mengikuti irama gerakan penisnya dengan mata sipitku yang terpejam. Pakaian bagian atasku yang masih lengkap dengan BH karena belum kulepas mulai kusut dan basah oleh keringat, pakaian mas Yanto juga sudah mulai acak-acakan. Posisi bersetubuh kami memang hanya melekatkan tubuh pada bagian pinggul kebawah sehingga tidak terlalu mengganggu. “Aduuuhhhh massshh … enak sekali ….ahhhh ….enak terusshhh…shhhh…” Aku mulai meracau bersamaan denga semakin memuncaknya rasa nikmatku. “Aaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhh ………masssssssss…….akuuuu…dappppaaaaaaaattt” aku menjerit saat orgasmeku meledak dengan tiba-tiba. Kaki dan tanganku langsung menjepit tubuh mas Yanto dengan kencang, mukaku terasa memerah dan mata sipitku tiba-tiba melotot saat mencapai puncak kenikmatanku dari penis orang pribumi pertamaku. Setelah klimaks orgasmenya berlalu, aku langsung merasa lemas sehingga kakiku tidak kuat lagi menjepit pinggangnya dan terjuntai lemas. Mas Yanto menghentikan pompaannya, kemudian memelukku dan menyandar kepalaku di bahunya lalu aku dibopongnya ke ranjang dengan penisnya masih ada di dalam vaginaku. “Uuuuuuuuhhhhhhhhhhh …..” aku melenguh nikmat saat penis mas Yanto terlepas dari vaginaku setelah membaringkanku di tempat tidur. Dengan telaten mas Yanto melepas baju dan BH yang tersisa, kemudian dia melepaskan juga bajunya sendiri sehingga sekarang kami berdua sudah telanjang bulat. Aku lihat penis mas Yanto masih tegak melengkung ke atas dan berkilat-kilat terkena cahaya dari layar TV. Rupanya mas Yanto masih belum ejakulasi, padahal biasanya cowok-cowokku ejakulasi duluan sebelum aku orgasme atau paling tidak bersamaan datangnya. Kakiku direntangkannya lebar-lebar dengan satu tangannya sedangkan tangannya yang lain mengocok-ngocok penisnya sambil diarakan ke liang senggamaku. BLESSSSS ….. dengan sekali genjotan pada pinggulnya seluruh batang penisnya langsung masuk ke dalam vaginaku sampai kepangkalnya. “Auuuuuhhhhhhhhhhhhh…..Masshh …pelan-pelan” jeritku karena merasa sedikit ngilu pada vaginaku akibat persetubuhan kami yang sambil berdiri tadi. Dengan lembut mas Yanto mulai menggerakkan penisnya maju mundur di dalam liang senggamaku yang belum terlalu basah setelah tadi rehat untuk mengulum penis itu tadi. Walaupun begitu bukan berarti kenikmatannya berkurang, apalagi mas Yanto memang sangat telaten mencari-cari area di dalam rongga liang senggamaku yang lebih sensitif apabila disentuh dengan penisnya. “Aduh mas enak sekali di situ ….ohhhh ….ohhhh….oohhhhhhh” Reaksi spontanku terhadap titik sensitif yang disentuh penisnya juga menjadi sangat membantu mas Yanto untuk mengerti kebutuhanku. Tanpa harus menunggu lama vaginaku mulai basah lagi … CROK…. CROK …. CROK …. CROK ….CROK ….mulai terdengar bunyi nyaring dari cairan vaginaku yang terpompa keluar oleh gerakan penis mas Yanto. “Ohhhhhh….enak sekali…ahhhh….ahh…..ahh….” Aku terus mendesah nikmat Mas Yanto menaikkan kakiku ke bahunya dan merubah posisi badannya menjadi setengah berjongkok sehingga pinggulku otomatis agak terangkat juga. Dalam posisi ini tanpa ampun mas Yanto memompakan penisnya dengan sangat cepat membuatku tubuhku bergoyang-goyang sesuai irama pompaannya. Penisnya terasa melesak sangat dalam ke arah rahimku membuatku ingin meraung raung kenikmatan kalau tidak malu sama mas Yanto, akhirnya aku meremas-remas dan menggigit-gigit bantal yang ada di kepalaku sebagai pengalihannya. “Arrrrkkkhhhhh ….arrrkkkkkhhhh ….arrrkkkkhh …” Akhirnya aku hanya mengeluarkan erangan tertahan dengan badan yang melenting-lenting di ranjang. CROK…CROK …CROK….CROK …CROK … Bunyi becek dari vaginaku semakin keras terdengar “AAAAHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH……” Aku melolong kenikmatan saat aku kembali mendapat orgasme. Mataku yang sipit membelalak sejenak sebelum berputar sampai hanya kelihatan putih matanya saja. Pompaan penis mas Yanto makin lama makin pelan mengikuti redanya puncak orgasmeku, kakiku juga diturunkan dari bahunya lalu tubuhnya direbahkan sambil menindih tubuhku. “Kamu bisa menikmatinya sayang ?” Bisik mas Yanto sambil mencium bibirku dan mengecup-ngecup pipi serta leherku “Aku belum keluar lhooo…” “Enak sekali mas, benar-benar merupakan pengalaman yang sama sekali baru” Jawabku sambil membalas ciuman dan kecupannya. “Mas mau minta Syeni ngapain supaya mas bisa keluar ?” Aku menawarkan bantuan agar mas Yanto bisa ejakulasi. Mas Yanto minta kami merubah posisi dengan aku ada di atasnya tanpa melepaskan penis dari vaginaku terlebih dahulu. Akhirnya sambil berciuman kami berguling di ranjang sampai posisi kami berbalik di sisi lainnya. Aku lihat bed cover tempat kami bersetubuh sebelumnya sudah basah oleh cairan vaginaku sehingga meninggalkan noda yang cukup lebar. “Ahhhh ….” Aku mendesah pelan saat payudaraku dicium dan diremas oleh mas Yanto. Dengan lahap putting payudaraku di hisap-hisapnya, sedangkan payudaraku yang lainnya di remas-remas dengan tangannya. Payudaraku sangat besar, sehingga telapak tangan mas Yanto yang sudah lebarpun hanya bisa meremas tidak sampai setengah bagiannya. Sambil menikmati permainan mas Yanto pada payudaraku dalam kondisi setengah tengkurap aku mulai bergerak memaju mundurkan pinggulku untuk menggesekan penis Yanto dalam lubang seggamaku. “Ohhhhh….shhhhh…” Aku kembali mendesah menikmati hasil dari pergerakanku sendiri. Makin lama aku aku bergerak makin cepat dan diimbangi oleh mas Yanto dengan gerakan pinggulnya yang menekan penisnya makin kedalam saat gerakan mundurku membuatku menjerit-jerit nikmat. “AAAAHHHH ….AHHHHH…..AHHHHHH ….AAmmmpppphhhhhh” Jeritanku kadang disumpal mas Yanto dengan ciumannya, mungkin dia khawatir jeritanku “mengganggu” tamu-tamu lain. Aku kemudian diminta untuk mengambil posisi dengan badan yang lebih tegak seperti sedang menaiki kuda sehingga gerakanku sekarang adalah naik turun. Mas Yanto tetap mengimbangiku dengan menaikkan pinggulnya untuk menyambut setiap gerakan turunku yang membuat seolah penisnya menancap dalam-dalam tembus sampai jantungku. Belum lagi aktivitas tangannya yang meremas payudaraku, mempermainkan putingnya atau mempermainkan kelentiku. “Mass…enak mashhh…. Kontolnya enak sekali….mashhh kontolnyaaaahhh” Aku meracau dengan pilihan kata-kata yang sudah tidak terkontrol lagi. Maklum sebagai orang yang berasal dari keluarga cina totok, aku hanya bergaul dengan buruh pribumi level bawah di toko atau perusahaan kami yang pilihan bahasanya sering kali kasar. “Ohhhh….ohhhhh…ohhhhh….ohhhh…..” Gelombang orgasme terasa mulai muncul lagi sehingga aku mulai mempercepat gerakanku. Butir-butir keringat mulai muncul di sekujur tubuhku membuat tubuhku menjadi kuning berkilatan. Rambutku yang asalnya panjang terurai sampai ke punggung mulai acak-acakan menutupi sebagian mukaku sampai ke dadaku. “Mass….aaakkkuuu udaaah mau dappaaatthhhh …..” Teriakku dengan tubuh mulai bergetar karena diterjang gelombang orgasme yang begitu nikmat. “Syeniii….saya juga akan keluarrrr ….” Sambut mas Yanto sambil menahan pinggulku dibawah dan dia sendiri melentingkan tubuhnya untuk membuat penisnya tertancap dalam-dalam. “Ouuhhhhh …keluarkan semua pejunya masshhh ….untukkuu…..” Keluarnya air mani di dalam tubuhku seperti bonus bagi kenikmatan sebelumnya. SROOOOTTT….SROOOTTT ….SROOOTTTT ….SROOOTTT….SROOOOTTT …srrrt …srrttt…srttt Lima semprotan air mani yang kuat aku rasakan membanjiri rahimku diikuti beberapa semprotan kecil sesudahnya. Untuk sejenak aku seperti tidak sadarkan diri, tidak ada yang bisa aku ingat selain kenikmatan puncak yang sedang aku rasakan sekarang. Orgasme yang dibarengi dengan semprotan air mani mas Yanto merupakan orgasme pamungkas yang sempurna bagiku. Setelah berahiku mulai reda badanku ambruk di atas tubuh mas Yanto yang segera memelukku dengan mesranya. Rambutku yang acak-acakan dirapikannya dan kemudian menciumi aku dengan hangat. “Syeni, kamu sangat luar biasa …. Saya benar-benar dipuaskan oleh kamu” Bisik mas Yanto kepadaku dengan suara yang mesra. “Mas Yanto juga hebat sekali…aku sangat menikmati ijutannya bikin ketagihan” Jawabku malu-malu dengan nafas masih belum teratur. “Apalagi semprotan pejunya juga sangat enak, nikmat sekali ….” Lanjutku sambil tersenyum manis. “Kamu mau aku cariin pil anti hamil untuk berjaga-jaga ?” Mas Yanto berbalik tanya seperti teringat sesuatu setelah aku bicara soal semprotan air maninya di dalam tubuhku tadi. “Ga usah mas, malah lebih baik kalau aku bisa punya anak dari mas …” Kataku manja hingga jadi malu sendiri dan membenamkan mukaku di dadanya. Mas Yanto kemudian mengangkat mukaku dan memandangku dengan lembut tapi terlihat serius “Syeni kamu pikirkan baik-baik dulu, jangan sampai omongan kamu itu hanya bawaan emosi karena kita habis bercinta” “Tapi saya tidak keberatan kalau Syeni memang ingin dibuahi dengan benihku “ Lanjut mas Yanto Aku hanya mengangguk sebagai jawabannya karena tekadku sudah bulat, bahkan sebelum pergi ke sini aku memang sudah bertekad untuk punya anak dari mas Yanto saja dari pada dibilang tidak subur oleh keluarga kokoku. “Aaaahhhhhhhhhhhhhh ….” Aku kembali mendesah saat mas Yanto melepas penisnya yang mulai lunak kembali. Dia kemudian mengambil handuk kecil dari kamar mandi yang sudah di beri air hangat, dengan lembut dibasuhnya vaginaku dengan handuk hangat tadi sampai bersih baru dia membersihkan penisnya sendiri. Setelah membuka bed cover yang basah oleh keringat kami dan cairan vaginaku, kami berbaring kembali di ranjang dengan tetap bertelanjang bulat. Saat itu kami pergunakan untuk “lebih mengenal” perabotan masing-masing yang sebelumnya dipergunakan. Bulu vaginaku yang hitam tipis dan berbentuk pohon palm merupakan favorit mas Yanto selain kelentitku yang panjang. Mas Yanto juga bisa menebak bahwa aku udah pernah hamil lebih dari dua bulan sebelum digugurkan hanya dari bentuk putingku yang memang sudah membesar dan berwarna lebih gelap saat aku masih perawan. Aku hanya bisa mengiyakan dan minta maaf karena tidak berterus terang sebelumnya sambil jantungku jadi berdebar takut perasaan mas Yanto jadi berubah terhadapku. Mas Yanto ternyata tidak marah, hanya dia berpesan kalau memang ingin serius tentang dihamili olehnya, maka dia tidak ingin aku menggugurkan kandungannya lagi. Saat aku bertanya mengenai kenapa penisnya berbeda dengan penis-penis yang pernah aku kenal apakah ada hubungan dengan ras. Dia bilang perbedaan utama adalah karena sebagai muslim penisnya sudah disunat sejak kecil sehingga pertumbuhannya berbeda dengan penis-penis yang tidak disunat atau disunat setelah dewasa. Penis cowok-cowokku memang ujungnya tertutup kulit saat sedang tidak berereksi sedangkan kepala penis mas Yanto langsung terbuka dengan lekukan miring dilehernya sehingga menjadi batas yang jelas dengan batang penisnya. Aku coba kulum penis mas Yanto sampai berereksi lagi sehingga sekarang aku bisa melihat dari dekat benda yang tadi membuatku meraung-raung kenikmatan. Tanpa sadar aku terhanyut untuk menghisap dan menjilati kepala penis mas Yanto sampai mas Yanto akan mendapat ejakulasi lagi. Dia minta aku untuk menelan seluruh air maninya dan tentu saja aku mau melakukannya dengan senang hati walaupun sebelumnya aku tidak pernah mau kalau disuruh melakukannya oleh cowokku yang pertama dan juga Kokoku. Mas Yanto bukan hanya sekedar berbeda rasa penisnya, tapi juga berbeda dalam gaya bercintanya yang selalu mengutamakan kepuasanku terlebih dahulu. Dia juga membuat aku tetap punya harga diri walaupun hanya sebagai pacar gelapnya atau wanita simpanannya. Padahal selama ini aku selalu diperlakukan tak lebihnya sebagai obyek pemuas syahwat bagi cowok-cowok yang meniduriku. Pada saat aku memang membutuhkan hal itu tidak terlalu terasa, tapi sangat menyakitkan pada saat mereka membutuhkanku karena umumnya mereka tidak mau tahu apakah aku sudah siap dipenetrasi atau tidak. Selama di Singapore kami bercinta sebanyak 3 sampai 4 kali dalam sehari, saat bercinta di pagi hari kami sepakat untuk mengeluarkan air maninya di luar supaya saat diperiksa di klinik tidak masuk ke dalam medical recordku. Tapi untungnya metoda terapi mereka tidak melarang aku bercinta selama menjalankan pengobatan. Beberapa teknik bercinta kilat juga kami coba praktekkan walaupun sebenarnya tidak perlu kalau melhat situasi selama kami di sana, tapi mas Yanto yakin bahwa setelah kembali ke Bandung kesempatan untuk bercinta memang akan sangat terbatas. Bercinta di mobil atau di motel-motel short time akan menjadi sering kami lakukan dan mas Yanto ingin memastikan bahwa aku bisa mencapai orgasme sedikitnya satu kali. Sesaat setelah mendarat di bandara Cengkareng, mas Yanto kembali mengajakku bercinta di hotel Bandara sebanyak dua kali untuk memastikan pembuahanku dengan benihnya karena saat itu aku memasuki fase masa suburku sebelum akhirnya kami pulang dengan menumpang travel yang berbeda. Begitu aku sampai rumah Koko langsung menyetubuhiku tanpa memperdulikan apakah aku sedang kelelahan atau tidak. Tiga malam selanjutnya seperti siksaan bagiku karena Koko terus menerus ingin menyetubuhiku, katanya untuk memanfaatkan masa efektif terapi yang aku jalani. Akhirnya memang aku hamil dan naluriku meyakini bahwa benih jabang bayiku adalah mas Yanto bukan suamiku. Aku dan mas Yanto masih sering bertemu untuk bercinta sampai kandunganku berusia 8 bulan, pengelola motel sering memandang kami dengan heran melihat ada wanita hamil besar masih sewa short time di motelnya dia. Walaupun begitu keluarga suamiku menjadi sangat gembira dan tidak ada kecurigaan sama sekali bahwa benih cucunya berasal dari orang lain … mitra bisnis suamiku sendiri. Cerita Seruhttp://www.blogger.com/profile/11284718548711892644noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6786224700136029903.post-10558077587279498452017-11-18T02:57:00.000-08:002017-12-07T06:53:54.653-08:00Kontolku sudah tenggelam di dalam liang memek Tante LiaPagi itu Tante Lia meneleponku dan memintaku untuk datang ke rumahnya. Dia mengeluh pipa air di dapurnya rusak. Karena aku sudah beberapa kali berhasil memperbaiki pipa2 air dirumahnya, maka dia memanggilku untuk memperbaiki pipa air yang rusak tersebut dirumahnya dan karena hari ini jadwalku sangat padat, maka aku bilang kalau aku akan kerumahnya setelah semua kegiatanku selesai. Sore hari setelah semua kegiatan aku selesaikan, maka sesuai janjiku pada Tante Lia aku datang ke rumahnya. <br /><br /><div class="wp-caption aligncenter" id="attachment_3138" style="width: 279px;">Begitu sampai di rumahnya, akupun langsung masuk kedalam rumah dan ternyata Tante Lia sudah berada di ruang tamu menunggu kedatanganku dengan mengenakan baju santai. Baju tersebut sangat pendek dan hanya menutupi 1/3 bagian paha mulus Tante Lia. “Ayo Nik, aku tunjukin pipa yang rusak” kata Tante Lia sambil membalikkan badan dan segera melangkah ke dapur. Aku mengikuti Tante Lia dari belakang. Mataku tak berkedip melihat penampilan Tante Lia itu. Dengan memakai baju yang sangat pendek dan ketat tersebut, membuat mataku dengan jelas bisa melihat mulusnya paha serta bentuk dan lekuk pantat Tante Lia yang bulat padat bergoyang ketika dia berjalan. Begitu tiba di dapur, sebelum mulai memperbaiki pipa yang rusak, karena takut kotor dan basah, aku melepas celana panjang dan kemejaku sehingga aku tinggal mengenakan celana boxer dan kaos oblong. Setelah aku selesai berganti pakaian, aku membungkuk untuk melihat pipa di bawah tempat cuci piring. Aku malihat ada air menetes dari sambungan pipa. Dengan posisi selonjor di lantai, aku masukkan badanku di bawah kolong tempat cuci piring tersebut dan mulai membetulkan sambungan yang rusak tersebut. Namun betapa terkejutnya aku saat aku melihat ke arah Tante Lia. Karena baju Tante Lia yang sangat pendek tersebut, maka dari posisiku tersebut aku dapat melihat langsung kearah selangkangan Tante Lia. Ternyata Tante Lia tidak memakai celana dalam sehingga aku bisa melihat langsung memek Tante Lia yang dipenuhi dengan bulu2 jembut yang cukup lebat. Sejenak aku terdiam sambil memandangi memek Tante Lia hinga aku dikejutkan oleh suara Tante Lia. “Gimana Nik, apa perlu diganti sambungan pipanya?” tanya Tante Lia. “Gak usah Tan, hanya perlu ditambah seal tape dan dikencangin saja juga beres” jawabku dengan muka memerah menahan malu karena ketahuan Tante Lia kalau aku sedang memandangi bagian selangkangannya. Akupun kembali memperbaiki sambungan pipa yang rusak tersebut sambil sesekali kembali mataku melihat selangkangan Tante Lia yang jelas menampakkan bukit memeknya yang menggembung itu. Tiba2 aku merasakan sesuatu menggesek-gesek bagian tengah selangkanganku. Gesekan tersebut tepat mengenai biji pelirku. Saat aku melihat kebawah, aku melihat kaki Tente Nur yang menggesek gesek biji pelirku tersebut. Akupun merasakan nikmatnya gesekan kaki Tante Lia tersebut pada biji pelirku dan akupun seketika menghentikan aktifitasku yang sedang memperbaiki sambungan pipa yang rusak tersebut.Tante Lia terus melakukan hal tersebut hingga kurang lebih 1 menit lamanya. Karena rangsangan pada biji pelirku tersebut, kontolkupun mulai ngaceng dan keras. Namun disaat aku sedang merasakan nikmatnya gesekan tersebut, tiba2 Tante Lia menghentikan gerakan kakinya dan melangkah beranjak dari tempatnya semula. Saat gesekan itu berhenti, pikiranku menjadi tidak karuan. Aku berusaha menyelesaikan pekerjaanku secepat mungkin dengan harapan setelah selesai maka aku bisa menuntaskan nafsuku yang sempat terhenti tersebut dengan beronani di kamar mandi. Sebentar kemudian pekerjaanku selesai. Alangkah terkejutnya aku saat aku keluar dari bawah bak cuci piring, aku melihat Tante Lia sudah dalam keadaan telanjang bulat. Bajunya sudah teronggok di lantai. Sambil duduk di atas meja dapur, Tante Lia menggosok-gosok memeknya dengan tangan kirinya sedang tangan kanannya meremas-remas payudaranya yang besar. Tanpa berkedip aku melihat kearah memek Tante Lia yang menggembung bentuknya dan dikelilingi oleh bulu2 jembut yang cukup lebat tersebut. “Apakah kamu menyukainya, Nik?” Dengan suara manja menggoda Tante Lia bertanya kepadaku. Aku tidak menjawab dan terus menatap kearah memeknya. “Apa kamu gak ingin menyentuhnya, Nik? Kamu pasti akan menyukainya kalau sudah menyentuhnya” Ujar Tante Lia mengagetkanku. Bagaikan orang yang kena hipnotis, perlahan aku mendekati Tante Lia. Ini adalah pertama kalinya aku melihat memek perempuan secara nyata dan dari jarak yang begitu dekat. Sebelumnya aku hanya melihat memek perempuan dari film2 bokep, tapi kini aku dapat melihatnya secara langsung. Semua itu semakin membuat nafsuku bergelora dan kontolkupun semakin tegak dan keras. Belum hilang rasa keterkejutanku, tiba2 tangan Tente Nur meraih tanganku dan menuntunnya ke memeknya. Tante Lia membiarkan aku menyentuh memeknya dan tangankupun mulai meraba bukit memeknya. Bukit memek Tante Lia terasa empuk di tanganku. Lalu Tente Nur memegang tanganku yang lain dan mengarahkannya pada payudaranya. Luar biasa besar payudara Tante Lia dan kini aku meremas payudara tersebut dengan tanganku. Sungguh saat itu persaaanku semakin tidak karuan. Kedua tangan aku benar2 menyentuh dua bagian yang paling sensitif dari seorang perempuan yaitu memek dan payudara dan itu adalah milik Tante Lia. Tente Nur memejamkan matanya menikmati rabaan tanganku pada memek dan payudaranya sambil menjilati kedua bibirnya dengan lidahnya sendiri. Tampaknya Tante Lia telah benar-benar terangsang oleh nafsu birahinya. Tiba2 Tante Lia membuka matanya. “Nik, Apakah kamu pernah ngentot dengan perempuan?” tanya Tante Lia dengan vulgarnya. Mendengar pertanyaan tersebut, jantungku semakin berdegup kencang. “Belum pernah, Tan” jawabku dengan suara bergetar menahan gejolak nafsu birahiku yang semakin meninggi. “Mau gak kamu ngentot dengan Tante?” tanya Tante Lia lagi. Aku tertegun mendengar kalimat Tante Lia barusan. Baru sekali ini aku melihat lalu kemudian memegang dan meraba memek dan payudara perempuan, tiba-tiba kini Tante Lia ingin aku ngentot dengan dirinya. “Jangan khawatir, Niko. Tante akan mengajari kamu bagaimana memuaskan perempuan dengan kontolmu itu dan kamu akan merasakan bagaimana nikmatnya ngentot dengan perempuan” kata Tante Lia melihat kebingunganku tersebut, sambill memasukkan tangannya kedalam celana boxerku dan mengusap-usap batang kontolku yang sudah ngaceng dari tadi. Tante Lia bangkit dari duduknya dan menyuruhku untuk ganti duduk di atas meja dapur. Dengan cepat Tante Lia menurunkan celana boxerku berserta dengan cdnya sehingga mencuatlah batang kontolku yang besar dan panjang tersebut. “Wow… gila…!!!! Besar banget kontolmu, Nik. Jauh lebih besar dibanding ****** Pamanmu. Udah gitu panjang lagi.” teriak Tente Nur begitu melihat batang kontolku sambil tangannya membelai lembut batang kontolku yang panjang dan besar tersebut sehingga kontolku semakin keras dan berdenyut-denyut. Lalu dengan penuh nafsu Tante Lia menjilati batang kontolku. “Sekarang Tante ingin merasakan kontolmu di mulut Tante” kata Tante Lia sambil membuka mulutnya dan memasukkan kontolku ke dalam mulutnya. Mulut Tante Lia hanya dapat menampung setengah dari keseluruhan panjang batang kontolku. Slurp… slurp… slurp… dengan penuh nafsu Tante Lia mengulum batang kontolku dan menjilati kepala kontolku di dalam mulutnya. “Aaaahhhh… Taaaaaannnn… ssssshhhh…. ooooohhhh…” aku mengerangan merasakan kenikmatan yang luar biasa akibat kuluman Tante Lia pada batang kontolku. Aku memejamkan mata menikmati untuk pertama kalinya batang kontolku diisap oleh perempuan. Selama ini saat melihat adegan perempuan yang sedang ngisep penis lelaki dalam film bokep, aku selalu membayangkan betapa nikmat rasanya. Kini akupun dapat merasakan kenikmatan itu secara langsung dari Tante Lia. Tante Lia terus menghisap-hisap kontolku dengan rakusnya. Mulutnya penuh dengan kontolku dan menghisapnya seperti sedang menghisap permen lolypop. Begitu nikmatnya, aku hampir tidak bisa membuka mataku. Tente Nur mengeluarkan kontolku dari mulutnya. Dikocoknya dengan lembut kontolku yang basah oleh ludahnya beberapa kali kemudian dia isap lagi kontolku. Aku terangsang hebat, aku merasakan ada sesuatu yang akan keluar dari ujung kepala kontolku. “Aduh Taaaaannn… aku nggak tahaaaan… enak banget rasanya“ erangku. “Kalau mau keluar, keluarin aja Nik. Jangan ditahan-tahan“ kata Tante Lia sambil kembali mengulum dan mengisap kepala kontolku sementara tangannya mengocok lembut batang kontolku sehingga dalam waktu singat aku langsung ejakulasi. “Aaaaaaaahhhhh… akuuuuuu… keluuuuuaaaarrrr…!!!” teriakku. Croooottt… croooottt… croootttt… spermaku nyemprot banyak sekali di dalam mulut Tante Lia. Mmmmhhh… slurp… mmmmhhh… slurp… slurp… mulut Tane Nur penuh dengan cairan spermaku kemudian dia telan semua sperma yang aku semprotkan. Sedangkan sisa2 sperma yang meleleh di batang kontolku dia jilati sampai bersih. “Nik spermamu banyak sekali. Udah lama nih kelihatannya nggak dikeluarin ya? Baunya wangi. Sekarang Tante baru percaya kalau kontolmu memang belum pernah dimasukin kedalam memek perempuan” kata Tante Lia, “Baru dimasukin kedalam mulut saja sudah meler…” ledeknya. Kemudian Tante Lia berdiri lalu duduk di meja dapur tepat disebelahku. Tente Nur melebarkan kedua kakinya sehingga bibir memeknya tampak merekah. Dia mendorong tubuhku turun dari meja dan menarik kepalaku serta menuntunnya ke arah memeknya. Rupanya Tante Lia ingin agar aku gantian menjilati memeknya. Tante Lia telah benar2 terbakar oleh gairah birahinya .</div>Gairah seksual meledak untuk dipuaskan. Dan Tante menginginkannya dariku. “Oooohhh… Nik… jilati memek Tante… Nik…!!!” perintah Tante Lia agar aku segera menjilati memeknya sambil memegang belakang kepalaku sehingga kini mulutku menempel di bibir memeknya. Aku menjulurkan lidahku ke memek Tante Lia dan mulai menjilati memeknya. Ini adalah pertama kalinya dalam hidupku, aku mencium bau memek perempuan dan merasakan asinnya lendir yang keluar dari memek perempuan. Tente Nur semakin melebarkan kangkangan kedua kakinya sehingga mulut dan lidahku semakin mudah mengakses daerah memeknya. “Ooohhh… Niko… Terus isap memek Tante, Ruuuuuddd… Tante ingin kamu puasin Tante hari ini…!!! Sssshhh… aaahhh… ya… iya… yang itu sayang… Ooooohhh… isap itil Tante yang kuat… Ooooohhh… terus isap sayang… Ssssshhhh… Aaaaahhhh…” Tente Nur mengerang saat lidah aku menjelajahi memeknya dan menjilati itilnya. Tante Lia menekan kepalaku sehingga mulutku menempel lebih erat di memek nya. Erangan Tante Lia semakin keras dan sekarang Tante mulai menggerak-gerakan pantatnya mengikuti jilatan lidahku pada celah memeknya. Aku semakin bernafsu menjilati celah memek Tante Lia yang semakin basah dan sesekali mengisap itil Tante Lia yang semakin bengkak. Tante Lia melihat kontolku yang besar dan panjang itu semakin tegang dan keras. Tante Lia tahu bahwa aku sudah benar2 terangsang dan siap untuk menyetubuhinya. Tante menarik kepalaku menjauh dari memeknya lalu dia berdiri. Sambil mengandeng tanganku, Tante Lia mengajakku ke kamarnya. Setibanya di kamar, Tante Lia menarikku keatas ranjang. Tante telentang dengan kedua kakinya direntangkan lebar2 dan aku berada di atasnya. Tangan Tante Lia segera meraih kontolku dan dikocoknya pelan-pelan. Kemudian Tante Lia memegang kontolku dan membimbing ke arah memeknya. Dia mulai menggosok-gosokan kepala kontolku di bibir memeknya. Bibir memek Tante Lia terasa basah oleh cairan lengket yang keluar dari dalam memeknya. Tante Lia semakin bernafsu dan ingin aku segera menyarangkan kontolku ke dalam memeknya. Diarahkannya kontolku ke gerbang liang memeknya “Ayo sayang… masukkan kontolmu di memek Tante. Buat Tante puas dengan ****** supermu itu” kata Tante sambil menatapku. Berbekal pengalaman dari melihat film bokep, pelan-pelan aku tekan kontolku membelah bibir memek Tante Lia hingga akhirnya batang kontolku tenggelam seluruhnya di dalam liang memek Tante Lia. Akupun merasakan sensasi yang luar biasa saat batang kontolku berada di dalam liang memek Tante Lia yang hangat. Rasanya nikmat sekali. Tante Lia memelukku erat sekali. “Oooohhh… Nik… kontolmu enak banget Nik… ngganjel banget… rasanya… ssshhhhh… oooohhhh… terus sayang enak banget… terus entoti memekku… Buat aku puas dengan penis supermu… Aaaaaahhhh… rasanya memekku penuh banget terisi sama kontolmu… gesekan kontolmu terasa banget di dalam liang memekku… Oooohhhh… Ssssshhhh… aahhhhhhh…!!!” Tente Nur mulai merintih, membuatku semakin bersemangat memompa kontolku semakin cepat. Tante Lia mengangkat kedua kakinya dan dilingkarkan ke pinggangku. Pada posisi ini kontolku semakin dalam masuk kedalam liang memeknya karena tekanan kaki Tante Lia yang ikut menekan saat aku mengenjotkan batang kontolku kedalam liang memeknya. Aku mulai menggerakkan pantatku naik turun sehingga kontolku keluar masuk liang memek Tante Lia membuat Tante Lia terus mengerang merasakan nikmatnya enjotan kontolku tersebut. “Apakah kamu merasa nikmat sayang? Gimana rasanya memekku? Apakah kamu menyukainya? ” tanya Tante Lia sambil menatapku. “Ooooohhhh… Tante… memek Tante nikmat bangeeeettt… Niko ingin terus ngentoti memek Tante yang nikmat ini… Aaaahhhh… Sssshhhh… Oooohhh…” rintihku merasakan nikmatnya liang memek Tante Lia yang berkedut-kedut membuat kontolku serasa diremas-remas sambil terus mengenjotkan kontolku keluar masuk liang memeknya. Tente Nur memberi tanda agar aku menghentikan enjotanku. Dia memintaku untuk mencabut kontolku dari memeknya. Dengan masih diliputi kebingungan akupun mencabut kontolku. Tante Lia bangkit lalu nungging. “Ayo sayang… entoti memek Tante dari belakang…” pinta Tante Lia Pantat Tante Lia yang montok dan padat terlihat sangat menggemaskan. Diantara pantatnya yang montok itu, memeknya tampak merekah merangsang. Lalu Tante Lia menggenggam batang kontolku dan membimbingnya hingga kepala kontolku tepat menempel di permukaan liang memeknya. “Sekarang… dorong kontolmu sayang…” kata Tante Lia. Perlahan aku tekan pantatku. Bless… Blesss… Kontolku masuk ke liang memek Tante Lia. Kemudian aku mulai memompa kontolku di liang memek Tante Lia. Ternyata dalam posisi ini, liang memek Tante Lia terasa semakin sempit sehingga jepitannya terasa semakin erat. Dan gesekan kontolku dengan dinding didalam liang memek Tante Lia pun semakin terasa. Rasanya sungguh sangat nikmat. “Ooooohhhh… Taaaaaannn… memek Tante makin nikmaaaatttt… ssssshhhh… ooooohhhh… enak banget memek Tante…” erangku. Aku terus mengenjotkan kontolku keluar masuk liang memek Tante Lia sambil meremas pantatnya. Pemandangan pantat Tante Lia yang bergetar setiap kali beradu dengan pangkal kontolku membuatku makin bernafsu. Aku semakin mempercepat pompaan batang kontolku di dalam memek Tante Lia yang becek sehingga menimbulkan bunyi crop… crop… crop. “Sssssshhhh… sayang… Kapanpun kamu mau, akan saya berikan memekku untukmu… sayang… ssssssshhhh… Terus sodok yang kuat… Aaaaahhhhh… nikmat banget kontolmu sayang…” kata Tante Lia sambil menoleh ke arahku, sementara pantatnya digoyang dan diputar-putar mengimbangi pompaan kontolku. “Remass… Remass payudara Tante, Nik…” desah Tante Lia sambil meremas susunya sendiri. Aku pun segera menuruti kemauannya. Sambil memompa kontolku, tanganku segera memegang, meremas payudara dan memainkan putingnya bergantian. “Ooooohhh… sssshhhhh… aaaahhhh… nikmaaatt… Tante gak kuat… Tante mau keluaaaarrr… Ssssshhhh… Ooooohhhh…” jerit lirih Tante Lia sambil memegang tanganku yang sedang meremas-remas payudaranya, pantatnya terus bergoyang-goyang dan kedutan otot-otot liang memeknya semakin kuat. “Oooohh… Enak sekali, Taaaannn… Akuuuu… mau keluuuuaaarrr…” kataku sambil mempercepat gerakan kontolku karena sudah mulai terasa adanya tanda2 aku akan mendapatkan ejakulasiku seiring rasa nikmat yang aku rasakan. “Keluarkan saja di dalam memekku, sayang…” kata Tante Lia sambil mempercepat goyangan pantatnya. Empotan liang memeknya semakin kuat meremas batang kontolku yang berada di dalam liang memeknya sehingga semakin nikmat terasa oleh kontolku. Kupercepat enjotan kontolku keluar masuk memek Tante Lia sambil terus meremas payudaranya, lalu tak lama kemudian kudesakkan kontolku dalam2 ke memeknya. “Taaaaannnnn… Niko keluaaaar… Aaaaaahhhh…!!!” teriakku. Crooooot… croooot… crooot… spermaku menyembur sangat banyak di dalam memek Tante Lia seiring rasa nikmat yang kurasakan. Kontolku berkedut-kedut di dalam liang memek Tante Lia sampai semburan spermaku berhenti. “Oooohhhh… Ssssshhhh… sayaaaaannng… akuuuu… jugaaaa… keluuuuaaaarrr… ssssshhhhh… aaaaaahhhhh…!!!” teriak Tante Lia. Tubuhnya kejang-kejang akibat orgasmenya yang luar biasa nikmatnya. Ternyata disaat aku menyemprotkan spermaku, Tante Lia juga mencapai orgasmenya. Seeeeer… seeeer… seeeeeer… cairan orgasmenya menyiram hangat dan membasahi batang kontolku. Bagitu banyaknya cairan yang terkumpul didalam liang memek Tante Lia hingga sebagian meleleh keluar dari memeknya. Setelah memberikan waktu beberapa menit bagi Tante Lia untuk menikmati orgasmenya, kemudian aku mencabut kontolku dan akhirnya aku merebahkan diri di samping tubuh molek Tante Lia. Begitu kontolku lepas dari memeknya, Tante Lia langsung menggulingkan tubuhnya disampingku dan memelukku. “Terima kasih sayang… kontolmu benar-benar luar biasa… Tante puas banget… Belum pernah Tante merasakan kenikmatan orgasme seperti barusan yang Tante alami… Muuaah…” bisik Tante Lia sambil mencium lembut keningku. Sementara tangannya terus meraba batang kontolku yang mulai lemas. “Sama-sama… Tante juga hebat, memeknya sangat nikmat…” kataku balas memuji Tante Lia turun dari tempat tidur, lalu terdengar bunyi kecipak-kecipak air di kamar mandi, rupanya Tante Lia sedang membersihkan memeknya yang berlepotan dengan spermaku yang bercampur dengan cairan orgasmenya. Selesai dari kamar mandi, Tante Lia menghampiriku lagi dengan tubuh dibelit handuk. “Gimana? Enak kan rasanya ngentot dengan perempuan?” tanya Tante Lia sambil duduk di sampingku. “Enak sekali, Tan. Terima kasih. Tante telah mengajari aku nikmatnya ngentot memek perempuan. Selama ini aku hanya merasakan kenikmatan ejakulasi lewat onani, tapi kini aku dapat merasakan nikmatnya ejakulasi di memek Tante…” sahutku sambil tersenyum, “Tapi kalau Paman pulang, aku susah dapetin memek Tante…” kataku. “Tenang Nik. Kapanpun Niko pingin memek Tante, akan Tante berikan… tapi harus hati-hati, Nik. Di depan pamanmu jangan memperlihatkan sikap lain padaku. Seperti biasa saja. Pokoknya harus serapi mungkin” kata Tante Lia. Aku cuma mengangguk, sambil memperhatikan wajah Tante Lia. Sorot pandangannya memang jadi lain dari biasanya. Seperti mengandung arti yang mendalam. Senyumnya pun jadi lain. Mungkin itulah senyum seorang wanita yang telah mencapai kepuasan seksual. “Kenapa udah mau pakai celana lagi? Emang gak mau lagi?” kata Tante Lia dengan nada agak centil sambil memegang tanganku saat aku hendak mengenakan cdku. “Mau, tapi aku lapar, Tan. Kita makan dulu gimana?” ajakku “Kalau perut penuh, nanti bisa sembelit,” Tante Lia memelukku dengan hangatnya, “Mending kita bikin ronde kedua dulu yuk. Nanti kalau udahan, baru kita makan malam. Tante yakin kamu pasti masih kuat” katanya. Aku mengangguk sambil senyum. Cd tak jadi kupakai, lalu kulemparkan begitu saja ke lantai. Sementara itu Tante Lia pun membuka lilitan handuknya, sehingga tubuhnya bugil lagi di depan mataku. Sejenak kuamati tubuh Tante Lia yang mulus sekali. Payudaranya montok payudara. Kulit Tante Lia mulus dan bersih. Tidak ada noda setitik pun di tubuhnya. Hebat juga pamanku bisa mendapatkan wanita secantik dan semulus ini. Padahal saat itu usia pamanku sudah 50 tahun, sementara Tante Lia 20 tahun lebih muda darinya. Tante Lia langsung menelentang, seperti mengharapkan terkamanku. Dan aku memang menerkamnya. Meremas payudaranya yang masih kencang dan bahkan mengemut putingnya seperti bayi yang sedang menyusu pada ibunya. Tante Lia tersenyum-senyum sambil mengelus rambutku dengan lembut. Batang kontolku pun mulai menegang lagi. Tante Lia tahu itu, karena tangannya terus-terusan memegang batang kontolku dan terkadang meremasnya dengan lembut. “Ayo… masukkan lagi kontolmu Nik…” pinta Tante Lia sambil meraih batang kontolku dan diarahkan tepat di celah memeknya yang sudah basah itu. Tante Lia lalu memberi isyarat agar aku mendorong batang kontolku. Kuikuti isyaratnya itu. Kudorong batang kontolku sekuat mungkin. “Ouw… Oooh… sedikit-sedikit, Nik. Jangan disekaliin… sakit… penis kamu gede sekali sih…” teriak Tante Lia sambil meringis. Aku cabut kontolku dari liang memek Tante Lia lalu aku gesek2an kepala kontolku ke itil Tante Lia beberapa kali hingga memeknya semakin basah dan terasa licin. “Ooooohhh… nah… gitu… sayang… iya… gesek-gesek sayang… iya… ooooohhhh….” desah Tante Lia merasakan nikmatnya gesekan kepala kontolku di itilnya yang semakin membengkak itu. Kemudian aku selipkan kepala kontolku di belahan memek Tante Lia dan aku tekan perlahan-lahan batang kontolku hingga amblas masuk kedalam liang memek Tante Lia. “Aaaaaahhhh… sayaaaangg… enak sayaaaaang…” erang Tante Lia merasakan nikmatnya gesekan batang kontolku pada dinding liang memeknya. “Ngentot denganku sama ngentot dengan paman enakan mana Tan?” bisikku sambil terus mengenjotkan batang kontolku keluar masuk liang memek Tante Lia. “Jauh sayang. Ngentot dengan kamu jauh lebih enak… soalnya kontolmu keras sekali… panjang dan gede banget… aaaaaahhh… bisa2 aku jadi ketagihan ****** kamu Nik…” jawab Tante Lia. Kemudian bibir kami saling lumat. “Ruuuuuddd…. ooooooh… enak sekali sayang… sssssshhhh… ooooohhh… kayaknya aku sudah mau keluaaaaar…” terdengar lagi desahan-desahan histeris Tante Lia, ketika bibirnya lepas dari lumatanku. Sulit melukiskannya dengan kata-kata, betapa nikmatnya saat batang kontolku sudah mulai mengenjot-enjot dalam jepitan liang memek Tante Lia yang cantik dan mulus itu. Kedutan-kedutan memek Tante Lia semakin sering terasa. Liang memek Tante Lia serasa memijit-mijit batang kontolku sehingga membuat akupun mulai merasakan kalau sebentar lagi spermaku juga akan keluar. “Ssssshhhh… aaaaaahhhhh… Tanteeeeee… akkkuuu… jugaaaa…. mau keluuuuaaaarrrr…” aku mengerang. “Enjotan yang cepat sayang… ayo sayang… kita bareng2 keluar… aaaaaahhh… sssssshhhh… enak sekali sayang…” erang Tante Lia. Kuikuti keinginan Tante Lia. Kupercepat gerakan pantatku maju mundur dan enjotan batang kontolku keluar masuk liang memek Tante Lia. “Aaaaaahhhh… Taaaaaannnn… akuuuuuu… keluuuuuaaaarrr…!!!” teriakku. Kutancap batang kontolku sekuat mungkin, sampai terbenam sepenuhnya di dalam liang memek Tante Lia. Aku pun mendekap tubuh Tante Lia sekencang mungkin. Crooooottt… croooottt… croooottt… kontolku menyemprot-nyemprotkan spermaku di dalam liang memek Tante Lia. “Oooooohhhh… Ruuuudiiii… akuuuuu… juuugaaa… keluuuuaaaarrr… aaaaahhhhh…!!!” jerit Tante Lia. Dia mencapai orgasmenya. Tubuhnya mengejang sambil mendekapku erat sekali. Seeeeerrrr… seeeeerrr… seeeerrr… semburan cairan orgasmenya menyiram hangat batang kontolku. Kami saling berdekapan dengan erat, kemudian kami terkapar di atas tempat tidur dengan kepuasan yang tiada taranya. Tante Lia kemudian bercerita mengenai kehidupan seksualnya dengan Paman. Sudah hampir satu tahun ini dia tidak merasakan nikmatnya orgasme dari persetubuhannya dengan Paman. Akibat penyakit gula yang dideritanya, Paman tidak dapat lagi memberikan kepuasan seksual kepadanya. “Ngentot dengan Pamanmu sebulan 2 kali sudah cukup bagus, karena seringnya cuma sekali sebulan.<br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgA3GVUiFnxuU_iiW7ka6iyASHIHGn8ekptSeFPkaG_Wy-FzKgk1WCb9NiNqcaPigra3yyE-Q10Wxuvu7oSi5uK2Eys32Kp3ZcNhV4TaqNYFGruut8bkNKBwiBf0cfSektmYscjU2eOSrA/s1600/enak15.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgA3GVUiFnxuU_iiW7ka6iyASHIHGn8ekptSeFPkaG_Wy-FzKgk1WCb9NiNqcaPigra3yyE-Q10Wxuvu7oSi5uK2Eys32Kp3ZcNhV4TaqNYFGruut8bkNKBwiBf0cfSektmYscjU2eOSrA/s640/enak15.jpg" width="506" /></a></div><div style="float: none; margin: 10px 0 10px 0; text-align: center;"><center><center></center><center> </center><table><tbody><tr> <td><br /></td></tr></tbody></table></center><center><center></center><center> </center><table><tbody><tr> <td><br /></td></tr></tbody></table></center>penis Pamanmu kalau berdiri nggak bisa keras dan baru sebentar main kontolnya sudah ejakulasi” kata Tante Lia. “Makanya saat melihat tonjolan kontolmu yang besar dari balik celana boxermu tadi, nafsuku langsung bangkit. Dan ternyata kontolmu memang sangat gede dan panjang, Nik. Memekku seperti mau jebol rasanya. Dan luar biasa… belum pernah aku merasakan bersetubuh yang senikmat ini…” bisiknya lirih sambil menikmati sisa2 orgasmenya. Aku tersenyum dengan perasaan bangga. Kemudian mengikuti langkah Tante Lia ke dalam kamar mandi. Kami sama2 mencuci kemaluan kami. Keluar dari kamar mandi, Tante Lia menutup tubuhnya dengan kimono tanpa mengenahan BH dan CD. Begitu pula denganku yang mengenakan celana boxer dan tanpa memakai CD. Kemudian kami sama-sama melangkah ke ruang makan. “Mau dibikinin nasi goreng?” tanya Tante Lia sambil melingkarkan lengannya di leherku, dengan sikap yang mesra sekali. “Boleh, kalau Tante Lia gak capek” sahutku sambil tersenyum. Tante Lia mencium bibirku dengan mesra, membuat hatiku berdenyut. Karena malam ini sangat lain dari biasanya. “Kuat berapa kali lagi malam ini?” tanya Tante Lia dengan lengan tetap melingkari leherku. Dengan tatapan yang menggoda. “Nggak tau Tan. Kan aku juga baru pertama kali ngentot dengan dengan perempuan. Emang biasanya kalau cowok sebaya aku kuat berapa kali?” tanyaku “Empat atau lima kali juga bisa. Tapi Tante Lia pasti kepayahan. Tante Lia kan bukan remaja lagi” jawab Tante Lia sambil melepaskan rangkulannya dan melangkah ke dapur. Sebentar kemudian Tante Lia sudah menghidangkan nasi goreng untukku. Ada 2 sendok dan 2 garpu dalam satu piring dan nasi gorengnya pun banyak. “Mau sepiring berdua, sayang?” Tante Lia mengecup pipiku. Aneh, ada getaran khusus di hatiku. Senang rasanya diperlakukan mesra seperti itu oleh Tanteku. Layaknya sepasang kekasih, kami lalu makan di piring yang sama. Terkadang saling pandang dan tersenyum. “Malam ini aku tidur disini ya Tan?” pintaku setelah nasi goreng habis dilahap oleh kami berdua. “Dengan senang hati,” jawab Tante Lia, “Nanti biar aku kasih tahu mamamu kalau kamu malam ini nginap disini” lanjutnya. Selesai makan nasi goreng, untuk pertama kalinya aku tidur bersama Tante Lia. Tentu bukan cuma tidur. Kami lakukan lagi persetubuhan yang ketiga kalinya. Yang ketiga ini lebih edan-edanan. Kami bergulingan, saling remas, saling lumat dan kembali mengatur supaya mencapai titik kepuasan dalam waktu berbarengan. Ketika batang kontolku sedang menyemprot-nyemprotkan spermaku di dalam liang memek Tante Lia, terasa benar liang memek itu pun berkedut-kedut, sebagai pertanda bahwa Tante Lia pun sedang merasakan nikmatnya orgasme. Kami sama-sama terkapar dalam kepuasan. Lalu kami tertidur sambil saling berpelukan dalam keadaan sama-sama telanjang bulat. Begitu nyenyaknya aku tidur, sehingga tak peduli lagi pada tubuhku yang tidak ditutupi sehelai benang pun. Bahkan selimut pun masih terlipat dengan rapi, tidak kami pakai untuk menyelimuti tubuh bugil kami. Tapi pagi-pagi sekali, ketika hari masih gelap, aku merasakan sesuatu yang lain pada batang kontolku. Ada elusan yang luar biasa enaknya, sehingga aku membuka mataku perlahan. Ternyata Tante Lia sedang menyelomoti batang kontolku. Aku terdiam dan berpura-pura tetap tidur. Tapi batang kontolku mulai menegang lagi. Ah, gila… permainan bibir dan lidah Tante Lia terasa begitu enaknya, sehingga nafsu birahiku bergejolak lagi dengan hebatnya. Kemudian Tante Lia berjongkok dengan kakinya berada di kanan kiri pinggulku. Rupanya Tante Lia sedang berusaha memasukkan batang kontolku ke dalam memeknya. Blesss…. batang kontolku terbenam lagi di dalam liang memek Tante Lia, disusul dengan penjatuhan dada Tante Lia ke atas dadaku, sehingga aku pun membuka mataku. Tante Lia menggerak-gerakkan pantatnya naik turun, sehingga batang kontolku jadi keluar masuk di dalam mliang memek Tante Lia yang terasa hangat ini. Dinginnya udara pagi tak terasa lagi. Kehangatan dan kenikmatan membuatku mulai berkeringat. Dan diam-diam aku teringat sebuah artikel yang mengatakan bahwa bersetubuh menjelang pagi sangat enak rasanya. Kini aku mengalaminya dan merasakan nikmatnya. Pada saat tubuh sedang segar-segarnya, setelah semalaman istirahat, aku mendapat “santapan pagi” yang sungguh lezat rasanya. Tante Lia tambah merangsangku dengan kata-katanya, “Enak ya ngentot subuh-subuh gini?” desisnya sambil mempergila ayunan pinggulnya. Sehingga batang kontolku seperti dibesot-besot ke atas ke bawah ke kanan ke kiri. “Iya Tan,” sahutku mengimbangi, “ternyata memek Tante Lia enak sekali…” “Kontol kamu juga enak, sayang. Pamanmu kalah jauh… dudududuuuuuuhhhhh… enak sekali sayang… aaaahhhh… aku bisa jadi tambah sayang sama kamu Nik…” kata Tante Lia. “I… iii… iya Tan… mmmmmmh… enak Tan… ooooh… ssshhhhh… aaahhhh…” erangku. Tiba-tiba Tante Lia menghentikan ayunan pinggulnya dan memeluk tubuhku erat-erat. “Ruuuuuudddd… akuuuuuu… keluuuuuaaaarrr…!!! ssssshhhhh… aaaaaahhhh… nikmaaaaaatttt… banget Ruuuuuddddd…!!!” jerit Tante Lia mendapatkan orgasmenya yang pertama di pagi itu. Seeeeerrr… seeeerrrr… seeeerrrr… cairan orgasmenya menyembur banyak sekali menyiram hangat batang kontolku yang masih terbenam di liang memeknya dan liang memeknyapun berkedut-kedut kuat sekali. Setelah beristirahat sejenak, menyadari batang kontolku yang masih keras di liang memeknya, Tante Lia mengeluarkan kontolku dari dalam memeknya. “Ganti posisi, Nik. Kamu yang di atas” pinta Tante Lia sambil merebahkan tubuhnya di sampingku. Namun kali ini Tante Lia terlentang sambil mengganjal pinggulnya dengan bantal. Lalu kedua kakinya direntangkan lebar-lebar. Sehingga kemaluan Tante Lia tampak merekah, tampak kemerahan bagian dalamnya. “Supaya apa diganjal bantal gitu Tan?” tanyaku polos. “Biar ****** kamu bisa masuk semuanya” jelas Tante Lia lalu tersenyum sambil mengelus memeknya sendiri. “Oya? tanyaku dengan keheranan. “Iya sayang… cobalah… pasti beda rasanya” jawab Tante Lia. Aku tersenyum, lalu mengikuti petunjuk Tante Lia, memasukkan batang kontolku ke dalam memeknya yang sudah sangat basah itu. Kemudian aku menahan tubuhku dengan kedua tangan tertekan di kanan kiri Tante Lia, seperti tukang becak yang sedang memegang stang becaknya. Gila, Tante Lia benar. Dengan cara seperti itu sensasinya sungguh luar biasa. Rasanya batang kontolku amblas sepenuhnya ke dalam liang memek Tante Lia yang mencuat ke atas itu. “Duuuuuuuh… sudah masuk, Nik…??!!! Iya… ooooohhhh… kontolmu emang gede sekali, Nik. Sampai seret begini rasanya… ooooohhh… enak bangeeeetttt… ssssshhhh… ooooohhhh…” bisik Tante Lia terengah-engah sambil mendekapku erat2. “Aaaahhh… nikmat sekali Taaaaaan… lebih mantap rasanya…” cetusku sambil mengayun batang kontolku. Tante Lia pun mengangkat kakinya sampai melewati bahuku dan menggantung kakinya di bahuku. Dengan begitu aku semakin leluasa menggerakan batang kontolku dan membenamkannya dalam2 di liang memek Tante Lia. Sampai fajar menyingsing, aku masih mengayun batang kontolku. Keringat pun mulai bercucuran, berjatuhan ke perut dan dada Tante Lia. Ooooohhh… sungguh pagi yang indah sekali. Aku terus mengenjotkan batang kontolku, sambil mempermainkan payudara Tante Lia yang montok dan masih sangat kencang itu. Tante Lia menikmati semuanya dengan ganasnya. Pinggulnya bergoyang-goyang erotis sekali, meliuk-liuk dengan gerakan seperti angka 8, membuat batang kontolku seperti dibesot-besot dengan nikmatnya di dalam liang memeknya. Aku pun terpejam-pejam saking enaknya. Pada satu saat Tante Lia merengkuh leherku, kemudian menciumi bibirku, bahkan lalu melumatnya dengan penuh gairah. Aku pun tak tinggal diam. Kulumat juga bibir dan lidah Tante Lia yang terasa hangat ini. Sementara gerakan batang kontolku semakin cepat bergerak maju mundur dan keluar masuk di dalam jepitan liang memek Tante Lia. Sehingga gak lama kemudian, tubuh Tante Lia kembali mengejang sambil memeluk erat tubuhku. “Aaaaaaahhhhhh… akkkuuuuu… keluuuuaaaarrrr… laaaaagiii… Ruuuuudddd… sssssshhhhhhh…. ooooohhhh… enaaaaaakkkkk… Ruuuuuuddddd…. sssssshhhhh… aaaaaaahhhhh…..!!!” teriak Tante Lia mendapatkan orgasmenya yang kedua. Seeeeerrr… seeeerrrr… seeeerrrr… cairan orgasmenya kembali menyiram batang kontolku. Liang memeknyapun berkedut-kedut kuat sekali lebih kuat dari yang pertama tadi. Aku merasa bangga, karena dalam senggama di pagi ini aku berhasil membuat Tante Lia dua kali orgasme. Aku memang jadi tangguh sekali. Karena dalam semalaman sampai pagi ini aku telah bersetubuh empat kali dengan Tante Lia. Tapi aku kasihan melihat Tante Lia yang seperti sudah kepayahan disetubuhi olehku. Maka sambil menikmati empotan memek Tante Lia yang luar biasa nikmatnya itu, aku berkonsentrasi agar cepat ejakulasi. Akhirnya dengan sekali hentakan, aku membenamkan batang kontolku sedalam mungkin, sampai menyentuh dasar liang memek Tante Lia. Croooottt… crooottt… croooottt… bersemburanlah spermaku dari kontolku, memancar-mancar di dalam liang memek Tante Lia. “Ssssssshhhhh… aaaaaaahhhh… Tanteeeeeeee… akuuuuu… keluuuuaaaarrr…!!! Nikmaaaaattt… sekaaalliii… Taaaaannn…!!!” aku mengerang merasakan nikmatnya ejakulasiku. Aku pun lalu ambruk ke dalam dekapan Tante Lia. “Aduuh… gila kamu kuat banget, sayang…” kata Tante Lia sambil mencium pipiku. “Tadi sebenarnya masih bisa bertahan, tapi kasihan Tante Lia sudah ngos-ngosan gitu” kataku sambil mempermainkan payudara Tante Lia yang masih dibasahi keringat. Aku diam dan seluruh badanku terasa lemas. “Ayo Nik kita mandi dulu biar segar” Tante Lia mengajakku mandi. ajak Aku memang berkeinginan mandi, segera kusambut tawarannya sambil menggoda. “Tante, aku dimandiin dong?” kata manja. “Ala kamu genit juga, beres deh ntar Tante mandiin” jawab Tante Lia sambil bangkit dari tempat tidur menuju kamar mandi, akupun mengikutinya dari belakang. Di kamar mandi, Tante Lia mengguyur seluruh badanku dengan air hangat yang mengucur lewat dari shower. Tangannya trampil sekali menyabuni seluruh bagian tubuh belakangku. Aku yang dalam keadaan telanjang seperti bayi yang sedang dimandikan oleh Tante Lia. “Sekarang bagian depannya, Nik” perintah Tante Lia. Ketika aku berbalik menghadap Tante Lia. Sepasang payudara yang besar dan montok itu menggantung indah di dada Tante Lia, kini tepat didepan mukaku. Kedua putingnya yang besar terlihat merah kecoklatan. Aku tidak bisa menahan nafsu segera kuraih kedua payudara Tante Lia dan kuremas-remas. Tante Lia diam saja dan masih terus menyabuni tubuh bagian depanku. Saat putingnya aku pelintir-pelintir Tante Lia mulai mendesis. Kupeluk tubuh Tante Lia yang montok dan lehernya kuciumi lalu kedua putingnya aku hisap-hisap. Sementera itu kontolku yang sudah ngaceng kembali menerjang-nerjang bagian memek Tante Lia. Tangan Tante Lia kemudian meraih batang kontolku dan dikocoknya dengan lembut sehingga bantang kontolku jadi semakin besar dan keras. Aku semakin bernafsu dan ingin segera menyarangkan kontolku ke dalam memek Tante Lia. Aku merendahkan badanku dan Tante Lia kusenderkan ke dinding kamar mandi. Kuarahkan kepala kontolku ke gerbang liang memek Tante Lia lalu pelan-pelan aku tekan sampai tenggelam seluruhnya ke dalam liang memeknya. Rasanya nikmat sekali dan Tante Lia memelukku erat sekali. Tante Lia mulai mendesah dan menikmati goyanganku. “Oooouuhhh… sayaaaangggg… ooooouuhhh… besarnya kontolmu… aaauuuuff… tariiiikhh… aaaaahh… enaaaakkk… teeekaaaan lagiii… aaaahhhh… niiiiikmaaaattttt… uuuuhhhh… pelan sayaaaaanggg… oooouuuffff… enaaaknyaaaa… ooooooohhhhhh… saayaaaang…” tak henti-henti Tante Lia memuji kenikmatan dari ****** besarku yang kini menggesek dinding-dinding liang memeknya. Rintihan Tante Lia membuatku semakin bersemangat untuk memompa kontolku semakin cepat. Tante Lia mengangkat kaki kirinya dan dilingkarkan ke pinggangku sehingga aku makin leluasa memompa memek Tante Lia. “Ooooohhhh… Ruuuudd… kontolmu enak banget Nik, memekku rasanya sesak banget diganjel sama batang kontolmu yang sanagt gede… aduuuuuh… terus Nik enak banget” kata Tante Lia sambil terus merintih. Aku terus memompa kontolku didalam liang memek Tante Lia sambil mulutku menciumi leher dan telinga Tante Lia. Tante Lia memelukku erat sekali. “Sayaaaanngggg… ooouuhhhh… terussshhhh… Ruuuuud… aaahhhhh… ennaaakkk… akkuuuu nggaaaaaakk taaaaahaaannn… akkuuuu… keluuuuuaaaarr… keeeeeeeeelllllluuuuuaaarrr… aaahhhhhhh…!!!” jeritan panjang Tante Lia diiringi hempasan keras pangkal pahanya kearah kontolku. Kira-kira semenit kemudian badan Tante Lia ambruk dalam pelukanku. Nafasnya tersenggal-senggal, tubuhnya lemas lunglai. Kontolku yang masih mengeras mengganjal dalam liang memeknya yang banjir. “Aduh Nik, nikmatnya sayang… aku puas sekali… kamu makin pinter aja mainnya sampai aku lemes banget “ kata Tante Lia. Dia mencapai orgasmenya dan memeknya terasa berkedut-kedut kuat sekali. Gerakanku ditahannya dan dia memelukku erat sekali. Sementara itu aku sedang tanggung, lalu Tante Lia kuminta membungkuk membelakangiku. Pantatnya yang bahenol sunguh sangat mempesona , batang penis ku arahkan masuk ke memeknya dari arah belakang. Dan kemudian seluruh batang kontolku sudah tenggelam di dalam liang memek Tante Lia. Aku kembali menggenjot dengan menabrak-nabrakkan pangkal pahaku dengan bongkahan pantat Tante Lia yang tebal. Pemandangan pantat Tante Lia yang bergetar setiap kali kutabrak membuatku semakin bernafsu. Aku terus mempercepat pompaanku hingga kemaluan kami berbunyi. Tante Lia kelihatannya naik lagi nafsunya, dia memutar-mutar pantatnya sehingga batang kontolku seperti diremas. Aku memperpelan gerakanku menyesuaikan dengan putaran pantat Tante Lia yang sangat mengagumkan. Aku mulai merasa akan mencapai ejakulasi maka hunjamanku kubenamkan dalam2 dengan gerakan keras. “Aaagghhhhh… Taaaaannn… aaakuuuu… kelluaaar… enaaakk sekaliii… aaaagghhh…!!!” aku mengerang keenakan. Dalam waktu tidak berapa lama aku menyemprotkan spermaku di dalam liang memek Tante Lia. Kontraksi kontolku nampaknya menambah rangsangan di memek Tante Lia sehingga dia menggerakkan pantatnya tidak beraturan sampai kemudian tangannya menarik badanku rapat ke tubuhnya. “Uughhh… hhmmm… aku keluar jugaa… aaagghh… enaaakk… uughh” Tante Lia menjerit keras sekali. Memeknya kembali berdenyut dan kali ini lebih lama dari yang pertama tadi. Tante Lia kembali memujiku, katanya permainan semakin luar biasa, karena dia bisa sampai merasakan kenikmatan dua kali. Yang terakhir kata dia nikmat sekali sampai tubuhnya hampir-hampir tidak kuat berdiri. Kami mandi bersama dan setelah mengeringkan badan, kami berpakaian. Aku ke ruang tengah, sementara Tante Lia ke dapur menyiapkan makan buat kita berdua. Setelah sekitar setengah jam, Tante Lia mengajakku makan bersama. Sehabis makan, karena capeknya tubuhku, aku tertidur di sofa. Menjelang tengah hari aku terbangun. Melihat hari sudah siang, aku berpamitan ke Tante Lia untuk pulang ke rumah. SEJAK peristiwa indah itu, aku dan Tante Lia selalu melampiaskan nafsu birahi kami. Kapan saja aku mau, Tante Lia selalu siap meladeniku. Bagitupun denganku. Kapanpun Tante Lia menginginkanku, akupun selalu siap melayaninya.</div>Cerita Seruhttp://www.blogger.com/profile/11284718548711892644noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6786224700136029903.post-45406078781172383542017-11-18T01:16:00.000-08:002017-12-07T06:53:54.983-08:00Hadiah Ulang Tahun Dari Mama<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjuB8gOnLqIWtiNS6vAyfgIuF6qAZMu9w8R7xYsh02g6UsfsjV4sCiQQQMVPTmMl8zdqSgd2wH9u773sbK6mByaNUlsru36y1shDRg4xKjG2x0hyN2M6wfv2Dg_Gi4sO5alA56F9SZ7WcA/s1600/Koleksi+Foto+Ngentot+Memek+Berbulu+Hitam+Cewek+Jepang+1.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjuB8gOnLqIWtiNS6vAyfgIuF6qAZMu9w8R7xYsh02g6UsfsjV4sCiQQQMVPTmMl8zdqSgd2wH9u773sbK6mByaNUlsru36y1shDRg4xKjG2x0hyN2M6wfv2Dg_Gi4sO5alA56F9SZ7WcA/s640/Koleksi+Foto+Ngentot+Memek+Berbulu+Hitam+Cewek+Jepang+1.jpg" width="424" /></a></div>P<span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt;">erkenalkan namaku Toni. Well, langsung saja kali ya. Ceritaku ini bermula kira-kira 5 tahun yang lalu. Saat itu umurku masih 16 tahun, yah mendekati 17 tahun. Aku ingat betul karena ceritaku ini terjadi berdekatan dengan ulang tahunku, dan mungkin sedikit berhubungan dengan ulang tahunku itu.<br />Hari itu adalah tepat satu hari sebelum hari ulang tahunku yang ke 17. Saat itu aku dan Mamaku sedang makan malam berdua. Oh iya ada yang hampir kulupakan. Sejak umur 15 tahun aku tinggal berdua dengan Mamaku. Orangtuaku bercerai ketika aku berumur 15 tahun. Dan aku memilih untuk ikut Mama. Entah kenapa tapi sejak kecil aku memang lebih dekat ke Mama. Mungkin karena Mama sangat sayang kepadaku.<br /><a href="http://mamacest.blogspot.co.id/2012/05/hadiah-ulang-tahunku.html" name="more"></a><br />Aku dan Mama tinggal di sebuah rumah yang lumayan besar. Maklumlah, Kakekku (dari pihak Mama) adalah pengusaha yang sangat sukses. Dan Mama adalah penerusnya. Oh iya sebagai gambaran, saat itu Mamaku masih berusia 33 tahun. Hari ulang tahun Mama terpaut dua minggu dari hari ulang tahunku. Mama mempunyai wajah yang sangat cantik. Berkulit kuning langsat yang menambah kecantikannya. Dengan tinggi dan berat sekitar 165 cm dan 45 kg membuat Mama terlihat sangat ideal. Sedangkan buah dada Mama kuperkirakan berukuran 36 yang nantinya ternyata terbukti perkiraanku salah.<br />Kembali ke cerita awal. Pada saat asyik-asyiknya aku melahap makan malamku, Mama tiba-tiba berkata, “Ton, besok kamu kan ulang tahun.”<br />Aku yang lagi enak-enaknya makan sih hanya mengangguk saja. Melihat aku yang tidak begitu menanggapinya, Mama berkata lagi, “Kalo Mama nggak salah umurmu udah 17 tahun kan?”<br />Dan seperti tadi, aku pun hanya mengangguk-angguk saja sambil tetap melahap makanan di depanku.<br />“Ton, Mama ingin ulang tahunmu besok menjadi ulang tahun yang berkesan buatmu. Jadi kamu boleh meminta kado apa saja yang kamu mau.”<br />Aku yang mulai tertarik dengan ucapan Mama pun bertanya, “Apa saja Ma..?”<br />“Iya, apa saja yang kamu mau,” jawab Mama.<br />Dengan hati-hati aku bertanya lagi, “Ma, Toni kan udah gede.”<br />“Betul, Mama tau itu. Lalu..?” tanya Mama penuh selidik.<br />“Toni rasa udah waktunya Toni tau yang namanya.. seks. Aku pingin rasain ngentot sama mama.” kataku dengan hati-hati.<br />Kulihat Mama agak terkejut dengan perkataanku barusan. Tapi setelah dapat menguasai keadaan, Mama pun tersenyum sambil bertanya, “Apa nggak ada kado lain yang lebih kau inginkan dari pada itu, Ton..?”<br />“Tadi Mama bilang boleh minta apa saja, kok sekarang jadi menolaknya. Kalo Mama nggak mau ya udah. Beri aja Toni kado sweater atau baju seperti ulang tahun Toni yang udah-udah.” kataku dengan wajah agak muram.<br />“Tu… Tunggu dulu donk Sayang. Kan Mama belon bilang mau apa nggak. Jadi jangan ngambek dulu donk.” kata Mama dengan wajah sabar.<br />“Jadi.. boleh nggak, Ma..?” tanyaku dengan tidak sabar.<br />“Ya gimana juga tetep saja nggak boleh. Tapi, gimana ya? Kita lihat nanti saja deh.” jawab Mama.<br />“Terima kasih Ma. Toni sayang banget sama Mama.” jawabku dengan antusias.<br />Waktu yang ditunggu-tunggu pun tiba. Seperti malam kemarin, aku dan Mama lagi makan malam berdua. Malam itu Mama terlihat cantik sekali.<br />Mama tiba-tiba berkata, “Ton, kamu Kamu beneran serius pingin minta kado ngentot sama mama?” tanya Mama dengan sedikit terlihat salah tingkah.<br />Aku yang memang sudah ingin langsung saja menjawab, “Iya, ma. Emang boleh?”</span><br /><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt;">Mamaku jadi terlihat kebingungan setelah itu. Namun, setelah selesai makan Mama menggandengku ke ruang televisi.<br />“Duduk di sini Sayang. Tunggu sebentar ya..!” kata Mama sambil menyuruhku duduk di permadani.<br />Mama lalu masuk ke kamarnya. Tidak lama kemudian Mama keluar dari kamar. Aku terkejut, karena sekarang Mama hanya memakai baju tidur yang sangat seksi dan menonjolkan setiap lekuk tubuhnya. Di tangannya, Mama memegang beberapa buah CD. Mama lalu menuju ke VCD player lalu memasang CD yang dibawanya.<br />Setelah diputar, ternyata itu adalah VCD XX, VCD yang pertama kuingat berjudul ‘Chow Down’. Setelah duduk di sebelahku, Mama memandangiku sambil berkata, “Ton, mama gantiin hadiahmu dengan ini mau nggak?” tanya Mama.<br />“Cuma nonton film bokep ma? Ahh… itu sih sudah sering ma. Aku pinginnya ngentot sama mama” jawabku.<br />Mama semakin terlihat bingung dengan kata-kataku yang makin berani. Tapi tak berapa lama, mama mendekatkan wajahnya ke wajahku. Lalu sedetik kemudian Mama mulai mencium bibirku. Dengan refleks aku pun membalas ciumannya. Dan tidak lama kedua lidah kami pun bertautan.<br />“Mmmh.. mmhh.. mm..” hanya desahan saja yang terdengar kini dengan diiringi desahan-desahan dari film yang diputar di TV.<br />Aku memeluk Mama erat-erat sambil tetap berciuman. Mama pun terlihat sudah sangat terangsang.<br />Tidak lama tanganku pun mulai menggerayangi tubuh Mama. Tangan kiriku mulai meremas-remas payudara Mama dari luar baju tidurnya. Sedangkan tangan kananku mulai meraba-raba selangkangan Mama.<br />“Ahh..!” teriak Mama ketika tanganku menyentuh vaginanya.<br />Setelah sekitar 20 menit kami saling berciuman dan saling meraba, Mama melepaskan pelukan dan ciumannya. Lalu Mama menuntun tanganku untuk membuka bajunya. Tanpa diminta dua kali, tanganku pun mulai beraksi melepas baju tidur Mama dari tubuhnya. Sekarang Mama hanya memakai BH dan celana dalam saja. Mama tersenyum padaku lalu mendekatiku. Dan tidak lama, tangan Mama mulai berusaha melepas pakaian yang kukenakan. Aku hanya menurut saja diperlakukan begitu. Dan kini pun hanya tinggal CD saja yang melekat di tubuhku.<br />Dengan tubuh yang sama-sama setengah telanjang, aku dan Mama kembali berpelukan sambil berciuman. Hanya desahan saja yang terdengar di ruangan. Lalu perlahan tanganku membuka kaitan BH Mama. Melihat aku yang kesulitan membuka BH-nya, Mama tersenyum, lalu tangannya membantuku membuka BH-nya. Sekarang buah dada Mama yang indah itu pun terpampang jelas di depanku.<br />“Tetek Mama gede banget sih. Toni suka deh,” kataku sambil meraba payudara Mama.<br />“Dasar nakal. Pinter banget kamu ngerayu. Sekali lagi mama tanya. Kamu serius dengan permintaanmu ini, sayang?”</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt;">“Lha boleh nggak ma? Kalo nggak boleh ya sudah.” tanyaku balik sambil menggerutu.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt;">Untung jawaban mamaku adalah menaruh jemari tanganku di bulatan payudaranya. Dan itu membuatku jadi paham dengan jawaban mamaku. <br />Tanpa dikomando dua kali, aku langsung saja menjilati payudara Mama yang sebelah kanan. Sedangkan tangan kananku meremas-remas payudara Mama yang sebelah kiri.<br />“Aahh.. Ohh.. *****..!” teriak Mama ketika buah dadanya kujilat dan kusedot-sedot.<br />Secara bergantian payudara Mama kusedot dan kujilati, sedangkan tangan kanan Mama meremas-remas batang penisku dari luar CD-ku. Dan tanpa sadar, Mama berusaha melepaskan CD-ku. Aku pun tidak mau kalah. Setelah puas menggarap payudara Mama yang besar itu, aku pun berusaha melepaskan CD Mama. Melihat kelakuanku yang tidak mau kalah, Mama hanya tersenyum saja. Sesaat kemudian kami berdua sudah telanjang bulat. Aku hanya dapat menelan ludah melihat tubuh indah Mama. Di selangkangan Mama, terlihat bulu-bulu yang tertata rapi membentuk segitiga.<br />“Ton, kontol kamu gede banget.” kata Mama takjub melihat batang penisku yang sudah menegang.<br />“Masa sih Mam..?” tanyaku seakan tidak percaya, </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt;">“Perasaan jauh lebih gede dari punya papamu.”</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt;">“Tapi tetek Mama juga gede kok. Emang tetek Mama itu ukuran berapa..?” tanyaku lagi.<br />“Ukuran 34B, emang kenapa sayang..?” tanya Mama.<br />“Hah… ternyata lebih kecil ya?” jawabku, dan tanganku kembali meremas payudara Mama sambil menggigitnya.<br />“Aauwww..!” teriak Mama, “Sakit sayang, masa tetek Mama digigit..?” kata Mama manja.<br />“Ma’af, Ma. Toni sudah nggak sabar ma.” jawabku sekenanya.<br />“Nggak apa-apa kok sayang. Tapi jangan kenceng gitu dong sayang. Sekarang lakukanlah apa yang kamu mau dari mama. Kamu percaya kan kalo mama sayang banget sama kamu?” kata Mama sambil tangan kanannya masih meremas-remas kemaluaku.<br />Aku hanya menjawab anggukan saja. Dan tidak lama Mama pun berjongkok, lalu tersenyum. Mama mendekatkan wajahnya ke kemaluanku, lalu mulai mengeluarkan lidahnya.<br />“Uuhh.. aahh.. enak Mam..!” aku berteriak ketika lidah Mama mulai menyentuh kepala penisku.<br />Mama masih menjilati penisku, mulai dari pangkal sampai ujung kepala penisku. Dan kedua bijiku pun tidak terlewatkan oleh lidah Mama. Aku hanya memejamkan mata sambil mendesah-desah memperoleh perlakuan seperti itu.<br />Setelah sekitar sepuluh menit, aku merasa kemaluanku berada di sebuah lubang yang hangat. Aku pun membuka mataku dan melihat ke bawah. Ternyata sekarang separuh penisku sudah masuk ke mulut Mama.<br />“Aahh.. oohh.. yeeahh.. enaakk ba..nget Maa..!” teriakku lagi.<br />Kuperhatikan penisku diemut-emut oleh Mama tanpa mengenai giginya sedikit pun. Lidah Mama bergerak-gerak dengan lincah seperti ular.<br />Dan sekarang kulihat Mama menyedot-nyedot bulu kemaluaku seperti mau dikeramasi.<br />“Maa.. enak Maa..!” aku hanya dapat berteriak.<br />Aku merasa ada yang mau keluar dari penisku, aku tidak tahan lagi, dan seerr.. Aku kaget juga, meski sebelumnya aku sudah sering keluar sperma dari tiap onaniku sambil membayangkan bercinta dengan mamaku.<br />“Wah, ma’af Ma. Toni nggak sengaja.” kataku buru-buru dengan napas yang masih terengah-engah.<br />Tapi apa yang terjadi, Mama malah menjilati air maniku yang berleleran. Gila.., sensasi yang kurasakan sangat luar biasa. Dan tiba-tiba Mama menyuruhku menggendongnya ke atas sofa. Setelah kududukkan dia, batang penisku dikocok-kocok lagi di depan wajahnya, terus disedot-sedot seperti makan es krim.<br />“Ayo Sayang..! Kamu pingin masukin kontolmu ke memek mama kan?” kata Mama.<br />Aku kaget juga. Tapi aku memang sudah tidak sabar lagi dengan itu. Mama memandangku dengan manja, sedangkan tangannya masih mengocok batang kemaluanku dengan jemari lentiknya yang mungil..<br />Aku mengikuti saja perintah Mama. Setelah itu Mama berdiri lalu duduk di sebelahku. Kedua kakinya dikangkangkan sehingga aku dapat melihat vaginanya dengan jelas.<br />“Sayang, janji ya kalo kamu nggak akan nakal lagi setelah ini..!” Aku mengangguk saja. Setelah itu Mama tidur telentang di atas sofa yang panjang. Aku langsung saja menuju bagian bawah pusar Mama. Kudekatkan wajahku ke vagina Mama, lalu kukeluarkan lidahku dan mulai menjilati vaginanya.<br />“Ahhh.. Aduh, mama belum pernah diginiin papamu, sayang..!” Mama meracau saat kujilati vagina dan klitorisnya kuhisap-hisap.<br />“Ohh.. Aahh.. Sudah.. sudah, cepetan masukin kontolmu saja, Sayang..! Mama udah nggak tahan..!” pinta Mama memohon.<br />Aku pun perlahan bangun dan mensejajarkan tubuhku dengan Mama. Kugenggam batang penisku, lalu perlahan-lahan kudorong pantatku menuju vagina Mama.<br />Ketika memasuki liang senggamanya, Mama berteriak-teriak, apalagi ketika separuh penisku mulai menelusuri dinding vaginanya. Baru pertama kali aku merasakan kenikmatan yang luar biasa seperti ini. Rasanya seperti diurut-urut, enak seperti dielus-elus daging basah dan kenyal.<br />“Aakhhh enak nggak, Sayang..! akhhh… Ya sudah, puasin nafsumu, sayang..!” jeritan Mama memenuhi kamar mandi.<br />Setelah sekitar 10 menitan, aku mencabut batang kemaluanku dari lubang vagina Mama. Mama terlihat sangat kecewa ketika aku melakukan itu. Dan tidak lama kemudian aku meminta Mama untuk berganti posisi. Kuminta Mama untuk menungging. Lalu dari belakang kuremas-remas pantat Mama yang semok itu. Lalu kuarahkan batang penisku ke bibir vagina Mama. Setelah kurasa tepat, lalu kusetubuhi Mama dari belakang dengan doggie style.<br />“Aduhh.. akhhh.. mama diapain sayang!” jerit Mama ketika kusetubuhi dari belakang.<br />Sedangkan aku pun tidak kalah hebohnya dalam berteriak, “Maa.. memek.. nya.. e..naak..!”<br />Rupanya gaya itu membuat Mama sudah tidak tahan lagi, sehingga sesaat kemudian, “Sayang Mama lemes. Aahh..!”<br />Mama berteriak keras sekali, dan aku yakin kalau kami tidak berada di rumah itu, orang lain pasti mendengar teriakan Mama.<br />Aku merasakan penisku seperti disiram cairan hangat. Walau kusadari Mama sudah mencapai puncaknya, aku tetap saja memompa batang penisku di dalam vagina Mama. Malah semakin giat karena sekarang liang Mama sudah licin oleh cairan Mama.<br />Dan tidak lama, “Maa.. Toni.. mau sampaaii nih..!” kataku ketika aku merasa mau orgasme.<br />“Cabut kontolmu Sayaang..!” perintah Mama.<br />Tapi aku nggak pedulikan perintahnya, karena aku memang ingin masukkan spermaku ke dalam rahim mamaku. Aku memang ingin mamaku hamil.<br />“Aahh.. oohh..!” hanya desahan itu yang keluar dari mulutku.<br />Dan, creet.. croott.. crot..! air maniku menyemprot sebanyak sepuluh kali ke dalam rahim Mama. Rasanya… benar-benar wow. Nikmat tak terkira. Aku benar-benar tak peduli kalo dia adalah mamaku. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt;">Mama tampak kecewa dan sedih dengan kenakalanku itu. Tapi meski terlihat sedih, Mama menjilat-jilat batang penisku dan membersihkan sisa sperma yang masih menempel di kemaluaku, setelah ia melepas kontolku itu dari dalam liang senggamanya. Rasanya ngilu, nyeri plus gimana gitu. Setelah itu kami berdua menuju ke ruang TV. Aku dan Mama duduk bersebelahan dalam keadaan telanjang bulat.<br />“Kamu puas sayang..?” tanya Mama ketika sudah agak tenang.<br />“Luar biasa, Ma. Nggak ada kado yang sehebat tadi. Terima kasih, Ma.” sahutku.<br />“Mama bahagia kalo kamu puas. Sebenarnya Mama juga butuh itu juga.” jawab Mama.<br />“Lalu kenapa Mama nggak minta ke Toni..?” tanyaku lagi.<br />“Mama nggak pingin dapetin itu dari kamu. Mama nggak mau hamil anakmu, sayang.” sahut Mama sambil sedih. Tapi kemudian tangannya membelai rambutku. “Tapi ya sudahlah. Semuanya sudah terjadi.”<br />“Maaf ma. Tapi Ma, setelah ini masih ada ronde selanjutnya kan..?” tanyaku.<br />“Ha… Kamu masih pingin..?” jawab Mama kaget.<br />“Iya ma… Soalnya Toni sayang banget sama Mama,” kataku.<br />“Mama juga sayang banget sama Toni. Tapi apa harus dengan ngentot sayang?” jawab Mama.<br />Sayangnya responku adalah tak menghiraukan kegalauannya, sampai kemudian kami berdua melanjutkan persetubuhan kami sampai jam dua pagi. Setelah itu kami berdua tidur dalam keadaan telanjang bulat. Dan keesokan harinya aku dan Mama, yang kebetulan lagi tidak masuk kerja, berada di rumah dalam keadaan telanjang bulat selama sehari penuh. Dan tidak terhitung berapa kali kami bersetubuh. Sampai sekarang aku masih tinggal dengan Mama dan masih setia menyetubuhi Mama setiap hari, selama Mama tidak haid.<br />Itu adalah hadiah ulang tahun yang paling berkesan dalam hidupku. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0in;"><span style="font-family: "times new roman" , "serif"; font-size: 12.0pt;">TAMAT</span></div>Cerita Seruhttp://www.blogger.com/profile/11284718548711892644noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6786224700136029903.post-38676484945777032062017-11-15T08:21:00.000-08:002017-12-07T06:53:55.313-08:00Kumainkan itilnya ....oooohhhh .....sssstttt .......aaahhhh Malam itu malam Minggu, tapi hatiku sedang kesal sekali ,baga mana nggak kesal biasanya aku bila pulang dari rumah sang pacar hatiku pasti senang tapi,malam ini aku benar-benar kesal biasanya bila malam minggu kami berdua selalu duduk di bawah pohon sawo disamping rumah pacarku,kami ngobrol sambil badan kami saling merapat ,tangan kami saling remas kalau sudah begitu lalu kami berciuman sampai lama sekali dan terkadang tanganku yang nakal ini tak henti-hentinya bergerilya di dalam dada pacarku atau bahkan masuk ke dalam androknya terus membelai gundukan daging di selakangannya sampai-sampai pacarku mendesis keenakan sepertinya minta yang lebih nakal lagi, tapi malam ini dia tidak mau sama sekali ,dan ketika aku tanya ,katanya malam ini adalah malam terakhir,karena dia mau dijodohkan oleh orang tuanya,dan dia tidak bisa menolaknya<br /><br /><br /><br /><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-y9Cla0UjrHI/ViewZt3V1RI/AAAAAAAAAQo/tSQr5rfN98o/s1600/mbaklis.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="640" src="https://2.bp.blogspot.com/-y9Cla0UjrHI/ViewZt3V1RI/AAAAAAAAAQo/tSQr5rfN98o/s640/mbaklis.jpg" width="454" /> </a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><b>MBAK LIS </b></div>Sampai di rumah baru jam 20.30 ,aku melihat ibuku sedang ngobrol dengan seorang wanita yang belum aku kenal, lalu aku di kenalkan ,ternyata namanya Lis (tentu saja nama samaran) setelah itu aku langsung saja masuk ke dalam kamarku .Oh ya kamar yang kami tempati adalah rumah kontrakan kamar petak ,ibuku menyewa dua ruangan satu ruang untuk masak dan satu kamar untuk tidur kami berdua ibuku tidur didipan yang hanya cukup satu orang saja sedangkan aku tidur di lantai dengan kasur cukup untuk dua orang .Sekitar jam 1 malam aku terbangun karena aku merasa ada sesuatu yang bergerak di dalam celanaku aku kira ibuku yang sedang membangunkan ku ternyata bukan,aku meliirik kearahnya dia tidurdengan posisi miring menghadap aku,dia tersenyum aku juga tersenyum. ku diamkan saja dia ia terus memainkan kontolku aku marasa keenakan,tapi lama-kelamaan aku terangsang juga akupun lalu mencium pipinya lalu aku membalikan badanku kami saling berhadapan kucium bibirnya, mbak Lis membalas ciumanku tanganku tiidak tinggal diam saja ,tangan kananku meremas teteknya,dia merintih,ssssttttt.....terus Yan bisiknya aku semakin berani kami lama berciuman sambl sesekali aku melirik kearah ibuku jangan sampai ibuku terbangun karena suara kami,tangan mbak lis membuka resleting celanaku .Tiba-tiba saja lampu di rumah kami mati,ruangan menjadi gelap,maka mbak lis semakin berani saja akupun tidak kalah beraninya ku singkap baju yang dipakai oleh mbak lis lalu bh nya aku naikan langsung saja teteknya aku kulum dengan nafsu sekali.....sssttttt terus yan ayo puasin mbak aku suka sekali ayo yan jangan takut-takut ,jangan kuat-kuat omongnya nanti ibu bangun kataku sambil tanganku membuka celana panjangnya sekalian celana dalamnya ku elus-elus memek mbak lis jari tanganku masuk dan menemukan daging kecil dalam lobang memeknya kumainkan itilnya ....oooohhhh .....sssstttt .......aaahhhh ayo terus yan oooohhh enaknya...yan bisiknya ,lalu satu jari tanganku kutusukan kelobang memeknya terus ku keluar masukan jari tanganku ,keluar masuk-keluar masuk,maka lobang memek mbak lispun semakin becek saja ,mbak lis masih terus mengocok kontolku semakin kuat saja kocokan tangan mbak lis aku keenakan sekali setelah aku puas memainkan memeknya lalu aku segera menindih tubuh mbak lis mbak lis tahu apa maksud nya mbak lis lalu melebarkan selakangannya lalu membimbing kontolku ke arah memeknya,setelah pas kudorong kontolku dan bles kontolku masuk dalam lobang memeknya karena memek mbak lis memang sudah becek maka kontolku dengan mudahnya masuk,ku diamkan sesaat lalu kutarik sedikit, lalu kudorong lagi kutarik dorong tark dorong lagi begitu seterusnya semakin kuat kutarik dan kudorong kontolku dalam lobang memek mbak lis mbak lis tidak hanya diam saja pantatnya bergoyang kekiri-kekanan terkadang naik turuk sesuai dengan kocokan kontolku dalam lobang memek mbak lis ....ouw.....sssssttttt.....yan terus sayang ...terus ....oooohhhenak sekali, oooohhhh mbak lis punyamu enak sekali aku suka mbak, ayo terus goyang mbak, kataku sambil terus mengeluar masukan kontolku yang terasa di jepit oleh dinding memeknya itu ....yan aku hampir keluar yan oooohhhhh........maka semakin becek saja memek mbak lis sekarang oooohhh.....yan enak sekali bisiknya ,aku masih terus mengeluar masukan kontolku,dan masih terus memacu dalam nikmat.mbak lis karena sudah keluar ia hanya diam saja.Lampu belum juga nyala,aku terus bekerja memompa kenikmatan,lama -kelamaan mbak lis terangsang lagi ia mulai menggerakkan pinggulnya kekanan-kekiriterkadang diangkat tinggi-tinggi lalu diputar,oh enak sekkali pikirku "ini wanita pintar sekali dan memeknya juga lezat sekali lumayan pikirku pulang apel yang sial sekarang terobati dengan memek lezat, terima kasih bu untung ibuada tamu yang nakal ini "mbak oya terus mbak goyang lagi " ayo yan kita berpacu menuju nikmat" bisiknya ,memang kami tidak berani omong kuat takut ibuku dengar bisa berabe nanti Kusodok agak kuat kontolku ke dalam memek mbak lis aow yan sodok lebih dalam lagi pintanya maka aku sodok lebih dalam dan kutarik pelan-pelan ...oh rasanya kontolku terasa di urut oleh dinding memeknya ku enjot lagi kuat kutarik pelan lalu kusodok dan kutarik dengan cepat ,kini sodokanku makin cepat dan cepat oh...oh....oh...oh...ah...ah...aha gak kuat suara mbak lis lalu sumbat mulutnya dengan mulutku agar jangan sampai terdengar ibuku oh....yan ayo cepat yan mbak mau keluar lagi yan maka makin kupercepat enjotan dan tusukan kontolku " mbak aku juga mau keluar, keluarin diluar apa didalam saja mbak tanyaku" keluarin didalam saja yan lebih enak yan jawabnya oh..yan ayo yan mbak keluarrrrrr....oooooohhhhh, oh mbak aku juga keluar,dan cret....cret....crettttaku terdiam kontolku ku diamkan saja dalam memek mbak lis aku merasakan sensasi yang tak terkira enaknya Tak lama kemudian kami lemas kami sama-sama terdiam badanku masih menindih tubuh mbak lis dan kontolku masih angkrem di dalam memek mbak lis,tapi sudah lemas dan mengkeret aku turun dari badan mbak lis ,mbak lis mencium pipiku aku diam saja kontolku kulap dengan kain selimutku begitu juga dengan memek mbak lis, setelah itu kami berpakaian lalu kami tidur saling berpelukan . itu lah pengalamanku dengan tamu ibuku yang nakal,kalau para pembaca percaya sukur kalaupun tidak ya sukurin aja terima kasih. he....heee....heeee..... Cerita Seruhttp://www.blogger.com/profile/11284718548711892644noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6786224700136029903.post-60447570477207303542017-11-05T22:50:00.000-08:002017-12-07T06:53:55.636-08:00Cerita Ngentot ABG Kimcil Smp Sma Kuliah<b>Cerita Ngentot ABG Kimcil Smp Sma Kuliah</b> - Perkenalkan pembaca nama saya Doni. Umur 24 tahun dan sekarang lagi kuliah di sebuah PTS di Kediri. Aku termasuk cowok yang populer di kampus (sekeren namaku). Tapi aku punya kelemahan, saat ini aku udah nggak perjaka lagi (emang sekarang udah nggak jamannya keperjakaan diutamakan). Nah, hilangnya perjakaku ini yang pengin aku ceritakan.<br /><table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><img alt="Cerita Ngentot ABG Kimcil Smp Sma Kuliah" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjgb-ANxGQLZ8KFHqZwL9FIGlFI363pnadgE54prVyULjpMKG-bWc0QU0N0a1YraE7qSRKOWwe8BzAtNWB75iUd3DTOrE4Hhs-i3cTYmrK95tJ9y4rhgYNP0axQR8MXiMIq8692yAYAFg/s1600/Cerita+Ngentot+ABG+Kimcil+Smp+Sma+Kuliah.jpg" title="Cerita Ngentot ABG Kimcil Smp Sma Kuliah" /></td></tr></tbody></table><h2>Cerita Ngentot ABG Kimcil Smp Sma Kuliah</h2>Aku punya banyak cewek. Diantaranya banyak cewek itu yang paling aku sukai adalah Retno. Tapi dalam kisah ini bukan Retno tokoh utamanya. sebab hilangnya perjakaku nggak ada sangkut pautnya sama Retno. Malah waktu itu aku aku lagi marahan sama doski.<br /><br />Waktu itu aku nganggap Retno nggak bener-bener sayang sama aku. Aku lagi jutek banget sama dia. Habisnya udah lima bulan pacaran, masak Retno hanya ngasih sun pipi doang. Ceritanya pas aku ngapel ke tempat kostnya, aku ngajakin dia ML. Habis aku pengin banget sih. (keseringan mantengin VCD parto kali yee…). Tapi si Retno menolak mentah-mentah. Malahan aku diceramahin, busyet dah!<br /><br />Makanya malam minggu itu aku nggak ngapel (ceritanya ngambek). Aku cuman duduk-duduk sambil gitaran di teras kamar kostku. Semua teman kostku pada ngapel atau entah nglayap kemana. Rumah induk yang kebetulan bersebelahan dengan rumah kost agak sepi. Sebab sejak tadi sore ibu kost dan bapak pergi ke kondangan. Putri tertua mereka, Murni sudah dijemput pacarnya sejam yang lalu.<br /><br />Sedang Maidy, adiknya Murni entah nglayap kemana. Yang ada tinggal Gita, si bungsu dan Linda, sepupunya yang kebetulan lagi berkunjung ke rumah oomnya. Terdengar irama lagu India dari dalam rumah induk, pasti mereka lagi asyik menonton Gala Bollywood.<br /><br />Nggak tahu, entah karena suaraku merdu atau mungkin karena suaraku fals plus berisik, Gita datang menghampiriku.<br /><br />“Lagi nggak ngapel nih, Mas Doni?” sapanya ramah (perlu diketahui kalau Gita memang orangnya ramah banget)<br /><br />“Ngapel sama siapa, Ta?” jawabku sambil terus memainkan Sialannya Cokelat.<br />“Ah… Mas Doni ini pura-pura lupa sama pacarnya.”<br />Gadis itu duduk di sampingku (ketika dia duduk sebagian paha mulusnya terlihat sebab Gita cuman pakai kulot sebatas lutut). Aku cuman tersenyum kecut.<br />“Udah putus aku sama dia.” jawabku kemudian.<br /><br />Nggak tahu deh, tapi aku menangkap ada yang aneh dari gelagat Gita. Gadis 14 tahun itu nampaknya senang mendengar aku putus. Tapi dia berusaha menutup-nutupinya.<br />“Yah, kacian deh… habis putus sama pacar ya?” godanya. “Kayaknya bete banget lagunya.”<br />Aku menghentikan petikan gitarku.<br /><br />“Yah, gimana ya… kayaknya aku lebih suka sama Gita deh ketimbang sama dia.”<br />Nah lo! Kentara benar perubahan wajahnya. Gadis berkulit langsep agak gelap itu merah mukanya. aku segera berpikir, apa bener ya gosip yang beredar di tempat kost ini kalo si Gita ada mau sama aku.<br /><br />“Ta, kok diam aja? Malu yah…”<br />Gita melirik ke arahku dengan manja. Tiba-tiba saja batinku ngrasani, gadis yang duduk di sampingku ini manis juga yah. Masih duduk di kelas dua smp tapi kok perawakannya udah kayak anak sma aja. Tinggi langsing semampai, bodinya bibit-bibit peragawati, payudaranya… waduh kok besar juga ya. Tiba-tiba saja jantungku berdebar memandangi tubuh Gita yang cuman pakai kaos ketat tanpa lengan itu. Belahan dadanya sedikit tampak diantara kancing-kancing manisnya. Ih, ereksiku naik waktu melirik pahanya yang makin kelihatan. Kulit paha itu ditumbuhi bulu-bulu halus tapi cukup lebat seukuran cewek.<br /><br />“Mas, daripada nganggur gimana kalo Mas Doni bantu aku ngerjain peer bahasa inggris?”<br />“Yah Gita, malam minggu kok ngerjain peer? Mendingan pacaran sama Mas Doni, iya nggak?” pancingku.<br />“Ah, Mas Doni ini bisa aja godain Gita..”<br />Gita mencubit pahaku sekilas. Siir.. Wuih, kok rasanya begini. Gimana nih, aku kok kayak-kayak nafsu sama ini bocah. Waduh, penisku kok bangun yah?<br />“Mau nggak Mas, tolongin Gita?”<br />“Ada upahnya nggak?”<br />“Iiih, dimintai tolong kok minta upah sih…”<br />Cubitan kecil Gita kembali memburu di pahaku. Siiiir… kok malah tambah merinding begini ya?<br />“Kalau diupah sun sih Mas Doni mau loh.” pancingku sekali lagi.<br />“Aah… Mas Doni nakal deh…”<br /><br />Sekali lagi Gita mencubit pahaku. Kali ini aku menahan tangan Gita biar tetap di pahaku. Busyet, gadis itu nggak nolak loh. Dia cuman diam sambil menahan malu.<br /><br />“Ya udah, Gita ambil bukunya trus ngerjain peernya di kamar Mas Doni aja. Nanti tak bantu ngerjain peer, tak kasih bonus pelajaran pacaran mau?”<br /><br />Cerita Panas - Gadis itu cuman senyum saja kemudian masuk rumah induk. Asyik… pasti deh dia mau. Benar saja, nggak sampai dua menit aku sudah bisa menggiringnya ke kamar kostku.<br />Kami terpaksa duduk di ranjang yang cuman satu-satunya di kamar itu. Pintu sudah aku tutup, tapi nggak aku kunci. Aku sengaja nggak segera membantunya ngerjain peer, aku ajak aja dia ngobrol.<br /><br />“Sudah bilang sama Linda kalo kamu kemari?”<br />“Iya sudah, aku bilang ke tempat Mas Doni.”<br />“Trus si Linda gimana? Nggak marah?”<br />“Ya enggak, ngapain marah.”<br />“Sendirian dong dia?”<br />“Mas Doni kok nanyain Linda mulu sih? Sukanya sama Linda ya?” ujar Gita merajuk.<br />“Yee… Gita marah. Cemburu ya?”<br />Gita merengut, tapi sebentar sudah tidak lagi. Dibuka-bukanya buku yang dia bawa dari rumah induk.<br />“Gita udah punya pacar belum?”tanyaku memancing.<br />“Belum tuh.”<br />“Pacaran juga belum pernah?”<br />“Katanya Mas Doni mau ngajarin Gita pacaran.” balas Gita.<br />“Gita bener mau?” Gayung bLindambut nih, pikirku.<br />“Pacaran itu dasarnya harus ada suka.” lanjutku ketika kulihar Gita tertunduk malu. “Gita suka sama mas Doni?”<br /><br />Gita memandangku penuh arti. Matanya seakan ingin bersorak mengiyakan pertanyaanku. tapi aku butuh jawaban yang bisa didengar. Aku duduk merapat pada Gita.<br /><br />“Gita suka sama Mas Doni?” ulangku.<br />“Iya.” gumamnya lirih.<br />Bener!! Dia suka sama aku. Kalau gitu aku boleh…<br />“Mas Doni mau ngesun Gita, Gita nurut aja yah…” bisikku ke telinga Gita<br /><br />Tanganku mengusap rambutnya dan wajah kami makin dekat. Gita menutup matanya lalu membasahi bibirnya (aku bener-bener bersorak sorai). Kemudian bibirku menyentuh bibirnya yang seksi itu, lembut banget. Kulumat bibir bawahnya perlahan tapi penuh dengan hasrat, nafasnya mulai berat. Lumatanku semakin cepat sambil sekali-sekali kugigit bibirnya.<br /><br />Mmm..muah… kuhisap bibir ranum itu.<br />“Engh.. emmh..” Gita mulai melenguh.<br /><br />Nafasnya mulai tak beraturan. Matanya terpejam rapat seakan diantara hitam terbayang lidah-lidah kami yang saling bertarung, dan saling menggigit. Tanganku tanpa harus diperintah sudah menyusup masuk ke balik kaos ketatnya. Kuperas-peras payudara Gita penuh perasaan. ereksiku semakin menyala ketika gundukan hangat itu terasa kenyal di ujung jari-jariku.<br /><br />Bibirku merayap menyapu leher jenjang Gita. Aku cumbui leher wangi itu. Kupagut sambil kusedot perlahan sambil kutahan beberapa saat. Gigitan kecilku merajang-rajang birahi Gita.<br /><br />“Engh.. Masss… jangan… aku uuuh…”<br />Ketika kulepaskan maka nampaklah bekasnya memerah menghias di leher Gita.<br />“Ta… kaosnya dilepas ya sayang…”<br /><br />Gadis itu hanya menggangguk. Matanya masih terpejam rapat tapi bibirnya menyunggingkan senyum. Nafasnya memburu. Sambil menahan birahi, kubuka keempat kancing kaos Gita satu pLindatu dengan tangan kananku. Sedang tangan kiriku masih terus meremas payudara Gita bergantian dari balik kaos. Tak tega rasanya membiarkan Gita kehilangan kenikmatannya. Jemari Gita menggelitik di dada dan perutku, membuka paksa hem lusuh yang aku kenakan. Aku menggeliat-geliat menahan amukan asmara yang Gita ciptakan.<br /><br />Kaos pink Gita terjatuh di ranjang. Mataku melebar memandangi dua gundukan manis tertutup kain pink tipis. Kupeluk tubuh Gita dan kembali kuciumi leher jenjang gadis manis itu, aroma wangi dan keringatnya berbaur membuatku semakin bergairah untuk membuat hiasan-hiasan merah di lehernya.Perlahan-lahan kutarik pengait BH-nya, hingga sekali tarik saja BH itupun telah gugur ke ranjang. Dua gundukan daging itupun menghangat di ulu hatiku.<br /><br />Kubaringkan perlahan-lahan tubuh semampai itu di ranjang. Wow… payudara Gita (yang kira-kira ukuran 34) membengkak. Ujungnya yang merah kecoklatan menggairahkan banget. Beberapa kali aku menelan ludah memandangi payudara Gita. Ketika merasakan tak ada yang kuperbuat, Gita memicingkan mata.<br /><br />“Ta… adekmu udah gede banget Ta…”<br />“Udah waktunya dipetik ya mass…”<br />“Ehem, biar aku yang metik ya Ta…”<br />Aku berada di atas Gita. Tanganku segera bekerja menciptakan kenikmatan demi kenikmatan di dada Gita.<br /><br />Putar… putar.. kuusap memutar pentel bengkak itu.<br />“Auh…Mass.. Aku nggak tahan Mass… kayak kebelet pipis mas..” rintih Gita.<br />Cerita Sex - Tak aku hiraukan rintihan itu. Aku segera menyomot payudara Gita dengan mulutku.<br />“Mmmm… suuup… mmm…” kukenyot-kenyot lalu aku sedot putingnya.<br />“Mass… sakiit…” rintih Gita sambil memegangi vaginanya.<br />Sekali lagi tak aku hiraukan rintihan itu. Bagiku menggilir payudara Gita sangat menyenangkan. Justru rintihan-rintihan itu menambah rasa nikmat yang tercipta.<br />Tapi lama kelamaan aku tak tega juga membuat Gita menahan kencing. Jadi aku lorot saja celananya. Dan ternyata CD pink yang dikenakan Gita telah basah.<br />“Gita kencing di celana ya Mass?”<br />“Bukan sayang, ini bukan kencing. Cuman lendir vaginamu yang cantik ini.”<br />Gita tertawa mengikik ketika telapak tanganku kugosok-gogokkan di permukaan vaginanya yang telah basah. Karena geli selakangnya membuka lebar. Vaginanya ditumbuhi bulu lebat yang terawat. Lubang kawin itu mengkilap oleh lendir-lendir kenikmatan Gita. Merah merona, vagina yang masih perawan.<br /><br />Tak tahan aku melihat ayunya lubang kawin itu. Segera aku keluarkan penisku dari sangkarnya. Kemudian aku jejalkan ke pangkal selakangan yang membuka itu.<br />“Tahan ya sayang…engh..”<br />“Aduh… sakiiit mass…”<br />“Egh… rileks aja….”<br />“Mas… aah!!!” Gita menjambak rambutku dengan liar.<br />Slup… batang penisku yang perkasa menembus goa perawan Gita yang masih sempit. Untung saja vagina itu berair jadi nggak terlalu sulit memasukkannya. Perlahan-lahan, dua centi lima centi masih sempit sekali.<br />“Aduuuh Masss… sakiiit…” rintih Gita.<br />Aku hentakkan batang penisku sekuat tenaga.<br />“Jruub…”<br /><br />Langsung amblas seketika sampai ujungnya menyentuh dinding rahim Gita. Batang penisku berdenyut-denyut sedikit sakit bagai digencet dua tembok tebal. Ujungnya tersentuh sesuatu cairan yang hangat. Aku tarik kembali penisku. Lalu masukkan lagi, keluar lagi begitu berkali-kali. Rasa sakitnya berangsur-angsur hilang.<br />Aku tuntun penisku bergoyang-goyang.<br />“Sakit sayang…” kataku.<br />“Enakkk…eungh…” Gita menyukainya.<br /><br />Ia pun ikut mengggoyang-goyangkan pantatnya. Makin lama makin keras sampai-sampai ranjang itu berdecit-decit. Sampai-sampai tubuh Gita berayun-ayun. Sampai-sampai kedua gunung kembar Gita melonjak-lonjak. Segera aku tangkap kedua gunung itu dengan tanganku.<br />“Enggh.. ahhh..” desis Gita ketika tanganku mulai meremas-remasnya.<br />“Mass aku mau pipis…”<br />“Pipis aja Ta… nggak papa kok.”<br />“Aaach…!!!”<br />“Hegh…engh…”<br />“Suuur… crot.. crot.. ”<br />Lendir kawin Gita keluar, spermaku juga ikut-ikutan muncrat. Kami telah sama-sama mencapai orgasme.<br />“Ah…” lega. Kutarik kembali penisku nan perkasa. Darah perawan Gita menempel di ujungnya berbaur dengan maniku dan cairan kawinnya. Kupeluk dan kuciumi gadis yang baru memberiku kepuasan itu. Gitapun terlelap kecapaian.<br /><br />Kreek… Pintu kamarku dibuka. Aku segera menengok ke arah pintu dengan blingsatan. Linda terpaku di depan pintu memandangi tubuh Gita yang tergeletak bugil di ranjang kemudian ganti memandangi penisku yang sudah mulai melemas. Tapi aku juga ikut terpaku kala melihat Linda yang sudah bugil abis. Aku tidak tahu tahu kalau sejak Gita masuk tadi Linda mengintip di depan kamar.<br />“Linda? Ng… anu..” antara takut dan nafsu aku pandangi Linda.<br /><br />Gadis ini lebih tua dua tahun diatas Gita. Pantas saja kalau dia lebih matang dari Gita. Walau wajahnya tak bisa menandingi keayuan Gita, tapi tubuhnya tak kalah menarik dibanding Gita, apalagi dalam keadaan full naked kayak gitu.<br /><br />“Aku nggak akan bilang ke oom dan tante asal…”<br />“Asal apaan?”<br /><br />Mata Linda sayu memandang ke arah Gita dan penisku bergantian. Lalu dia membelai-belai payudara dan vaginanya sendiri. Tangan kirinya bermain-main di belahan vaginanya yang telah basah. Linda sengaja memancing birahiku. Melihat adegan itu, gairahku bangkit kembali, penisku ereksi lagi. Tapi aku masih ingin Linda membarakan gairahku lebih jauh.<br /><br />Linda duduk di atas meja belajarku. Posisi kakinya mekangkang sehingga vaginanya membuka merekah merah. Tangannya masih terus meremas-remas susunya sendiri. Mengangkatnya tinggi seakan menawarkan segumpal daging itu kepadaku.<br />“Mas Doni.. sini.. ay…”<br /><br />Aku tak peduli dia mengikik bagai perek. Aku berdiri di depan gadis itu.<br />“Ayo.. mas mainin aku lebih hot lagi..” pintanya penuh hasrat.<br />Aku gantiin Linda meremas-remas payudaranya yang ukuran 36 itu. Puting diujungnya sudah bengkak dan keras, tanda Linda sudah nafsu banget.<br />“Eahh.. mmhh…” rintihannya sexy sekali membuatku semakin memperkencang remasanku.<br />“Eahhh.. mas.. sakit.. enak….”<br /><br />Linda memainkan jarinya di penisku. Mempermainkan buah jakarku membuatku melenguh keasyikan. “Ers… tanganmu nakal banget…”<br />Gadis itu cuman tertawa mengikik tapi terus mempermainkan senjataku itu. Karena gemas aku caplok susu-susu Linda bergantian. Kukenyot sambil aku tiup-tiup.<br /><br />“Auh…”<br />Linda menekan batang penisku.<br />“Ers… sakit sayang” keluhku diantara payudara Linda.<br />“Habis dingin kan mas…” balasnya.<br />Setelah puas aku pandangi wajah Linda.<br />“Linda, mau jurus baru Mas Doni?”<br />Gadis itu mengangguk penuh semangat.<br />“Kalau gitu Linda tiduran di lantai gih!”<br /><br />Linda menurut saja ketika aku baringkan di lantai. Ketika aku hendak berbalik, Linda mencekal lenganku. Gadis yang sudah gugur rasa malunya itu segera merengkuhku untuk melumat bibirnya. Serangan lidahnya menggila di ronga mulutku sehingga aku harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk mengimbanginya. Tanganku dituntunnya mengusap-usap lubang kelaminnya. Tentu saja aku langsung tanggap. Jari-jariku bermain diantara belantara hitam nan lebat diatas bukit berkawah itu. “Mmmm… enghh…”<br /><br />Kami saling melenguh merasakan sejuta nikmat yang tercipta.<br />Cerita Dewasa - Aku ikut-ikutan merebah di lantai. Aku arahkan Linda untuk mengambil posisi 69, tapi kali ini aku yang berada di bawah. Setelah siap, tanpa harus diperintah Linda segera membenamkan penisku ke dalam mulutnya (aku jadi berpikiran kalau bocah ini sudah berpengalaman).<br /><br />Linda bersemangat sekali melumat penisku yang sejak tadi berdenyut-denyut nikmat. Demikian juga aku, begitu nikmatnya menjilati lendir-lendir di setiap jengkal vagina Linda, sedang jariku bermain-main di kedua payudaranya. Srup srup, demikian bunyinya ketika kusedot lendir itu dari lubang vagina Linda. Ukuran vagina Linda sedikit lebih besar dibanding milik Gita, bulu-bulunya juga lebih lebat milik Linda. Dan klitorisnya… mmm… mungil merah kenyal dan mengasyikkan. Jadi jangan ngiri kalo aku bener-bener melumatnya dengan lahap.<br />“Ngngehhh…uuuhh..” lenguh Linda sambil terus melumat senjataku.<br />Sedang lendir kawinnya keluar terus.<br /><br />“Ouwgh… isep sayang, iseppp…” kataku ketika aku merasa mau keluar.<br />Linda menghisap kuat-kuat penisku dan crooott… cairan putih kental sudah penuh di lubang mulut Linda. Linda berhenti melumat penisku, kemudian dia terlentang dilantai (tidak lagi menunggangiku). Aku heran dan memandangnya.<br /><br />“Aha…” ternyata dia menikmati rasa spermaku yang juga belepotan di wajahnya, dasar bocah gemblung.<br /><br />Beberapa saat kemudian dia kembali menyerang penisku. Mendapat serangan seperti itu, aku malah ganti menyerangnya. Aku tumbruk dia, kulumat bibirnya dengan buas. Tapi tak lama Linda berbisik, “Mas.. aku udah nggak tahan…”<br /><br />Sambil berbisik Linda memegangi penisku dengan maksud menusukannya ke dalam vaginanya.<br />Aku minta Linda menungging, dan aku siap menusukkan penisku yang perkasa. penisku itu makin tegang ketika menyentuh bibir vagina. Kutusuk masuk senjataku melewati liang sempit itu.<br /><br />“Sakit Mas…”<br />Sulitnya masuk liang kawin Linda, untung saja dindingnya sudah basah sejak tadi jadi aku tak terlalu ngoyo.<br />“Nggeh… dikit lagi Ers…”<br />“Eeehhh… waaa!!”<br />“Jlub…” 15 centi batang penisku amblas sudah dikenyot liang kawin Linda. Aku diamkan sebentar lalu aku kocok-kocok seirama desah nafas.<br />“Eeehh… terus mass… uhh…”<br /><br />Gadis itu menggeliat-geliat nikmat. Darah merembes di selakangnya. Entah sadar atau tidak tangan Linda meremas-remas payudaranya sendiri.<br /><br />Lima belas menit penisku bermain petak umpet di vagina Linda. Rupaya gadis itu enggan melepaskan penisku. Berulang-ulang kali spermaku muncrat di liang rahimnya. Merulang-ulang kali Linda menjerit menandakan bahwa ia berada dipucuk-pucuk kepuasan tertinggi. Hingga akhirnya Linda kelelahan dan memilih tidur terlentang di samping Gita.<br /><br />Capek sekali rasanya menggarap dua daun muda ini. Aku tak tahu apa mereka menyesal dengan kejadian malam ini. Yang pasti aku tak menyesal perjakaku hilang di vagina-vagina mereka. Habisnya puas banget. Setidaknya aku bisa mengobati kekecewaanku kepada Retno.<br /><br />Malam makin sepi. Sebelum yang lain pada pulang, aku segera memindahkan tubuh Gita ke kamarnya lengkap dengan pakaiannya. Begitu juga dengan Linda. Dan malam ini aku sibuk bergaya berpura-pura tak tahu-menahu dengan kejadian barusan. Lagipula tak ada bukti, bekas cipokan di leher Gita sudah memudar. END by Cerita Seks Terbaru, Cerita Dewasa Hot, Cerita Mesum SeruCerita Seruhttp://www.blogger.com/profile/11284718548711892644noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6786224700136029903.post-20738587539512237452017-11-05T22:47:00.000-08:002017-12-07T06:53:55.956-08:00Cerita Cewek Ketagihan Kontol Dan Sperma<b>Cerita Cewek Ketagihan Kontol Dan Sperma</b> - Namaku Mei, umur 19 tahun, tinggal bersama dua orang pembantuku, yang satu bernama Siti, dan yang satunya lagi bernama Jono. Kami tinggal di sebuah rumah kontrakan. Aku seorang siswi SMU swasta di Surabaya, aku memang tidak terlalu cantik, tetapi kulitku putih mulus. Kedua orang tuaku tinggal di Jakarta dengan kedua adikku. Kebetulan saat ini adalah liburan sekolah, jadi aku sama sekali tidak punya kegiatan. <br /><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img alt="Cerita Cewek Ketagihan Kontol Dan Sperma" border="0" height="483" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijQQDp0U8W-mt2FsOr7btANQBaTLsT0k9Ddhv21580HjBwafrr_mi9JJX-ZyfXj9898a8W6unCQVfLqrLa8sMMjDsuMk3IOqc7EEHcqlpr6_jtqSTki_pX2iXVvmbwFQNIpaAL_0eiLg/s640/Cerita+Cewek+Ketagihan+Kontol+Dan+Sperma.jpg" title="Cerita Cewek Ketagihan Kontol Dan Sperma" width="640" /></div><br /><h2>Cerita Cewek Ketagihan Kontol Dan Sperma</h2>Liburan kali ini aku sedang malas pulang. Aku mempunyai kebiasaan yang agak aneh, yaitu aku suka apabila ada orang, apalagi dari golongan tukang becak, tukang sampah, tukang bangunan, maupun para penjual makanan dan minuman, memperhatikan payudaraku. Dan untuk ukuran anak seusiaku, ukurannya terlalu besar, yaitu 40C, tetapi agak menggantung, dengan puting berwarna merah kecoklatan, karena sering kupelintir-pelintir. Ada saja caraku menarik perhatian mereka. Kalau aku memanggil bakso, aku sengaja tidak memakai BH, sehingga putingku menonjol dari balik kaosku. Orang belakang rumahku sedang membangun rumah, sehingga banyak tukang di sana. <br /><br />Aku sengaja berolah raga lompat tali tanpa memakai BH di halaman belakang, sehingga payudaraku bergoyang kesana-kemari, dan tentu saja hal ini diperhatikan oleh tukang-tukang itu. Setelah puas berolah raga, kaosku menjadi basah oleh keringat, sehingga payudara dan juga putingku terlihat jelas dari balik kaos. Aku memanggil seorang penjual minuman keliling. Tentu saja itu membuat dia tercengang, karena melihat payudaraku yang besar ini dengan jelas dari balik kaosku yang basah. Setelah selesai minum, aku bertanya, "Berapa mas?" tanyaku, dia tidak menjawab, hanya terdiam dan mengagumi keindahan payudaraku. Lalu aku pura-pura menjatuhkan uang dan mengambilnya. Spontan saja payudaraku ini bergelantungan dengan indahnya, dan terlihat sebagian dari lubang leher kaosku. Sesaat kemudian dia menjawab, "Mbak, kalo dibayar pake itu gimana?" katanya sambil dengan agak ragu-ragu menunjuk payudaraku. <br /><br />Masih dalam posisi menunduk dan sebagian payudaraku terlihat, aku berkata "Apa, pake ini?" sambil kutarik lubang leher kaosku ke bawah, sehingga payudara besar milikku terlihat seluruhnya. Dia hanya bisa menelan ludah, lalu kemudian menjawab "Iya." Aku kemudian berdiri tegak lagi. Sambil pura-pura berpikir, aku menyilangkan tangan dan menjepit kedua payudaraku dengannya, tidak ada pilihan lain bagi payudaraku selain mencuat ke depan dengan indahnya, dengan kedua puting berwarna kecoklatan yang semakin mencuat keluar. Hal ini membuat penjual minuman itu semakin terangsang dan tak sabar menunggu jawabanku. Lalu kujawab "Iya deh Mas." Lalu kami berdua masuk setelah penjual minuman itu memasukkan barang dagangannya. Setelah berada di dalam ruang tamu, aku bilang begini "Mas, netek dulu ya?" <br /><br />Kepalanya langsung kutuntun untuk masuk ke dalam kaosku. Dengan ganasnya dia kulum kedua putingku bergantian, dan kadang-kadang digigitnya. Sambil mengulum putingku dia meremas-remas payudaraku, dan terkadang dia menarik-narik putingku dengan gigitan giginya. "Aaahh", lirihku. Kunikmati kuluman-kulumannya. Sesaat kemudian kusuruh dia untuk berhenti sebentar. Kubuka baju dan celana beserta celana dalamku, dan kuambil tali rafia. Kuikat kedua pangkal payudaraku, sehingga payudaraku terjepit dan semakin terdorong ke depan. Hal ini membuat darah tidak dapat mengalir ke payudaraku, sehingga warnanya berubah menjadi agak kebiru-biruan. Lalu kusuruh dia untuk mengulum putingku lagi. <br /><br />Aku tidak dapat merasakan kuluman-kulumannya. Tetapi rasanya lain jika kulihat dia mengulum dengan ganasnya, meskipun aku tidak dapat merasakannya. Sesaat kemudian aku disuruhnya bertumpu pada kedua tangan dan kakiku. Dia membuka celananya dan menyuruhku untuk mengulumnya. Batang kemaluannya berwarna coklat gelap, dan bentuknya lucu, agak tertunduk dan miring ke kanan. Tanpa ragu kukulum batang kemaluannya. Kusedot sambil kugigit-gigit, "Hmmphh", kupermainkan batang kemaluannya dengan mulutku, sebentar saja spermanya sudah keluar, langsung saja kutelan sampai habis. Tapi aku tak peduli, setelah kukeluarkan sebentar, langsung kumasukkan lagi kemaluannya ke mulutku, dan kusedot lagi, "Mmpph.. aahh.." <br /><br />payudaraku yang sejak tadi bergelantungan, terus menerus diremas oleh penjual minuman itu, kedua putingnya ditarik-tarik seperti sedang memerah susu, hanya bedanya dia sedang memerah susu Mei, bukan susu sapi (iya kan?). Ikatan tali rafia tadi dilepasnya, sehingga darah kembali mengalir ke payudaraku, dan aku dapat merasakan kembali remasan-remasannya. Untuk kedua kalinya spermanya keluar ke dalam mulutku. Sebelum kutelan, kutunjukkan kepadanya sperma yang ada di mulutku. Dia menghentikan remasannya sejenak. Melihat spermanya ada di mulutku membuatnya lebih terangsang. Setelah menelan spermanya, aku bertanya, "Mas, tidak pingin ngerasain anusku?" Tanpa ragu dia langsung menyuruhku untuk tengkurap dengan pantat diangkat tinggi. "Sebentar Mas, aku ambil mentega dulu, ya?" <br /><br />Sebelum anusku disodok, aku memintanya untuk melumuri seluruh badanku dengan mentega, dari atas sampai ke bawah, termasuk lubang anusku. Melihat tubuhku yang mengkilat oleh mentega, dia menjadi semakin tidak sabar dan langsung menyodok anusku. Sambil merasakan nikmatnya batang kemaluannya di dalam duburku, aku meremas-remas payudaraku yang menjadi licin oleh mentega. Sekitar 10 menit kemudian, kurasakan spermanyanya keluar di dalam duburku. Dia tampak puas sekali. Kami berdua tergeletak di atas karpet. "Mbak, enak banget rasanya. Lain kali boleh lagi tidak?" "Kenapa harus lain kali? Sekarang aja kenapa?" "Wah, nggak kuat Mbak." "Ya udah deh, tapi jangan pulang dulu, aku mau minta tolong, mau tidak?" "Minta tolong apa sih?" tanyanya. <br /><br />Aku beranjak dari karpet dan pergi ke halaman samping, dan mengajak anjing herder yang selama ini setia menjagaku. Setelah sampai ke ruang tadi, aku bilang, "Mas, aku mau tanya, payudaraku besar tidak sih?" "Wah, kalo itu sih bukan payudara lagi, tapi udah tuueeteek.." "Iya? Makasih loh Mas atas pujiannya. Tapi aku masih ngerasa kalo payudaraku ini kurang besar. Mas mau tidak tiap hari mijetin payudaraku ini, biar tambah besar lagi, ya?" "Iya deh, tapi Mbak juga harus mau ngemut kontolku tiap hari, biar tambah panjang." Karena aku memang suka menghisap kemaluan laki-laki, maka syarat yang dia berikan sama sekali tidak membuatku keberatan, sehingga aku menjawab, "Boleh, siapa takut?" "Oh ya, ini anjingku, temen main setiaku." <br /><br />Mungkin karena tidak tahu maksudku, dia bertanya, "Temen main apa Mbak?" "Main ini.." kataku sambil menidurkan anjingku. Aku melirik ke arahnya, kemudian pelan-pelan kukulum batang kemaluan anjingku itu. Dia tampak tercengang. "Loh Mas, kok diam? Ayo dong pijetin payudaraku", kataku. Dia mulai meremas-remas payudaraku sambil tetap menunjukan pandangannya ke arahku yang mulai asyik menghisap batang kemaluan anjingku itu. "Mas, tolong ambilkan terong di dapur dong", pintaku. Dia menuju ke dapur, dan kemudian segera kembali dengan terong yang lumayan besar. Tanpa membuka mulutku, karena masih keenakan menghisap, salah satu tanganku menunjuk ke arah anusku. <br /><br />Dia rupanya mengerti. Karena masih ada sisa-sisa mentega dan peju, maka tak sulit baginya memasukkan terong itu ke dalam anusku, lagi pula aku memang sering melakukannya. Satu tangan penjual minuman itu meremas-remas payudaraku secara bergantian, sedangkan tangan yang satunya lagi memainkan terong itu di dalam anusku. Keluar, masuk, keluar masuk, "Aaahh", enak rasanya. Aku semakin giat mengulum batang kemaluan anjing tersayangku. Sesaat kemudian anjingku mengeluarkan air maninya di dalam mulutku. "Hmmhh", kumainkan spermanya di mulutku, seperti orang yang sedang berkumur. Penjual minuman tadi masih melakukan tugasnya dengan giat. Dengan isyarat tanganku, aku memintanya untuk berhenti. <br /><br />Aku berbalik ke arahnya, menunjukkan air mani anjingku yang masih ada di dalam mulutku. Dia bertanya, "Mbak mau telan itu?" Dengan tersenyum kuanggukkan kepalaku, kemudian kutelan habis air mani anjingku itu. Dia hanya terpaku melihat tingkahku itu. "Mas, aku mau tidur dulu ya? Tolong pijetin payudaraku, ya?" kataku. Lalu aku menuju ke sofa dan tidur. Aku mulai tertidur sambil merasakan remasan-remasan tangannya. Saat aku membuka mataku, penjual minuman itu masih memijat-mijat payudaraku. "Udah Mas, terima kasih ya?" kataku sambil beranjak bangun dari sofa. Dia menghentikan kegiatannya. <br /><br />"Mbak, yang Mbak bilang tadi jadi tidak?" "Yang apa?" "Katanya aku disuruh mijetin payudaranya Mbak tiap hari?" "Ooh itu, ya jadi dong, tapi sekarang Mas pulang dulu ya, soalnya sebentar lagi Siti sama Jono pulang, tadi mereka kusuruh jaga toko", alasanku, kalau tidak begitu dia tidak pulang-pulang. "Ya deh Mbak, besok lagi ya?" aku menganggukkan kepalaku. Kupakai lagi celana dan kaosku. Kuantar dia sampai keluar dari pagar. Aku masuk lagi ke rumah, lalu aku mandi. Payudaraku agak memar, mungkin karena dari tadi diremas-remas oleh penjual minuman itu. <br /><br />Masih dalam keadaan telanjang bulat dan basah, aku keluar mencari anjingku, rupanya anjingku masih ada di ruang tamu. Kuajak anjingku masuk ke dalam kamar mandi. Kunyalakan shower-nya, di bawah pancuran shower itu aku bercinta lagi dengan anjingku. Kutidurkan dia, tanpa pikir panjang kukulum lagi kemaluannya sambil kukocok, kusedot-sedot, dan kadang-kadang agak kugigit-gigit, anjing kesayanganku itu kelihatannya sangat menikmati sedotan-sedotanku. Beberapa saat setelah itu, kurasakan spermanya mulai muncrat di dalam mulutku. Kupercepat kocokan tanganku dan kemaluannya kusedot dengan lebih kuat, sampai akhirnya spermanya keluar semua di dalam mulutku. <br /><br />Aku berdiri sebentar untuk mematikan shower-nya. Aku duduk di lantai kamar mandi, dan memandangi kedua payudara indahku. Sperma anjingku yang masih ada di mulut, kukeluarkan dan kutumpahkan ke atas payudaraku. Kuratakan sperma anjingku ke seluruh payudaraku, sampai payudaraku kelihatan mengkilat dan licin. <br /><br />Kuremas-remas payudaraku, dan kadang-kadang kutarik-tarik putingku. Karena payudaraku besar, aku bisa mengulum putingku sendiri, kujilat-jilat payudaraku, kurasakan nikmatnya sperma seekor anjing yang melumuri sepasang payudara berukuran 40C ini. END by - Cerita Seks Terbaru, Cerita Dewasa Hot, Cerita Mesum SeruCerita Seruhttp://www.blogger.com/profile/11284718548711892644noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6786224700136029903.post-51501093384303091152017-11-05T22:45:00.000-08:002017-12-07T06:53:56.276-08:00Cerita Sex Pemerkosaan dan Penculikan Artis<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><b>Cerita Sex Pemerkosaan dan Penculikan Artis</b> - Tamara Blezynski dan suaminya, turun dari mobil di depan rumah mereka. Mereka baru saja berkunjung ke kerabat mereka di Bandung, dan pada pukul 11 malam ini baru bisa sampai di rumah. Pada saat mereka berdua turun dari mobil, tiba-tiba ada Panther hitam yang mendekati sambil menyalakan lampu mobil yang sangat terang.<br /><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img alt="Cerita Sex Pemerkosaan dan Penculikan Artis" border="0" height="596" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhADLdTlNxMYyV2boXRsh5TIXOQxq1T3qnQdyTPIFl4bJjfTieL6-SsnHdSagDrOGZ9OEgV3u3WhAFt2euLCCgtPJDGIWqgcX37NtdNhSznKb3oI9luB4_lSIj-NokCzxb3UTH5fneG1A/s640/Cerita+Sex+Pemerkosaan+dan+Penculikan+Artis.jpg" title="Cerita Sex Pemerkosaan dan Penculikan Artis" width="640" /></div><br /><h2>Cerita Sex Pemerkosaan dan Penculikan Artis</h2>Karena silau dan kaget, Tamara tidak langsung sadar bahwa mobil tersebut telah ada di sampingnya. Segera saja pintu Panther itu terbuka dan tiga pasang tangan keluar dari dalam mobil. Yang pertama memegang tangan kiri, yang kedua menarik tangan kanannya, dan yang ketiga meraih pinggangnya dan menarik tubuhnya masuk ke Panther. Setelah Tamara masuk ke dalam. Panther tersebut langsung tancap gas.<br /><br />Di dalam mobil, Tamara melihat ada lima orang yang bertampang beringas yang pertama dipanggil Boss oleh yang lain, ada juga yang Botak, yang satu lagi bermuka Bopeng dan di sampingnya ada salah satu matanya ditutup kain hitam ala bajak laut. Sedangkan di depan ada lagi yang berambut Jabrik.<br /><br />"Lepaskan! Apa-apaan ini?! Tolong!" teriak Tamara sambil meronta-ronta, sementara ada tangan-tangan penculiknya menggerayangi tubuhnya. Ada yang meremas pinggulnya, mengelus pahanya, dan yang membuat Tamara menjerit kesakitan adalah Boss dan Botak yang meremas payudaranya keras-keras.<br /><br />"Aaaah, jangan! Jangan! Lepaskan saya! Tolong!" erang Tamara sambil berontak tanpa hasil.<br /><br />Para penculik tersebut membuat Tamara seperti boneka selama perjalanan ke markas penculik tersebut. Akhirnya Panther tersebut berhenti dan dengan dipegangi oleh 4 orang masing-masing di tangan dan kaki, Tamara yang sudah kelelahan meronta selama perjalanan digotong masuk ke sebuah ruangan. Dalam ruangan itu hanya ada satu ranjang dan lemari besi.<br /><br />"Ikat dia!" Boss menyuruh 4 anak buahnya mengikat tangan dan kaki Tamara ke sudut-sudut ranjang, sehingga tubuh Tamara membentuk huruf X, kaki dan tangannya membuka lebar.<br />"Gimana sekarang Boss?" tanya Jabrik sambil menjilati bibirnya. Dia sudah sangat terangsang, batang kemaluannya sudah menegang dari tadi.<br />"Kita giliran! Pertama gue, trus selanjutnya loe gantian!" putus sang Boss, "Sekarang loe semua telanjangin aja dulu dia."<br />"Jangan! Jangan! Lepaskan!" Tamara mulai meronta-ronta lagi ketika Botak, Mata Satu, dan yang lainnya mendekatinya dan langsung merobek-robek bajunya sampai dia telanjang bulat. Tamara menangis sekeras-kerasnya sambil terus berusaha melepaskan diri.<br /><br />"Wow, bodinya oke banget" seru Botak, "Gila, bunder ama sih loe. Gue taruhan pasti enak banget ngisep puting susu loe!" Setelah itu mereka semua langsung melepas pakaiannya masing-masing. Tamara menggigil ketakutan melihat ukuran kejantanan mereka yang luar biasa besarnya. Sementara anak buahnya menggerayangi tubuh Tamara dari pinggir ranjang, sang Boss langsung naik ke atas ranjang dan mengambil posisi di atas Tamara.<br /><br />"Gimana? Loe udah siap kan Sayang? Tenang aja loe bakal ngerasain yang belon pernah loe rasain lewat suami loe!" kata si Boss sambil mengocok batang kemaluannya agar benar-benar tegang.<br />"Jangan! Lepaskan saya! Saya janji tidak lapor polisi!" mohon Tamara sambil menangis.<br />"Hush! Kita di sini mau senang-senang Sayang! Masa loe mau pergi dulu!" kata si Boss sambil mulai mengarahkan batang kejantanannya ke liang senggama Tamara.<br /><br />"Jangan.. jangan.. saaakkkit, jaangaaakkkhh" Tamara berteriak-teriak ketika si Boss mulai mendorong masuk batang kejantanannya.<br />"Buset! Sempit amat memek loe.. Loe seminggu maen berapa kali sih ama suami loe?!" dengus si Boss sambil terus mendorong batang kejantanannya yang baru bisa masuk sampai kepala, sementara Tamara menjerit sejadi-jadinya, karena selain masih sempit, liang kewanitaannya juga kering sekali sehingga setiap si Boss mendorong batang kejantanannya sakitnya bukan main.<br /><br />"Jangan! Ampun! Sakit sekali! Saya nggak kuat! Ampuungghhh" Tamara kembali mendengus kesakitan ketika si Boss mulai mendorong-dorong batang kejantanannya lagi.<br />"Dorong sekalian aja Boss!" saran Bopeng sesaat waktu dia berhenti mengisap-isap puting susu Tamara.<br />"Oke Sayang! Loe siap ya! Gue mau dorong loe sekali lagi", si Boss bersiap sambil mengusap keringat di dadanya, Tamara merintih-rintih ketika sodokan si Boss berhenti sejenak. "Sakit sekkhhh.. Aaarrgghhh.. aaakkhhh..." si Boss mendorong keras-keras batang kejantanannya sambil memegangi pinggul Tamara. Hasilnya seluruh batang kejantanannya bisa masuk sambil diiringi jeritan Tamara yang melengking tinggi. Setelah itu mulailah si Boss bergerak maju mundur perlahan, setiap tarikan dan dorongan semuanya diiringi oleh erangan Tamara.<br /><br />Akhirnya setelah 15 menit maju mundur, si Boss mulai bergerak makin cepat. Tamara yang sudah kelelahan mengerang dan lemas, mulai merasakan sakit yang menggigit liang kewanitaannya, sementara si Boss makin cepat maju mundur sampai seluruh ranjang berguncang-guncang.<br /><br />"Sakittt! Aaah, ampuuun! Ampuun..." Tamara tak berdaya, tubuhnya juga terbanting-banting di ranjang seirama dengan gerakan si Boss. Tubuh Tamara juga sekarang berkilau karena air liur yang dari lidah-lidah penculiknya yang menjilati tubuhnya dari paha sampai wajahnya. Sekarang si Mata Satu sedang mengigiti puting susunya sementara si Bopeng menjilati wajahnya. Si Jabrik meremas-remas susunya dan si Botak meraba sisa tubuh Tamara yang lain.<br /><br />"Eeeggh, gue mau keluar Sayang, eegh.. eegh.. eegh.." dengus si Boss "Yaa.. ya.. gue keluarin Sayang, akk.. eaaah.. eaaahh.." tubuh si Boss mengejang sesaat sambil mendorong batang kejantanannya masuk ke liang kemaluan Tamara. Dari batang kejantanannya keluar sperma yang saking banyaknya sampai menetes keluar.<br /><br />"Aaaah! Gue puas bener nih! Gimana dengan loe Sayang?" perlahan si Boss menarik keluar batang kejantanannya yang lemas.<br />"Ampun, sakit sekali! Saya mohon, ampun.." erang Tamara lirih karena kesakitan dan kecapaian diperkosa si Boss selama 20 menit lebih.<br />"Oke sekarang giliran loe semua, jangan rebutan, dia udah jadi milik kita sekarang! Gue mau duduk dulu biar ****** gue bisa istirahat!" si Boss berkata sambil bersila di lantai, "Lo semua tunjukin gue kalo loe jantan oke?!"<br />"Beres Boss", seru mereka serempak.<br />"Sekarang gue duluan!" si Jabrik naik ke atas ranjang.<br />"Halo Tamara sayang! Kita mulai aja ya! Gue jamin punya gue lebih besar dari Boss!" Tamara kembali membelalakkan mata sambil berteriak.<br /><br />Tak lama kemudian ****** besar milik si Jabrik sudah menyodok liang kewanitaan Tamara yang sudah tidak karuan bentuknya dan sodokan ganas ini membuat Tamara meneteskan air matanya. Berjam-jam lamanya Tamara mesti menerima siksaan dari laki-laki yang sudah lapar akan seks dan tubuh Tamara yang sangat seksi dan menggairahkan itu. Setelah mereka semua puas menyemprotkan cairan kenikmatan mereka ke dalam liang kemaluanTamara. Mereka menampar Tamara sehingga tamara menjadi pingsan dan ketika dia sadar, dia sudah berada di sebuah hutan yang dia sendiri tidak pernah mengenalnya sebelumnya.<br /><br />Tak lama kemudian, Tamara melihat sebuah cahaya lampu senter di kejauhan dan dia berpikir bahwa sebentar lagi dia bisa melaporkan kejadian yang baru saja dia alami ke polisi. Tetapi sayang sekali karena dugaan dia salah sama sekali. Cahaya cahaya lampu itu berasal dari pemuda-pemuda desa dan ketika mereka melihat tubuh Tamara yang seksi dan panas itu, mereka tidak menolong Tamara tetapi mereka malah memperkosa Tamara. Sungguh pedih hati Tamara menerima kenyataan bahwa dia harus melayani 20 pemuda pemuda sekaligus. <br /><br />Ada beberapa pemuda yang menjilati payudaranya yang gempal, ada yang memasukkan kejantanannya ke dalam liang kewanitaan Tamara yang penuh dengan sperma yang sudah tidak tahu lagi milik siapa sperma itu dan ada pula yang menancapkan batangannya ke dalam anus Tamara dan mulut Tamara yang indah sekarang mesti melayani batang kemaluan dari 3 pemuda dan dia mesti menjilatinya satu persatu sehingga tak lama kemudian wajah cantik Tamara sudah dihiasi oleh sperma pemuda-pemuda itu. Setelah mereka semua puas memuaskan nafsu bejat mereka, mereka meninggalkan Tamara seorang diri di hutan yang gelap itu. END by Cerita Seks Terbaru, Cerita Dewasa Hot, Cerita Mesum Seru - Cerita Seruhttp://www.blogger.com/profile/11284718548711892644noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6786224700136029903.post-36372790634002053652017-11-05T22:44:00.000-08:002017-12-07T06:53:56.596-08:00Cerita Mesum Masa SMP Dengan Saudariku<b>Cerita Mesum Masa SMP Dengan Saudariku</b> - Masa itu masa awal kenalanku, masa awal naluri lelakiku bermain. Dan dia menjadi awal dari semua nafsu seks masa puber yang bergejolak. Cerita panas berikut menceritakan aksi seksku pada masa smp.<br /><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img alt="Cerita Mesum Masa SMP Dengan Saudariku" border="0" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgm-utw7CrGabosYx4RFoRBDMOX9PehWPLAnNb2hRGEMB-Ql048aAP7kZQUZ4ckJWHw5iSU5Z6CcW_PIkTp4ptG7vkK_8QKaclcmVyw3cIiCy6pFZOB2nEn4ZqXaCBh9x1HxNIF6SVUbQ/s640/Cerita+Mesum+Masa+SMP+Dengan+Saudariku.jpg" title="Cerita Mesum Masa SMP Dengan Saudariku" width="472" /></div><br /><h2>Cerita Mesum Masa SMP Dengan Saudariku</h2>Namaku Toni, ketika aku SMP, aku tinggal dengan saudaraku di Jakarta, di rumah itu aku bersama tiga orang anak dari saudaraku itu yang usianya sebayaku kecuali Marlena si bungsu, gadis kecil yang masih kelas enam SD.<br /><br />Setahun sudah aku tinggal dengan mereka, di usia puber sepertiku, semakin hari tubuh Marlena yang biasa kupanggil Lena, terlihat semakin bongsor saja, dengan kulitnya yang putih bersih semakin terlihat menggairahkan nafsuku. Maklumlah turunan dari ibunya yang bertubuh bongsor dan montok.<br /><br />Setiap pulang sekolah aku selalu meluangkan waktu untuk ngobrol-ngobrol dengan Lena, sekedar untuk melihatnya dari dekat, apalagi payudaranya mulai terlihat bentuknya. Aku pun mulai mengincarnya, suatu ketika aku akan mendekatinya, pikirku.<br /><br />Dihari berikutnya saat Marlena pulang dari sekolah langsung menuju ke kamar tempat cucian-cucian yang belum kering, karena di rumah lagi tidak ada orang, akupun mengikutinya. Aku berusaha agar kedatanganku tidak mengagetkannya.<br /><br />"Len…udah pulang..?" iya kak, sambil melepas sepatunya.<br />"Awas dong…mau ganti baju nih…!" katanya memohon.<br />"Iya..aku keluar deh..tapi kalo udah ganti baju boleh masuk lagi ya…!" pintaku padanya.<br />"Iya…..boleh…" ungkapnya.<br /><br />"Aku masuk ya…!" pintaku dari luar sambil membuka pintu. Wow..seperti bidadari Marlena memakai daster kecilnya yang bertali satu, jantungku berdegup kencang seakan tidak percaya akan pemandangan itu.<br /><br />"Len…kamu cantik sekali pakai baju itu..!" ungkapku jujur padanya.<br />"Masa sih..!" kata Marlena sambil berputar bergaya seperti peragawati.<br />"Aku boleh bilang sesuatu nggak Len…?" tanyaku agak ragu padanya.<br />"Mau bilang apaan sih kak…serius banget deh kayaknya…!" ungkap Marlena penasaran.<br />"A..aku.. boleh peluk kamu nggak..,sebentar aja…!" ungkapku memberanikan diri.<br />"Aku janji nggak ngapa-ngapain….sungguh..!" janjiku padanya.<br />"Iiih…peluk gimana sih.., emang mau ngapain…, nggak mau ah…!" bantahnya.<br />"Sebentar….aja….ya…Len.." kembali aku membujuknya, jangan sampai dia jadi takut padaku.<br />"Ya udah cepetan ah…yang enggak-enggak aja sih…" ungkapnya agak genit sambil berdiri membelakangiku.<br /><br />Tak kusia-siakan aku langsung memeluknya diri belakang, tanganku melingkar di tubuhnya yang kecil mulus, dan padat itu, lalu tanganku kuletakkan di bagian perutnya, sambil ku usap-usap dengan perlahan.<br /><br />Gila..kontolku langsung berdenyut begitu menyentuh pantat Marlena yang empuk dan bentuknya sedikit menungging menyentuh ke arah kontolku. Langsung saja kugesek-gesekkan pelan-pelan di pantatnya itu.<br /><br />"Iiih….diapain sih tuh…udah….ah…!" seru Marlena sambil berusaha melepaskan pelukanku.<br />"Aku terangsang Len…abis kamu cantik sekali Len…!" ungkapku terus terang.<br /><br />Marlena pun membalikkan badannya menghadapku, sambil menatapku penuh rasa penasaran.<br /><br />"Anunya bangun ya kak…?" tanya Marlena heran.<br />"Iya Len…aku terangsang sekali…" ungkapku sambil mengelus-elus celanaku yang menyembul karena kontolku yang sudah tegang.<br />"Kamu mau lihat nggak Len…?" tanyaku padanya.<br />"Nggak ah…entar ada orang masuk lho…!" katanya polos.<br />"Kita kunci aja dulu pintu gerbangnya ya…!" ungkapku, sambil beranjak mengunci pintu gerbang depan.<br />Sementara Marlena menungguku dengan sedikit salah tingkah di kamar itu.<br /><br />Sekembali mengunci pintu gerbang depan, kulihat Marlena masih di kamar itu menunggu dengan malu-malu, tapi juga penasaran.<br /><br />"Ya udah aku buka ya…..?" ungkapku sambil menurunkan celana pendekku pelan-pelan.<br />Kulihat Marlena mengbuang muka pura-pura malu tapi matanya sedikit melirik mencuri pandang ke arah kontolku yang sudah kembali ngaceng.<br /><br />"Nih lihat….cepetan mumpung nggak ada orang…!" ungkapku pada Marlena sambil kuelus-elus kontolku di depannya. Marlena pun melihatnya dengan tersipu-sipu.<br />"Iiih ngapain sih…. Malu tahu…!" ungkapnya pura-pura.<br />"Ngapain malu Len…kan udah nggak ada orang…" kataku berdebar-debar.<br /><br />"Mau pegang nggak….?" Ungkapku sambil menarik tangan Marlena kutempelkan ke arah kontolku. Tampak muka Marlena mulai memerah karena malu, tapi penasaran. Masih dalam pegangan tanganku, tangan Marlena kugenggamkan pada batang kontolku yang sudah ngaceng itu, sengaja ku usap-usapkan pada kontolku, dia pun mulai berani melihat ke arah kontolku.<br /><br />"Iiiih…takut ah…gede banget sih…!" ungkapnya, sambil mulai mengusap-ngusap kontolku, tanpa bimbinganku lagi.<br /><br />"Aaaah…ooouw….terus Len…enak banget…!" aku mulai merintih. Sementara Marlena sesuai permintaanku terus menggenggam kontolku sambil sesekali mengusap-usapkan tangannya turun naik pada batang kontolku, rasa penasarannya semakin menjadi melihat kontolku yang sudah ngaceng itu.<br /><br />"Aku boleh pegang-pegang kamu nggak Len…?" ungkapku sambil mulai mengusap-usap lengan Marlena, lalu bergeser mengusap-usap punggungnya, sampai akhirnya ku usap-usap dan kuremas-remas pantatnya dengan lembut. Marlena terlihat bingung atas tingkahku itu, di belum mengerti apa maksud dari tindakanku terhadapnya itu, dengan sangat hati-hati rabaan tanganku pun mulai keseluruh bagian tubuhnya, sampai sesekali Marlena menggelinjang kegelian, aku berusaha untuk tidak terlihat kasar olehnya, agar dia tidak kapok dan tidak menceritakan ulahku itu kepada orang tuanya.<br /><br />"Gimana Len…….?" ungkapku padanya.<br />"Gimana apanya…!" jawab Marlena polos.<br /><br />Aku kembali berdiri dan memeluk Marlena dari belakang, sementara celanaku sudah jatuh melorot ke lantai, sekalian saja kulepas. Marlena pun diam saja saat aku memeluknya, sentuhan lembut kontolku pada daster mini warna bunga-bunga merah yang dipakai Marlena membuatku semakin bernafsu padanya. akupun terus menggesek-gesekkan batang kontolku di atas pantatnya itu. Sementara tangan Marlena terus menggenggam batang kontolku yang menempel di pantatnya, sesekali dia mengocoknya pelan-pelan.<br /><br />Tak lama setelah itu perlahan kuangkat daster tipis Marlena yang menutupi bagian pantatnya itu, lalu dengan hati-hati kutempelkan batang kontolku diatas pantat Marlena yang tidak tertutupi oleh daster tipinya lagi.<br /><br />"Len….buka ya celana dalamnya….!" pintaku pelan, sambil membelai rambutnya yang terurai sebatas bahunya itu.<br />"Eeeh….mau ngapain sih….pake dibuka segala…?" tanyanya bingung.<br />"Nggak apa-apa nanti juga kamu tahu… Lena tenang aja…!" bujukku padanya agar dia bersikap tenang, sambil perlahan-lahan aku turunkan celana dalam Marlena.<br />"Tuh kan…..malu…masa nggak pake celana dalam sih…!" ungkapnya merengek padaku.<br />"Udah nggak apa-apa….kan nggak ada siapa-siapa..!" aku menenangkannya.<br /><br />"Kamu kan udah pegang punyaku…sekarang aku pegang punyamu ya…Len..?" pintaku padanya, sambil mulai ku usap-usap memeknya yang masih bersih tanpa bulu itu.<br />"Ah..udah dong…geli nih…" ungkap Marlena, saat tanganku mengusap-usap selangkangan dan memeknya.<br /><br />"Ya udah….punyaku aja yang ditempelin deket punyamu ya..!" ungkapku sambil menempelkan batang kontolku ditengah-tengah selangkangan Marlena tepat diatas lubang memeknya. Pelan-pelan kugesek-gesekkan batang kontolku itu di belahan memek Marlena. Lama kelamaan memek Marlena mulai basah, semakin licin terasa pada gesekkan batang kontolku di belahan memek Marlena, nafsu birahiku semakin tinggi, darahku rasanya mengalir cepat keseluruh tubuhku, seiring dengan degup jantungku yang makin cepat.<br /><br />Masih dalam posisi membelakangiku, aku meminta Marlena membungkukkan badannya ke depan agar aku lebih leluasa menempelkan batang kontolku di tengah-tengah selangkangannya. Marlena pun menuruti permintaanku tanpa rasa takut sedikitpun, rupanya kelembutan belaianku sejak tadi dan segala permintaanku yang diucapkan dengan hati-hati tanpa paksaan terhadapnya, meyakinkan Marlena bahwa aku tidak mungkin menyakitinya.<br /><br />"Terus kita mau ngapain nih…?" ungkap Marlena heran sambil menunggingkan pantatnya persis kearah kontolku yang tegang luar biasa. Kutarik daster tipisnya lalu kukocok-kocokkan pada batang kontolku yang sudah basah oleh cairan memek Marlena tadi. Lantas aku masukan kembali batang kontolku ketengah-tengah selangkangan Marlena, menempel tepat pada belahan memek Marlena, mulai kugesek-gesekan secara beraturan, cairan memek Marlena pun semakin membasahi batang kontolku.<br /><br />"Aaah…Len…enaaaak….bangeet…!" aku merintih nikmat.<br />"Apa sih rasanya….emang enak…ya…?" tanya Marlena, heran.<br />"Iya…Len…rapetin kakinya ya…!" pintaku padanya agar merapatkan kedua pahanya.<br /><br />Waw nikmatnya, kontolku terjepit di sela-sela selangkangan Marlena. Aku terus menggenjot kontolku disela-sela selangkangannya, sambil sesekali kusentuh-sentuhkan ke belahan memeknya yang sudah basah.<br /><br />"Ah geli nih…. udah belum sih…jangan lama-lama dong…!" pinta Marlena tidak mengerti adegan ini harus berakhir bagaimana.<br />"Iya…Len… sebentar lagi ya…!" ungkapku sambil mempercepat genjotanku, tanganku meremas pantat Marlena dengan penuh nafsu.<br /><br />Tiba-tiba terasa dorongan hebat pada batang kontolku seakan sebuah gunung yang akan memuntahkan lahar panasnya.<br /><br />"Aaaaakh…aaaoww…Leenn…aku mau keluaarr…crottt…crott…crottt.. oouhh…!" air maniku muncrat dan tumpah diselangkangan Marlena, sebagian menyemprot di belahan memeknya.<br />"Iiiih….jadi basah..nih…!" ungkap Marlena sambil mengusap air maniku diselangkangannya.<br />"Hangat…licin…ya…?" ungkapnya sambil malu-malu.<br />"Apaan sih ini….namanya..?" Marlena bertanya padaku.<br />"Hmm…itu namanya air mani…Len…!" jelasku padanya.<br /><br />Dipegangnya air mani yang berceceran di pahanya, lalu dia cium baunya, sambil tersenyum. Aku pun menatap Marlena sambil melihat reaksinya setelah melihat tingkahku padanya itu. Tapi untunglah Marlena tidak kaget atas tingkahku itu, cuma sedikit rasa ingin tahu saja yang terlihat dari sikapnya itu.<br /><br />Aku sungguh beruntung dengan keadaan di rumah itu sore itu yang telah memberiku kesempatan untuk mendekati Marlena gadis kecil yang cantik.<br /><br />Marlenapun menurunkan daster mininya sambil mengusapkannya ke selangkangannya yang belepotan dengan air maniku, lalu dipakainya kembali celana dalamnya yang kulepas tadi.<br /><br />"Len…makasih ya…udah mau pegang punyaku tadi…!" ungkapku pada Marlena yang masih terheran-heran atas ulahku tadi.<br />"Kamu nggak marahkan kalau besok-besok aku pengen seperti ini lagi..?" pintaku pada Marlena.<br />"Iya…nggak apa-apa…asal jangan lagi ada orang aja..kan malu…!" ungkap Marlena polos.<br /><br />Setelah itu Marlena pun bergegas mengambil tas sekolahnya berlalu ke dalam kamarnya, aku benar-benar merasa puas dengan kepolosannya tadi, pokoknya nanti aku akan bujuk dia untuk seperti itu lagi, kalau perlu kuajari yang lebih dari itu. END by - Cerita Seks Terbaru, Cerita Dewasa Hot, Cerita Mesum SeruCerita Seruhttp://www.blogger.com/profile/11284718548711892644noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6786224700136029903.post-51098976580501278252017-11-05T22:36:00.000-08:002017-12-07T06:53:56.919-08:00Ngentot Dengan Jablay Seksi Bertoket Gede<b>Ngentot Dengan Jablay Seksi Bertoket Gede</b> - Suatu siang aku iseng nyari makan siang di satu mal. Makan cepat saji yang paling gampang dicari adalah ayam goreng. aku pesan pahe ayam goreng plus kentang plus soft drink dingin. Selesai membayar, aku membawa nampanku mencari tempat duduk yang kosong.<br /><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img alt="Ngentot Dengan Jablay Seksi Bertoket Gede" border="0" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgG7vKxLeMy93eIGn0EJHcugbpNBt3ezJtGMYK0I3-B4oDJUZMmuDVTk9NX0gqN5h1LMt_UrphF3ebag9gKjr17DZG48ffN1U9QJc2rsHt3Qm08hjOWJAjw4ZfgOsCRll8nSMb03o8Uyg/s640/Ngentot+Dengan+Jablay+Seksi+Bertoket+Gede.jpg" title="Ngentot Dengan Jablay Seksi Bertoket Gede" width="498" /></div><br /><h2>Ngentot Dengan Jablay Seksi Bertoket Gede</h2>Mataku tertumbuk pada sesosok prempuan muda, cantik, seksi dengan tonjolan besar didadanya, tapi disebelahnya ada anak prempuan kecil, mungkin 3 tahunan lah. Dia memakai celana ketat dan tanktop yang juga ketat, toket besarnya ngintip dari belahan tank topnya yang rendah. Walaupun banyak tempat duduk yang kosong aku nimbrung ja di meja dimana prempuan cantik seksi dan anak prempuan itu duduk. <br /><br />“Boleh join kan?” Tanpa menunggu jawabannya aku langsung meletakkan nampanku dimejanya dan duduk. “O, silahkan ja pak”. “Cuma berdua saja”, pancingku membuka pembicaraan. “Kan ber 3 dengan bapak”, jawabnya, wah menangkisnya jago juga ni prempuan, pikirku. “Anaknya? Cantik kaya mamanya”. “Bukan pak, bukan anak saya”. “O, kirain anaknya, abis nyulik ya”, candaku. “Ih bapak bisa aja. Ini anak tetangga, tadi dititipkan ke rumah, katanya mo dijemput lagi siang ini di sini”.<br /><br />Dia menyuapi anak itu dengan nasi yang dicampur dengan sop, karena sopnya masi panas, ditiupnya sebentar sebelum disuapkan ke anak itu. Si anak kelakuannya manis banget, gak cerewet maksudku. “Belum punya anak, ato belon nikah?” “Nikah si udah tapi belon dikasi tu ma yang diatas”. “Minta dong”. “Ya sih, minta tapi gak dilakuin”. Wah kliatannya mo curhat neh. “Maksudnya gak dilakuin”. “Ya suami aku gak ngelakuin ya mana mo dikasi ma yang diatas kan”. “Kok bisa”. “Suami kerja dikapal cargo, jadi seringnya diatas kapal katimbang dirumah”. “O jadi jablay toh, kasian”. “Orang sedih kok malah digoda”. “Ya udah, aku ja yang membelai gimana”. “Genit ah”. Tengah pembicaraan mulai mencair, datanglah seorang prempuan, rupanya ini tetangganya, mo jemput anaknya. aku diem saja, dan dia juga tidak mengenalkan aku kepada tetangganya. Tetangga tau diri juga karena dia mengajak anaknya pergi setelah mengucapkan terima kasih atas bantuan yang diberikan dia.<br /><br />“Namanya siapa sih”. “Aku Sintia, bapak?” “aku menyebutkan namanku, jangan panggil bapak lah, formal amat”. “Abis mo dipanggil apa dong, mas aja deh ya. kan semua lelaki Indonesia dianggap jawa”. “Maksud kamu”. “Iya kadang dah jelas2 namanya Hutagalung dipanggil mas juga”. aku tertawa mendengar candanya. “Dah brapa lama nikah?” “ampir 2 tahun mas”. “Wah jablaynya dah lama dong ya. Mangnya gak tau kerjaan suami sebelum nikah”. “Tau si, cuma gak nyangka ja akan kaya gini”. “Ya udah, aku temenin deh hari ini. Abis ini kamu mo kemana?” “Gak kemana2 mas, Mo jalan ja”. Aku menggandengnya meninggalkan tempat makan dan masuk ke toko yang meruapak anchor tenant di mall itu. <br /><br />Kami ngobrol ngalor ngidul ja sembari membunuh waktu. Dia membiarkan aku menggenggam tangannya erat. “Kamu kaya istriku ja ya, jalan gandengan”. “Gak apa kan, katanya mas blon nikah?’ “Iya sih, kaya orang pacaran ya, padahal kamu istri orang”. “Biarin ja, orangnya juga ninggalin aku terus kok”. “Pegel nih jalan terus, kamu mo pulang gak?” “Gak ah mas, dirumah juga mo ngapain?” “ketempatku aja yuk”. “Mo ngapain ke tempat mas?’ “Ya ngobrol, santai ja, kan asik cuma ber 2″. “Iya deh”. Segera aku menggandengnya ke basement dan meluncurlah mobilku menuju kerumahku.<br /><br />Sesampai dirumahku,dia duduk didepan tv, tv kunyalakan dan aku mengambil minuman untuknya. “Mas tinggal ndiri ya”. “Iya, mo nemenin?” “Mau si, cuman kan aku dah punya suami”. “Kalo suaminya pergi ya nemenin aku ja disini”. “Maunya”. Kebetulan di tv ada siaran ulang debat capres. “Kamu ngikuti debat ini?” tanyaku. “Sambil lalu ja mas, debat cawapres juga ngikuti sambil lalu”. “Terus komentar kamu?” “Sayangnya Capres 3 gak berkolaborasi dengan cawapres 1, kalo gak kan setanding dengan calon ke 2 dan pilpresnya bisa 1 putaran kan”. “O gitu ya, pandangan kamu luas juga ya”. “Iya gak kaya mas, manangnya cuma disatu tempat ja”, katanya menyindirku, yang dari tadi hanya memandangi belahan toketnya yang montok. “Habis kamu seksi sekali si, kok bisa ya suami ninggalin istri yang bahenol kaya gini, pa gak takut istrinya dicolek orang laen”. Dia tersenyum manis. “Tadi kamu taen sekali nyuapin tu bocah, dah pantes jadi mami”. “Iya si, cuma ya itu problemnya”. “Iya jablay”.<br /><br />Dia menanggapi obrolanku dengan santai juga, kadang tanganku mengelus pahanya. “udah gak tahan ya mas”, godanya sambil membiarkan tanganku mengelus2 pahanya. Rabaanku semakin lama membuatnya semakin napsu. Dia membuka pahanya agak lebar. Melihat dia mengangkangkan pahanya, tangganku bergerak ke atas ke selangkangannya. Jari2ku mulai mengelus belahan me meknya dari luar. “Mas”, katanya, “Aku udah basah mas”. “Udah napsu banget ya Sin, aku juga sudah napsu”. Rumahnya besar ya mas”. “Iya, dibalakng ada kolam renangnya, mo renang gak”. “Gak bawa baju renang mas”. “Telanjang ja, repot amat si”. “Ih si mas, maunya tu”. “Kamu juga mau kan”.<br /><br />Dihalaman belakang ada kolam renang kecil yang dinaungi oleh rimbunnya pepohonan yang ada. Tembok tinggi menghalangi pandangan orang luar yang mau mengintip ke dalam. Dia langsung saja melepas tanktopnya, kemudian celana ketatnya. Pakaian diletakkan di dipan yang ada dipinggir kolam. Dipan itu ada matras tipisnya dan dipayungi rimbunnya pohon. Aku melotot memandangi tubuhnya yang hanya berbalut daleman bikini. Karena CDnya mini, jembutnya yang lebat berhamburan dari bagian atas, kiri dan kanan CDnya. Segera dia mencebur ke kolam, sementara aku membuka kaos dan celananya, sehingga hanya memakai CD. kon tolku yang besar, karena sudah ngaceng, tercetak jelas di CDku. Kemudian aku pun nyebur ke kolam, menghampirinya dan memeluknya. Bibirnya kucium, lidah kami saling berbelit. Aku menarik ikatan branya sehingga terlepas, kemudian meremas2 toketnya sambil memlintir pentilnya. Segera pentilnya menjadi keras. “Toketmu kenceng ya Sin, pentilnya gede.”, kataku. Dia diam saja sambil menikmati remasanku . kontolku yang keras menekan perutnya. “Mas, ngacengnya sudah keras banget”, katanya. “Kita ke dipan yuk” Aku sudah tidak bisa menahan napsuku lagi. Segera dia keluar kolam membawa branya yang sudah dilepas.<br /><br />Dia telentang didipan, menunggu aku yang juga sudah keluar dari kolam. Aku berbaring disebelahnya, bibirnya kembali kucium dengan penuh napsu dan aku kembali meremas2 toketnya sambil memlintir2 pentilnya. “Isep dong Mas” pintanya sambil menyorongkan toketnya itu ke wajahku. Langsung toketnya kuisep dengan penuh napsu. pentilnya kujilatia.”Ohh.. Sstt..” erangnya keenakan. Aku mulai mengelus jembutnya yg nongol keluar dari CDnya, kemudian kususupkan jariku ke dalam CDnya. Jariku langsung menyentuh belahan bibir me meknya dan kugesek-gesekkan dari bawah ke atas. Gesekanku selalu berakhir di it ilnya sehingga menimbulkan kenikmatan yang luar biasa. me meknya langsung berlendir, lendir juga membasahi seluruh bagian dinding dalam me meknya. “Oo.. Ooh! Uu.. Uuh!” desahnya sambil menekan tanganku yang satunya untuk terus meremas-remas toketnya. Dia sungguh sudah tidak tahan lagi, “Mas, aku udah gak tahan nih”.<br /><br />Tali ikatan CDnya di kiri dan kanan pinggang kugigit dan kutarik dengan gigiku sehingga terlepas. Kedua kaki kukangkangkan sehingga tampak jelas bulu jembutnya yang lebat. Aku kembali meraba dan mengelus me meknya. Aku menyelipkan jariku ke belahan me meknya yang sudah basah dan menyentuh dinding dalam me meknya. “Mas..! Aduuh! aku sudah enggak tahan, udah pengen dimasukkin”, pintanya. Aku tidak langsung memenuhi permintaannya, malah jariku beralih menggosok-gosok it ilnya. “Aduuh! mas..nakal!” serunya. Dia pun semakin tidak karuan, diremasnya kon tolku yang sudah keras sekali dari luar CDku.<br /><br />Toketnya yang sudah keras sekali terus saja kuremas2, demikian juga pentilnya. “Ayo dong mas dimasukin, aku sudah benar-benar enggak kuu.. at!” rengeknya lagi. Kemudian kumasukkannya jariku ke dalam me meknya yang sudah basah kuyup. Dengan tanpa menemukan kesulitan jariku menyeruak masuk ke dalam me meknya. me meknya langsung kukorek2, dindingnya kugaruk-garuk. Benjolan seukuran ibu jari yang tumbuh di dalam liang me meknya kumainkan dengan ujung jarinya hingga badannya tiba-tiba menggigil keras dan digoyang-goyangkannya pantatnya mengikuti permainan ujung jariku. Aku menelungkup diselangkangannya dan langsung mengulum Bibir me meknya.<br /><br />Cairan yang membasahi sekitar selangkangannya kujilati dan setelah bersih aku kembali mengulum bibir me meknya. Kemudian giliran itilnya mendapat giliran kukulum dan kulumat dengan mulut. Jariku kembali menyeruak masuk ke dalam me meknya, dia benar-benar hampir pingsan. Tubuhnya kembali terguncang hebat, kakinya jadi lemas semua, otot-otot perutnya jadi kejang dan akhirnya dia nyampe, cairan me meknya yang banjir kutampung dengan mulut dan tanpa sedikit pun merasa jijik kutelan semuanya. Dia menghela napas panjang, aku masih dengan lahapnya melumat me meknya sampai akhirnya selangkangannya benar-benar bersih kembali. me meknya terus kuusap2, demikian juga it ilnya sehingga napsunya bangkit kembali. “Terus Mas.. Enak..” desahnya. “Ayo dong Mas.. aku udah gak tahan”. tetapi aku masih tetap saja menjilati dan menghisap it ilnya sambil meremas2 toket dan pentilnya.<br /><br />Aku melepaskan CD, kon tolku yang besar dan lumayan panjang sudah ngaceng keras sekali mengangguk2. Dia kunaiki dan segera mengarahkan kon tolku ke me meknya. Perlahan kumasukkan kepala kon tolku. “Enak Mas..” katanya dan sedikit demi sedikit aku meneroboskan kontolku ke memeknya yang sempit. me meknya terasa sesek karena kemasukan kon tol besar, setelah kira-kira masuk separuh lebih kon tol mulai kuenjot keluar masuk. “Terus Mas.. kon tolmu enak” erangnya keenakan. Aku terus mengenjot me meknya sambil pentilnya kuhisap.<br /><br />Belum berapa lama dienjot, aku mengajak tukar posisi. Sekarang dia yang diatas. Diarahkannya me meknya ke kon tolku yang tegak menantang. Dengan liar dia kemudian mengenjot tubuhnya naik turun. toketnya yang montok bergoyang mengikuti enjotan badannya. Aku meremas toketnya dan menghisap pentilnya dengan rakus. “Mas.. kon tolmu besar, keras banget..”, dia terus menggelinjang diatas tubuhku. “Enak Sin?’ tanyakua. “Enak Mas.. en totin aku terus Mas..” Aku memegang pinggangnya yang ramping dan menyodokkan kon tolku dari bawah dengan cepat. Dia mengerang saking nikmatnya. Keringatnya menetes membasahi tubuhku. Akhirnya, “Aku nyampe Mas” jeritnya saat tubuhnya menegang merasakan nikmat yang luar biasa. Setelah itu tubuhnya lunglai menimpa tubuhku. Akumengusap-usap rambutnya sambil mencium bibirnya.<br /><br />Setelah beberapa saat, kon tolku yang masih ngaceng dicabut dari dari me meknya. Dia kutelentangkannya, dan aku naik ke atasnya. Kembali me meknya kujilati. Kedua lututnya kudorong sedikit ke atas sehingga bukit me meknya lebih menungging menghadap ke atas, pahanya lebih kukangkangkan lagi, dan lidah kujulurkan menyapu celah-celah me meknya. Lidah kujulurkan dan kugesekkan naik turun diujung itil nya. Dia hanya bisa merasakan nikmatnya sambil meremas- remas kon tolku dengan penuh nafsu. Cairan lendir yang keluar kembali dari me meknya dengan lahap kuhisap. Bibirku terus mencium dan melumat habis bibir me meknya. lidahku menjulur masuk ke dalam me meknya dan sempat menyentuh dinding bagian dalamnya. Saking dalamnya mulutku menekan me meknya, hidungku yang mancung menempel dan menekan it ilnya.<br /><br />Dia kembali merasakan kenikmatan lebih, apa lagi saat wajah dengan sengaja kugeleng-gelengkan ke kiri dan ke kanan dengan posisi hidung tetap menempel di itilnya dan bibir tetap mengulum bibir me meknya sambil lidah terus mengorek me meknya. Dia tak kuasa membendung napsunya. “Oocch!Mas.. Teruu.. Uus! Aku nyampe lagi mas”, suaranya semakin parau saja. Digoyangkannya pantatnya mengikuti irama gesekan wajahku yang terbenam di selangkangannya. Dijepitnya kepalaku dengan pahanya, badannya menggigil hebat bagaikan orang kejang. ia menarik nafas panjang sekali, semua cairan me meknya kuhisap dan kutelan hingga habis semua cairan yang ada di sekitar me meknya. Aku tetap dengan asyiknya menjilati me meknya.<br /><br />Kemudian jilatanku naik ke atas, ke arah perutnya. Lidahku bermain-main di pusarnya, sambil meraba dan meremas kedua toketnya, jilatanku juga semakin naik menuju toketnya. Jengkal demi jengkal jilatanku semakin naik. Mulutku sudah sampai ke dadanya. Kini giliran toketnya kujilati, lidahku kini menari-nari di ujung pentilnya. Sambil aku meraba-raba dengan tangan kanan keselangkangannya, menggesek- gesek it ilnya hingga me meknya basah lagi, nafsunya naik kembali.<br /><br />Sementara tangan kiri tetap meremas toketnya, bibirnya kulumat. Dia membalas lumatan bibirku dengan penuh nafsu, kujulurkan lidahku masuk ke rongga mulutnya. Dia menghisap lidahku, secara bergantian dia juga menjulurkan lidahnya ke dalam mulutku dan kubalas dengan hisapan pula.<br /><br />Kini aku membetulkan posisi sehingga berada di atasnya, kon tol ku sudah mengarah ke hadapan me meknya. Dia merasakan sentuhan ujung kon tolku di me meknya, kepala kon tol ku terasa keras sekali. Dengan sekali dorongan, kepala kon tolku langsung menusuk me meknya. Kutekan sedikit kuat sehingga kepala kon tolku terbenam ke dalam me meknya. Walau kon tol belum masuk semua, dia merasakan getaran-getaran yang membuat otot me meknya berdenyut, cairan yang membasahi me meknya membuat kon tolku yang besar mudah sekali masuk ke dalam me meknya hingga dengan sekali dorongan lagi maka kon tolku masuk kedalam sarangnya, blee.. ess..<br /><br />Begitu merasa kon tolku sudah memasuki me mek nya, kubalik badannya sehingga kembali dia berada di atas tubuhku, didudukinya batang kon tolku yang cukup panjang itu. Digoyangkan pantatnya, diputar-putar, dikocok naik turun hingga kon tolku keluar masuk me meknya, aku meremas- remas kedua toketnya. Lebih nikmat rasanya ngen tot dengan posisi wot buat dia, karena dia bisa mengarahkan gesekan kon tol besarku ke seluruh bagian me meknya termasuk it ilnya. Kini giliran aku yang tidak tahan lagi dengan permainannya, aku menggelengkan kepala menahan nikmat yang sebentar lagi tampaknya akan ngecret. Aku memberikan aba-aba padanya bahwa aku akan ngecret.<br /><br />“Kita nyampe sama-sama..mas”, rintihnya sambil mempercepat kocokan dan goyangan pantatnya. “Aa.. Aacch!” Diapun nyampe lagi, kali ini secara bersamaan dengan dia, bibir me meknya berkedutan hingga meremas kon tolku. Pejuku dan lendir me meknya bercampur menjadi satu membanjiri me meknya. Karena posisinya berada diatas, maka cairan kenikmatan itu mengalir keluar merembes melalui kon tolku sehingga membasahi selangkanganku, banyak sekali dan kurasakan sedikit lengket-lengket agak kental cairan yang merembes keluar itu tadi.<br /><br />Kami berdua akhirnya terkulai lemas di dipan. Posisinya tengkurap di sampingku yang terkulai telentang memandang rimbunnya dedaunan. “Mas, pinter banget sih ngerangsang aku sampe berkali2 nyampe, udah gitu kon tol mas kalo udah masuk terasa sekali gesekannya, abis gede banget sih”, katanya. “me mekmu juga nikmat sekali Sin, peret banget deh, kerasa sekali cengkeramannya ke kontolku”, jawabku sambil memeluknya. Kami berdua sempat tertidur cukup lama karena kelelahan dan tiupan angin sejuk sepoi2. Ketika terbangun, kami masuk ke rumah, aku mengajaknya mandi. “Kita mandi sama-sama yuk!” ajakku, “Badanku lengket karena keringat”.<br /><br />Kami masuk ke rumah menuju ke kamar mandi beriringan sambil berpelukan, bertelanjang bulat. Kamar mandinya tidak terlalu besar namun cukup bagus, ada ruangan berbentuk segi empat di dalam kamar mandi, bentuknya kira-kira seperti lemari kaca. Kami berdua masuk ke dalamnya dan menyalakan shower, aku dan dia saling bergantian menggosok tubuh kami, demikian pula saat menyabuni tubuh kami lakukan bergantian, saling raba, saling remas, bibir kami saling pagut bergantian. Dia menjulurkan lidahnya ke dalam mulutku yang kusambut dengan hisapan, dan secara bergantian pula kujulurkan lidahku ke dalam mulutnya. Diapun menyambutnya dengan lumatan. Rabaan tanganku berpindah ke toketnya. Kuremas-remasnya toketnya yang mulai mengencang lagi pertanda napsunya bangkit lagi. Dia pun tidak mau kalah, diraihnya kon tolku yang kembali sudah berdiri tegak dan dikocok-kocok lembut. Ujung kontolku sesekali menyenggol bagian depan pangkal pahanya. “Betul kan, kalo cewek jembutnya lebat pasti napsunya besar, kaya kamu ya Sin”, katanya.<br /><br />Kuarahkan kon tolku ke belahan bibir me meknya. Dengan menggunakan tanganku, kugesek- gesekkan ujung kon tolku ke belahan bibir me meknya. Kutempelkan ujung kon tolku ke ujung it ilnya dan kugesek-gesekkan naik turun. Kini me meknya kembali mengeluarkan cairan bening. Lalu aku mematikan shower sambil duduk di samping bathtub. Dia kudipangku dengan posisi memunggungiku. kon tolku yang sudah ngaceng keras kembali kumasukkan ke dalam me meknya dalam posisi seperti itu. Karena kondisi bathtub yang sempit mengharuskan posisinya merapatkan pahanya, maka me meknya menjadi kian sempit saja. Awalnya agak sulit juga kon tolku masuk kedalam memeknya.<br /><br />Tetapi dengan sedikit bersusah payah akhirnya ujung kontolku berhasil menyeruak ke dalam me meknya yang dibantu dia dengan sedikit menekan badannya kebawah, dan diangkatnya kembali pantatnya hingga lama kelamaan akhirnya berhasil juga kon tolku amblas semua ke dalam memeknya. Dengan posisi begini membuatnya harus aktif mengocok kontolku seperti di kolam renang tadi dengan cara mengangkat dan menurunkan kembali pantatnya, sehingga me meknya bisa meremas dan mengocok-ngocok kontolku. kontolku terasa sekali menggesek-gesek dinding bagian dalam me meknya. Saat dia duduk terlalu ke bawah, kon tolku terasa sekali menusuk keras me meknya, nikmat yang kurasakan tidak dapat kulukiskan dengan kata-kata lagi.<br /><br />memeknya semakin lama semakin basah sehingga keberadaan kon tolku dalam me meknya sudah tidak sesesak tadi. Kini dia pun sudah tidak kuat lagi menahan napsuku. Dia tidak mampu lagi mengangkat dan menurunkan pantatnya seperti tadi, kini dia hanya bisa terduduk dalam posisi kon tolku masih tertancap di dalam me meknya. Digoyang-goyangkan saja pantatnya sambil duduk di pangkuanku.<br /><br />Aku sedari tadi asyik meremas kedua toketnya. pentilnya kucubit dan kupilin-pilin sehingga menimbulkan sensasi tersendiri baginya. Aku tidak mampu bertahan lama merasakan goyangan yang dia lakukan. “Aduuh..! Sin, hebat banget empotan memek kamu! Aku hampir ngecret nich!” seruku sambil tetap memilin pentilnya. “Kita keluarin sama-sama yuk!” sahutnya sambil mempercepat goyangannya. Aku sudah benar- benar tidak mampu bertahan lebih lama lagi hingga dia kudorong sedikit ke depan sambil aku berdiri, sehingga posisinya menungging membelakangiku, tetapi kontolku masih menancap di dalam memeknya. Aku berdiri sambil mengambil alih permainan, aku mengocok-ngocokkan kon tolku keluar masuk memeknya dalam posisi doggy style.<br /><br />“Aa.. Aacch!” kini gilirannya yang menyeracau tidak karuan. Aku merasakan kedutan-kedutan di dalam me meknya, terasa sekali semburan hangat yang menerpa dinding me meknya, pejuku langsung muncrat keluar memenuhi memeknya. Bersamaan dengan itu, dia pun mengalami hal yang serupa, kurasakan kedutan me meknya berkali- kali saat dia nyampe. Kami nyampe dalam waktu hampir bersamaan hingga memeknya kembali penuh dengan cairan birahi kami berdua, saking penuhnya sehingga tidak tertampung seluruhnya. Cairan kami yang telah tercampur itu, meleleh keluar melalui celah me meknya dan merembes keluar hingga membasahi perutnya karena posisinya masih setengah menungging saat itu. Kami pun melanjutkan mandi bersama-sama bagaikan sepasang pengantin baru.<br /><br />Setelah selesai mandi dan mengeringkan tubuh kami masing-masing dengan handuk, dengan bertelanjang bulat kami menuju ke ruang makan. Aku mengeluarkan buah2an dari lemari es dan berkata “Kamu makan buah2an ini dulu ya, nanti aku belikan makanan”. “aku mau tidur saja, cape dienjot terus sama mas”, katanya. “Tapi enakkan?” kataku lagi sambil mengenakan pakaiannya. “Enak banget mas, aku masih mau lagi lo mas”, jawabnya sambil mulai mengupas buah. “So pasti, aku ajak kamu kesini kan untuk ngen tot sampe loyo. Aku pergi dulu ya”, sambil mencium pipinya. “Hati2 ya mas, aku nungguin lo”. Seperginya aku, dia berbaring sambil memakan buah2an. Dia makan beberapa potong sehingga akhirnya dia merasa kenyang dan mengantuk lagi. Dia berbaring di sofa dan akhirnya tertidur. Diluar dah gelap, dah lewat magrib.<br /><br />Ketika aku kembali membawa makanan, dia masih tertidur. Terangsang juga aku melihat dia terkapar terlelap dalam keadaan telanjang bulat seperti itu. Toketnya yang besar turun naik seirama tarikan napasnya. Perutnya yang rata dihiasi dengan puser yang seksi dan diselangkangannya bergerombol jembut yang lebat. ontol langsung bereaksi dengan sikap sempurna, alias ngaceng lagi. Tetapi perut dh minta diisi. Aku membangunkannya dengan mengelus2 toketnya. “Makan yuk”. “Abis itu maen lagi ya mas”. “Bole ja, asal kamu gak lemes”. “Gak apa lemes mas, aku kan gak pernah ngerasain nikmat dientot seperti sekarang ini. Mas sering2 ngen totin aku ya mas”. “Itu mah bisa diatur kok, kalo suami kamu pergi”. Kami menyantap makanan yang aku beli sampe tandas. Sama2 laper karena enersi terkuras ketika bertempur tadi.<br /><br />Setelah selesai makan, dia membantu aku membereskan peralatan makan, melap meja makan, kemudian kekenyangan kami duduk lagi di sofa didepan tv. tv kunyalakan tapi gak ada acara yang menarik. Dia bersender ke aku. “Kamu tu seksi banget deh Sin, ngeliat kamu aku ngaceng terus tuh. Heran ja, kok suami kamu bisa ninggalin bidadari seksi yang merangsang kaya kamu itu”. “Gak tau deh mas, jangan ngomongin dia deh, kan mas mo bikin aku terkapar lagi”. Aku memeluknya dan mulai memerah toketnya. aku terus saja meremas toketnya, malah sambil memlintir2 pentilnya, perlahan pentilnya mulai mengeras. <br /><br />“Sin, enak nggak diginiin?” sambil tanganku terus meremas-remas toketnya. “Mas, aah”, napsunya makin meninggi. Sambil toketnya kuremas terus, aku menjilati seluruh tubuhnya, mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki. Kujilati pula toketnya, kusedot pentilnya sampai dia gemetar saking napsunya. Kakinya dan kedua pahanya yang mulus itu dibukanya supaya bisa kuelus2, dengan satu tangan masih meremas toketnya. Setelah itu me meknya kujilatin dengan lidahku yang kasar. Bukan hanya bibir me meknya aja yang kujilatin, tapi lidahku juga masuk ke me meknya, dia jadi menggelinjang nggak terkontrol, wajahnya memerah sambil terdongak keatas.<br /><br />Melihat napsunya sudah naik, aku melepas seluruh pakaian dan celananya. Dia diam aja. kontolku yang besar sekali sudah ngaceng dengan keras. Dia hampir tak dapat memegangnya dengan kedua tangannya. “Dikocok Sin”, pintaku, dia nurut saja dan mengocok kontolku dengan gemas, makin lama makin besar dan panjang. “Sin diemut dong”, kataku keenakan. Aku berdiri disamping sofa dan dia duduk sambil mengarahkan kon tol yang ada digenggamannya ke arah mulutnya. Dia mencoba memasukkan kedalam mulutnya dengan susah payah, karena besar sekali jadi dijilati dulu kepala kon tolku. Aku mendesah2 sambil mendongakkan kepala. Dia bertanya “Kenapa mas”. “Enak banget, terusin Sin, jangan berhenti”, ujarku sambil merem melek kenikmatan. Dia meneruskan aksinya, menjilati kon tolku mulai dari kepala kontolku sampai ke pangkal batang, terus ke biji pelirnya, semua di jilatin. Dia mencoba untuk memasukkan kedalam mulutnya lagi, udah bisa masuk, udah licin terkena ludahnya.<br /><br />Aku memegangi kepalanya dengan satu tangan sambil memaju-mundurkan pantatku, mengen toti mulutnya. Sedang tanganku satunya lagi meremas toketnya sebelah kanan. gerakanku semakin lama semain cepat. aku menghentikan gerakannya. kontol ku keluarkan dari mulutnya. aku menaiki tubuhnya dan mengarahkan kon tolku ke toketnya. “Sin, aku mau ngerasain kon tolku kejepit toket kamu yang montok ya”. Dia paham apa yang aku mau, dan aku kemudian menjepit kon tolku di antara toketnya. “Ahh.. Enak Sin. Diemut enak, dijepit toket juga enak.”, erangku menahan nikmat jepitan toketnya. Aku terus menggoyang kon tolku maju mundur merasakan kekenyalan toketnya. Sampai akhirnya “Aduh Sin, sebentar lagi aku mau ngecret, keluarin di mulut kamu ya”. “Jangan mas, di me mekku saja”, jawabnya. Dia tidak ingin merasakan peju dimulutnya, lebih baik dingecretkan di memeknyakarena dia ngerasain nikmat yang luar biasa.<br /><br />Akupun naik keatasnya sambil mengarahkan kon tolku ke me meknya. Aku mulai memasukkan kon tolku yang besar dan panjang itu ke memeknya, sampai dia merem melek keenakan ngerasain me meknya digesek kon tolku. Aku mulai menggerakkan kon tolku keluar dan masuk dimemeknya yang sempit itu. Dia mulai merasakan nikmat yang tak terkatakan, luar biasa enak sekali rasanya. Secara naluri dia menggerakkan pantatnya kekanan dan kekiri, mengikuti gerakan kon tolku yg keluar masuk, wuihh tambah nikmat. terlihat diwajahku bahwa aku menikmati sekali gesekkan kon tolku di me meknya. Tubuhku bergoyang-goyang maju mundur, aku memperhatikan kon tolku sendiri yang sedang keluar masuk di me meknya. Selang beberapa saat, aku mengajak ganti posisi, dia pasrah aja.<br /><br />Dia kusuruh nungging dan aku menyodokkan kon tolku dari belakang ke me meknya. Nikmat sekali permainan ini. “Ennngghh…” desahnya tak keruan. Sambil menggoyang pantatnya maju mundur, aku memegangi pinggulnya dengan erat, terasa nikmat yang luar biasa. Tidak tahu berapa lama aku menggenjot me meknya dari belakang seperti itu, makin lama makin keras sehingga akhirnya dia nyampe lagi “Mas, enjot yang keras, nikmat sekali rasanya”, jeritnya. <br /><br />Aku mengenjot kontolku lebih cepat lagi dan kemudian pejuku muncrat didalam me meknya berulang-ulang, banyak sekali. ‘crottt, croooth.., crooootttthh…’ Dia merasa me meknya agak membengkak akibat disodok oleh kon tolku yang besar itu. “Sin, memek kamu luar biasa deh cengkeramannya, nikmat banget. Kerasa sekali gesekannya dikontolku”, kataku sambil terengah2.<br /><br />Setelah istirahat beberapa saat, aku bertanya padanya “Gimana Sin?”. “Enak sekali mas, rasanya nikmat sekali, memekku sampe sesek kemasukan kontol mas, abis gede banget sih”, jawabnya. Aku mencabut kontolku yang sudah lemes dari me meknya. kontolku berlumuran pejunya dan cairan me meknya. Mungkin saking banyaknya aku ngecretin peju dimemeknya.”Cape ya Sin”. “Iya mas, malem ini aku nginep disini ya mas, boleh kan”. “Boleh banget, kita bisa ngentot all nite long kan”. “Wah mau dong”. END by Cerita Seks 2016 - Cerita Seks Terbaru, Cerita Dewasa Hot, Cerita Mesum SeruCerita Seruhttp://www.blogger.com/profile/11284718548711892644noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6786224700136029903.post-37756257446500388802017-10-15T22:38:00.000-07:002017-12-07T06:53:57.245-08:00Pemerkosaan Nikmat Hingga Membuatku Orgasme<b>Pemerkosaan Nikmat Hingga Membuatku Orgasme</b> - Sampai saat ini sebenarnya saya sedikit bingung bagaimana memulai ceritanya. Tetapi perlu anda ketahui bahwa yang saya ceritakan ini benar-benar terjadi pada diri saya. Saat ini saya berusia20 tahun dan sudah menikah. Saya sampai saat ini masih kuliah di sebuahperguruan tinggi di Depok Semester lima.<br /><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img alt="Pemerkosaan Nikmat Hingga Membuatku Orgasme" border="0" height="482" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjoYz-1-CnnJiiHTu_cWS_d6vtKJTqxEUmqQrOahpbypSo9ZvyIXuQ4F4Fuao5ghSWJJ5xlqoFj-_sGbNx8MALZRwqJmuRZqTGaZCMTKLJPk1QlmBkyF-5nX_faEsSK4pkvZrQcS5wCzw/s640/Pemerkosaan+Nikmat+Hingga+Membuatku+Orgasme.jpg" title="Pemerkosaan Nikmat Hingga Membuatku Orgasme" width="640" /></div><br /><h2>Pemerkosaan Nikmat Hingga Membuatku Orgasme</h2>Saya menikah dengan suami saya Bang Hamzah yang lebih tua 8 tahun dari saya karena dijodohkan olehorangtua saya pada saat saya masih berusia 18 tahun dan baru saja masukkuliah. Namun saya sangat mencintai suami saya. Begitu pula suami sayaterhadap saya (saya yakin itu benar).<br /><br />Karena saya dilahirkan dari keluarga yang taat agama, maka saya punseorang yang taat agama.Setelah pernikahan menginjak usia 1 tahun,suami saya oleh perusahaan ditugasi untuk bekerja di pabrik di daerahbogor. Sebagai fasilitas, kami diberikan sebuah rumah sederhana dikomplek perusahaan. Sebagai seorang istri yang taat, saya menurutinyapindah ke tempat itu. Komplek tempat tinggal saya ternyata masihkosong, bahkan di blok tempat saya tinggal, baru ada rumah kami dansebuah rumah lagi yang dihuni, itu pun cukup jauh letaknya dari rumahkami.<br /><br />Karena rumah kami masih sangat asli kami belum memiliki dapur,sehingga jika kami mau memasak saya harus memasak di halaman belakangyang terbuka, ciri khas rumah sederhana. Akhirnya suami memutuskanuntuk membangun dapur dan ruang makan di sisa tanah yang tersisa,kebetulan ada seorang tukang bangunan yang menawarkan jasanya. Karenakami tidak merasa memiliki barang berharga, kami mempercayai merekamengerjakan dapur tersebut tanpa harus kami tunggui, suami tetapberangkat ke kantor sedangkan saya tetap kuliah.<br /><br />Sampai suatu hari, saya sedang libur dan suami saya tetap kekantor. Pagi itu setelah mengantar Bang Hamzah sampai ke depan gerbang,saya pun masuk ke rumah. Sebenarnya perasaan saya sedikit tidak enak dirumah sendirian karena lingkungan kami yang sepi. Sampai ketikabeberapa saat kemudian Pak Sastro dan dua orang temannya datang untukmeneruskan kerjanya. Dia tampak cukup terkejut melihat saya ada dirumah, karena saya tidak bilang sebelumnya bahwa saya libur.<br /><br />"Eh, kok Neng Anggie nggak berangkat kuliah..?"<br />"Iya nih Pak Sastro, lagi libur.." jawab saya sambil membukakan pintu rumah.<br />"Kalo gitu saya mau nerusin kerja di belakang Neng.." katanya.<br />"Oh, silahkan..!" kata saya.<br /><br />Tidak lama kemudian mereka masuk ke belakang, dan saya mengambilsebuah majalah untuk membaca di kamar tidur saya. Namun ketika barusaja saya mau menuju tempat tidur, saya lihat melalui jendela kamar PakSatro sedang mengganti pakaiannya dengan pakaian kotor yang biasadikenakan saat bekerja. Dan alangkah terkejutnya saya menyaksikanbagaimana Pak Sastro tidak menggunakan pakaian dalam. Sehingga sayadapat melihat dengan jelas otot tubuhnya yang bagus dan yang palingpenting penisnya yang sangat besar jika dibandingkan milik suami saya.<br /><br />Saya seketika terkesima sampai tidak sadar kalau Pak Satro juga memandang saya.<br />"Eh, ada apa Neng..?" katanya sambil menatap ke arah saya yang masih dalam keadaan telanjang dan saya lihat penis itu mengacung keatas sehing terlihat lebih besar lagi.<br /><br />Saya terkejut dan malu sehingga cepat-cepat menutup jendela sambilnafas jadi terengah-engah. Seketika diri saya diliputi perasaan aneh,belum pernah saya melihat laki-laki telanjang sebelumnya selain suami,bahkan jika sedang berhubungan sex dengan suami saya, suami masih menutupi tubuh kami dengan selimut, sehingga tidak terlihat seluruhnya tubuh kami.<br /><br />Saya mencoba mengalihkan persaan saya dengan membaca, tetapi tetapsaja tidak dapat hilang. Akhirnya saya putuskan untuk mandi dengan airdingin. Cepat-cepat saya masuk ke kamar mandi dan mandi. Setelahselesai, saya baru sadar saya tidak membawa handuk karena taditerburu-buru, sedangkan pakaian yang saya kenakan sudah saya basahi danpenuh sabun karena saya rendam. Saya bingung, namun akhirnya sayaputuskan untuk berlari saja ke kamar tidur, toh jaraknya dekat dan paratukang bangunan ada di halaman belakang dan pintunya tertutup. Sayayakin mereka tidak akan melihat, dan saya pun mulai berlari ke arahkamar saya yang pintunya terbuka.<br /><br />Namun baru saya akan masuk ke kamar, tubuh saya menabrak sesuatuhingga terjatuh. Dan alangkah terkejutnya, ternyata yang saya tabrakitu adalah Pak Sastro.<br /><br />"Maaf Neng.., tadi saya cari Neng Anggie tapi Neng Anggie nggakada di kamar. Baru saya mau keluar, eh Neng Anggi nabrak saya.."katanya dengan santai seolah tidak melihat kalau saya sedang telanjangbulat.<br /><br />Perlu diketahui, saya memiliki kulit yang sangat putih mulus danwalau tidak terlalu tinggi bahkan sedikit mungil (152 cm), namun tubuh saya sangat proposional dengan dua buah payudara berukuran 34C yang sedikit kebesaran dibandingkan ukuran tubuh saya.<br /><br />Saya begitu malu berusah bangkit sambil mentupi dada dan bagian bawah saya.<br />Namun Pak Satro segera menangkap tangan saya dan berkata, "Nggakusah malu Neng.., tadi Neng juga udah ngeliat punya saya, saya nggakmalu kok.."<br />"Jangan Pak..!" kata saya, namun Pak satro malah mengangkat saya ke arah halaman belakang menuju dua orang temannya.<br /><br />Saya berusaha memberontak dan berteriak, tapi Pak Sastro dengansantainya malah berkata, "Tenang aja Neng.., di sini sepi. Suarateriakan Neng nggak bakal ada yang denger.."<br />Melihat tubuh telanjang saya, kedua teman Pak Sastro segera bersorak kegirangan.<br />"Wah, bagus betul ni tetek.." kata yang satu sambil membetot danmeremas payudara saya sekeras-kerasnya."Tolong jangan perkosa saya,saya nggak bakalan lapor siapa-siapa.." kata saya.<br /><br />"Tenang aja deh kamu nikmati aja.." kata teman Pak Sastro yangbadannya sedikit gendut sambil tangannya meraba bulu kemaluan saya,sedang Pak Satro masih memegang kedua tangan saya dengan kencang.<br /><br />Tidak berapa lama kemudian saya lihat ketiganya mulai melepaspakaian mereka. Saya melihat tubuh-tubuh mereka yang mengkilat karenakeringat dan penis mereka yang mengacung karena nafsunya. Dengan cepatmereka membaringkan tubuh saya di atas pasir. Kemudian Pak Sastro mulaimenjilati kemaluan saya.<br /><br />"Wah.., memeknya wangi loh.." katanya.<br /><br />Saya segera berontak, namun kedua teman Pak Satro segera memegangikedua tangan dan kaki saya. Yang botak memegang kaki, sedangkan yanggendut memegang kedua tangan saya sambil menghisap puting susu saya.Tidak berapa lama kemudian Pak Sastro mulai mengarahkan penisnya yangbesar ke lubang kemaluan saya. Dan ternyata, yang tidak saya dugasebelumnya, rasanya ternyata sangat nikmat. Benar-benar berbeda dengansuami saya. Namun karena malu, saya terus berontak sampai Pak Sastromulai mengoyangkan penisnya dengan gerakan yang kasar, tapi entahkenapa saya justru merasa kenikmatan yang luar biasa, sehingga tanpasadar saya berhenti berontak dan mulai mengikuti irama goyangnya.<br /><br />Melihat itu kedua teman Pak Sastro tertawa dan mengendurkanpegangannya. Mendengar tawa mereka, saya sadar namun mau memberontaklagi saya merasa tanggung, sehingga yang terjadi adalah saya terlihatseperti sedang berpura-pura mau berontak namun walau dilepaskan sayatetap tidak berusaha melepaskan diri dari Pak Sastro.<br /><br />Tidak lama kemudian Pak Sastro membalikkan tubuh saya dalam posisidoggie tanpa melepaskan miliknya dari kemaluan saya. Melihat itu, tanpadikomando si gendut langsung memasukkan penisnya ke mulut saya. Sayaberusaha berontak, namun si gendut menjambak saya dengan keras,sehingga saya menurutinya. Saya benar-benar mengalami sensasi yang luarbiasa, sehingga beberapa saat kemudian saya mengalami orgasme yang luarbiasa yang belum pernah saya alami sebelumnya. Tubuh saya menjadi lemasdan jatuh tertelungkup. Namun tampaknya Pak Satro belum selesai,sehingga genjotannya dipercepat sampai kemudian dia mencapai kelimaksdan memuntahkan spermanya ke dalam rahim saya.<br /><br />Begitu Pak Sastro mencabutnya, si botak langsung memasukkankemaluannya ke dalam milik saya tanpa memberi waktu untuk istirahat.Tidak lama kemudian si gendut mencapai kelimaks, dia menekankemaluannya ke dalam mulut saya dan tanpa aba- aba, langsungmenembakkan spermanya ke dalam mulut saya. Banyak sekali spermanya yangsaya rasakan di mulut saya, namun ketika saya hendak membuang spermaitu, Pak Sastro yang saya lihat sedang duduk beristirahat berkata.<br /><br />"Jangan dibuang dulu, cepet kamu kumur-kumur mani itu yang lama.. pasti nikmat.. ha.. ha.. ha.."<br />Dan seperti seekor kerbau yang bodoh, saya menurutinya berkumur dengan seperma itu.<br /><br />Sementara si botak terus mengocok penisnya di dalam kemaluan saya,saya melihat Pak Sastro masuk ke dalam rumah saya dan keluar kembalidengan membawa sebuah terong besar yang saya beli tadi pagi untuk sayamasak serta sebuah kalung mutiara imitasi milik saya. Tidak berapa lamakemudian si botak mencapai kelimaks dan saya pun terjatuh lemas di ataspasir tersebut. Melihat temannya sudah selesai, Pak Satro menghampirisaya sambil memaksa saya kembali ke posisi merangkak.<br /><br />"Sambil menunggu tenaga kita kembali pulih, mari kita lihat hiburanini.." katanya sambil memasukkan terong ungu yang sangat besar itu kedalam vagina saya.<br /><br />Tentu saja saya terkejut dan berusaha memberontak, tetapi kedua temannya segera memegangi saya.<br /><br />Dan tidak lama kemudian, "Bless..!" terong itu masuk 3/4-nya ke dalam vagina saya.<br />Rasa sakitnya benar-benar luar biasa, sehingga saya menggoyang-goyangkan pantat saya ke kiri dan kanan.<br /><br />"Lihat anjing ini.. ekornya aneh.. ha.. ha.. ha.." kata si botak.<br />"Sekarang kamu merangkak keliling halaman belakang ini, ayo cepat..!" kata si gendut.<br />Dengan perlahan saya merangkak, dan ternyata rasanya benar-benar nikmat.<br /><br />Karena rasa geli-geli nikmat itu, sedikit-sedikit saya berhenti,tetapi setiap saya berhenti dengan segera mereka mencambuk pantat saya.Tidak berapa lama saya mencapai kelimaks, melihat itu mereka tertawa.Pak Sastro kemudian menghampiri saya, lalu mulai memasukkan kalungmutiara imitasi yang sebesar kelereng tadi satu persatu ke dalam lubanganus saya.<br /><br />Saya kembali menjerit, tetapi dengan tenang dia berkata, "Tahan dikit ya.., nanti enak kok..!"<br /><br />Sampai akhirnya, kemudian kalung itu tinggal seperempatnya yangterlihat, lalu sambil menggenggam sisa kalung tersebut dia berkata.<br /><br />"Sekarang kamu maju pelan-pelan.."<br /><br />Dan ketika saya bergerak, kembali kalung itu tercabut pelan-pelandari anus saya sampai habis. Begitulah mereka mempermainkan saya sampaikemudian mereka siap memperkosa saya lagi berulang-ulang sampai sorehari, dan anehnya setiap mereka kelimaks saya pun turut orgasme denganarti saya menikmati diperkosa.<br /><br />Dan anehnya lagi, malam harinya ketika suami saya pulang, saya samasekali tidak melaporkan kejadian tersebut kepadanya, sehinggapemerkosaan tersebut terus terjadi berulang-ulang setiap saya sedangtidak kuliah. <br /><br />Dan setiap memperkosa, mereka selalu menyelingi denganmengerjai saya dengan cara yang aneh-aneh, dan itu berlangsung sampaidapur saya selesai dibangun. END by Cerita Seks Terbaru, Cerita Dewasa Hot, Cerita Mesum SeruCerita Seruhttp://www.blogger.com/profile/11284718548711892644noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6786224700136029903.post-10647515438651483802017-10-15T22:13:00.000-07:002017-12-07T06:53:57.660-08:00Cerita Seks Dengan Teman Kantor yang Kurindukan<b>Cerita Seks Dengan Teman Kantor yang Kurindukan</b> - Malam itu seperti biasa Eksanti tidur sendiri di kamar kost-nya. Tetapi Eksanti tidak bisa tidur sama sekali. Bayangan percumbuan yang serba singkat di dalam mobil beberapa hari yang lalu kembali muncul di matanya yang mencoba tertutup. Rumah besar tempat kostnya di bilangan Jakarta Selatan itu terasa sepi sekali.<br /><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img alt="Cerita Seks Dengan Teman Kantor yang Kurindukan" border="0" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJUZh3mTE5RZ3EoVmYYY53FroGGmcfF6ijIKOReO2tW23wlcJrUJ-EjkFhdeusv6CwLWd-OnAqwxscB9xXRyCyEod6n2cL5eYFEbWEjzJs1o1oRGRC-ZUDU2I100ArPgHXzZICbFlxUA/s640/Cerita+Seks+Dengan+Teman+Kantor+yang+Kurindukan.jpg" title="Cerita Seks Dengan Teman Kantor yang Kurindukan" width="478" /></div><br /><h2>Cerita Seks Dengan Teman Kantor yang Kurindukan</h2>Sudah seminggu ini Eksanti tidak berjumpa dengan aku di kantor, karena memang aku sedang melakukan presentasi ke luar kota. Hari itu sebenarnya adalah jadwalku untuk kembali masuk ke kantor, namun aku belum juga datang. Siang tadi Eksanti telah berulang kali menelphone HP-ku, namun tidak aktif. Perasaan khawatir sedikit muncul dibenaknya, bercampur dengan rasa kangen yang luar biasa. <br /><br />Lalu ia pun berniat mengontak aku di rumah, tetapi niat tersebut diurungkan. Bukan saja karena Eksanti tidak mau melanggar komitmen untuk tidak menggaguku di rumah, tetapi juga karena ia sendiri merasa sungkan bila ternyata telphonenya nanti diangkat oleh orang lain di rumahku. Siapa orang itu dan apa kata orang itu nanti, kalau ia sampai mencari-cariku ke rumah?<br /><br />Kini, ketika matanya tak juga mampu terpejam tidur, ia menyesal kenapa tak memberanikan diri mengkontakku tadi siang. Menyesal karena merasa dirinya terlalu ragu-ragu bertindak.<br /><br />Tak lebih 15 kilometer jauhnya dari kamar tidur Eksanti, aku juga sedang terlentang sendirian di ranjang besar di kamar tidurku dengan mata nanar memandang langit-langit. Aku juga tidak bisa tidur malam ini, walau separuh laporan perusahaan yang penuh angka dan paling menjemukan telah habis aku baca. Entah kenapa, malam ini aku begitu merindukan Eksanti. Mungkin karena telah seminggu ini kami tidak berjumpa, sehabis kejadian malam yang indah di dalam kemacetan Jakarta itu. Sedang apa dia sekarang? Apakah sedang dicumbu oleh kekasihnya yang lain? Apakah ia sedang bersama dengan teman manajerku itu? Pikiran terakhir ini sangat menggangguku, membuat aku terbakar cemburu selain birahi. Sungguh menggelisahkan!<br /><br />Aku meredupkan lampu baca di kamar tidur dan menutup rapat pintunya. Sejenak aku memandang ke arah pesawat telephone di sisi ranjangku. Haruskah aku menelphone Eksanti sekarang, malam-malam begini? Segera aku angkat gagang telephone, namun sebelum sempat memutar nomer telephone-nya, perasaan ragu-ragu menggugurkan keinginanku dan aku meletakkannya kembali ke atas pesawatnya. Bagaimana kalau ia sedang bersama orang lain saat ini? Ahh.. tetapi rasa rinduku yang menggebu-gebu mengalahkan segalanya.<br /><br />Ketika Eksanti hendak mulai memejamkan matanya, tiba-tiba terdengar ketukan di pintu kamarnya.<br />"Siapa..?", ujarnya sedikit malas.<br />"Santi, ada telephone untuk kamu di depan", ujar suara Eni teman kostnya dari balik pintu.<br />"Dari siapa..?, Eksanti bertanya lagi.<br />"Nggak bilang namanya, cuman katanya dari kakakmu, tapi suara cowok, kakak yang mana sih San..?, temannya menjawab dengan penuh selidik.<br /><br />Eksanti bergegas bangkit dari ranjangnya, ia tahu persis siapa 'kakaknya' itu. Lalu sambil membuka pintu kamarnya ia berkata, "Terima kasih yaa.. En, dia memang kakakku yang baru datang dari Malang..". Eksanti terpaksa sedikit berbohong kepada temannya mengenai siapa 'kakaknya' itu. Ia tidak ingin teman-temannya tahu mengenai siapa 'kakaknya' itu, terlebih pada Eni teman sebelah kamarnya yang terkenal suka menggosip.<br /><br />Eksanti lalu melangkah cepat ke ruang tamu yang berseberangan dengan kamarnya. Ketika ujung gagang telephone telah diangkat ke telinganya terdengar suara lelaki yang sudah sangat diakrabinya.<br /><br />"Halo Santi, ini Mas..", aku menyapanya.<br />"Halo Mas, ini lagi di mana..", ujar Santi dengan nada gembira yang sengaja disembunyikannya.<br />"Lagi di rumah dong.., Santi sudah mau bobo' yaa..?", tanyaku lagi.<br />"Ahh.. belum kok, Santi belum ngantuk..", jawab Santi sedikir berbohong.<br />"Kenapa..?", tanyaku lagi.<br />"Abis, Santi mikirin Mas.., 'kan mestinya hari ini udah masuk kantor", Santi berkata dengan penuh terus terang.<br />"Terima kasih.., kamu inget sama Mas, soalnya tadi Mas masih capek banget, jadi masih males masuk ke kantor. Tapi ngomong-ngomong, presentasi-nya sukses lho, San. Makasih yaa.. buat bantuanmu nyiapin materi", ujarku beralasan.<br />"Sama-sama, Mas.. Selamat yaa..", ujar Eksanti menimpali pernyataanku.<br />"Iyaa.. iya.. kalau aku sukses kan berkat kamu juga, jadi sukses kita sama-sama kan. Ehh.. ngomong-ngomong kamu lagi di ruang mana nih?"<br />"Di ruang tamu, mas"<br />"Lagi banyak orang nggak di situ"<br /><br />"Ada si Eni yang lagi nonton TV, yang lain udah pada bobo'. Ehh.. Mas, telephone-nya aku bawa ke kamar dulu yaa..", bisik Eksanti pelan. Ia berkata demikian karena khawatir Eni akan menguping pembicaraan mereka. Kebetulan karena letak kamar Eksanti dekat dengan ruang telephone itu, maka kabelnya dengan mudah bisa ditarik ke kamarnya melalui jendela.<br />"Mas, sekarang udah aman, nggak ada siapa-siapa.. nggak ada yang nguping", Eksanti memberi sinyal kepadaku.<br />"Santi, Mas kangen.. nih sama kamu, pengin melukin kamu..", aku mulai mengatakan perasaanku yang sebenarnya.<br />"Ahh.. Mas, Santi juga kangen tapi gimana dong..?", Eksanti berucap pelan.<br /><br />"Mas pengin banget bercinta dengan kamu, sekarang..!!", aku berkata jujur. Eksanti sedikit kaget mendengar pernyataanku yang straight forward itu. Namun dalam hati ia mengagumi caraku yang tetap halus namun tanpa basa-basi itu.<br /><br />"Santi, juga.., tapi gimana", ujar Eksanti kembali.<br />"Santi bantuin Mas yaa..", aku meminta kepadanya.<br />"Bantuin apa..?", ujar Eksanti bingung.<br />"Bantuin biar rasa kangen Mas terobati"<br />"Santi mau mbantuin Mas apa saja, sepanjang Santi bisa. Santi mau Mas bahagia", ia menjawab permintaanku dengan nada lirih hampir berbisik.<br />Mendengar pernyataannya yang terakhir itu, aku makin tidak bisa mengendalikan perasaanku, dan akupun semakin ingin membayangkan ia sedang berdiri dihadapanku saat ini. Aku ingin sekali..<br /><br />"Santi pakai baju apa sekarang?", aku bertanya lagi.<br />"Pakai daster warna merah muda.., Mas pakai apa", Santi balik bertanya.<br />"Ehmm.. Mas cuman pakai celana tidur satin hitam, nggak pakai apa-apa lagi.. Kamu pakai apa di balik dastermu San..?"<br />"Santi nggak biasa pakai bra kalau mau tidur, tapi masih pakai celana dalam warna krem"<br />"Yang ada renda-rendanya itu?", aku bertanya penuh rasa penasaran.<br />"He.. em", ujernya pendek.<br /><br />Itulah awal pembicaraan kami di telephone yang dipenuhi oleh percakapan penuh rasa romantisme yang membakar sensualitas fantasi kami. Lalu kami saling bercerita canda panjang lebar untuk menanyakan keadaan masing-masing. Suara Santi yang memang sangat seksi ditelingaku itu, seolah mendesah-desah penuh manja, membuat kejantananku semakin menegang terangsang di balik celana tidur satin yang aku kenakan.<br /><br />Ditengah-tengah percakapan yang makin mendebarkan itu, Eksanti menggeletakkan tubuhnya setelah bosan tidur miring. Kamar tidur sengaja ia gelapkan, karena ia ingin suasana percakapan itu semakin romantis, selain itu ia memang tidak akan bisa tidur dengan cahaya yang terlalu terang. Ah, tiba-tiba darah Eksanti berdesir karena rasanya ia masih bisa mencium bau wangi tubuhku. Bau yang kini mulai diakrabinya: segar dan penuh aroma kejantanan. Tidak seperti tubuh lelaki lain di kantornya yang terlalu penuh minyak wangi sehingga berkesan sintetis. Ah, kini ia mulai membanding-bandingkan antara aku dengan teman-temannya yang lain, keluh Eksanti dalam benaknya.<br /><br />"Mas..," bisiknya perlahan sambil menelungkupkan muka ke bantal, "Apa yang ingin Mas lakukan kepadaku?"<br />"Santi, Mas sedang membayangkan kamu. Kamu mau tahu nggak yang sedang Mas bayangkan..?", aku berujar pelan.<br />"Hee em..", Eksanti mendesah lagi mengiyakan.<br />"Mas membayangkan sedang mencumbumu. Tangan Mas sedang membelai setiap centi kulit indahmu. Bibir Mas sedang mengusap-usap lembut rambut-rambut halus di belakang telingamu, lalu beralih ke bibir indahmu", aku mulai menceritakan fantasiku kepadanya.<br /><br />Di depan mataku seakan-akan ada sebuah film yang diputar berulang-ulang, berisi gambar indah percumbuan kami yang sangat singkat tetapi sangat menggairahkan itu. Bibir basah yang merekah pasrah itu, tergambar jelas di mataku. Harum nafasnya yang menggairahkan itu, tercium jelas di hidungku. Kelembutan lidah dan bagian dalam mulut itu.. hmm, semuanya terasa seperti nyata malam ini. Amat sangat nyata, sampai-sampai aku menelan ludah berkali-kali. Jantungnya berdegup kencang, seperti ketika waktu itu aku melumat bibir bidadari yang amat aku dambakan.<br /><br />"Teruss..?", Eksanti berucap pelan sambil mulai memejamkan matanya. Bayangan percumbuan kami di dalam mobil seminggu yang lalu nampak jelas di pelupuk matanya.<br /><br />Eksanti masih ingat betapa aku mengulum lembut bibir tipisnya dengan luapan perasaan yang apa adanya. Betapa menggairahkannya ciuman itu! Aku melakukannya dengan sepenuh hati, sehingga rasanya tidak setengah-setengah. Ketika aku mengulum bibirnya, aku melakukannya dengan penuh perasaan, membuat dirinya terbuai-buai bagai tidur di atas awan di angkasa sana. Tak sadar Eksanti meraba bibirnya dengan ujung jari. Ia dengan mudah bisa merasakan kembali ciuman itu. Tak mungkin ia bisa melupakannya.<br /><br />"Terus bibir Mas turun ke arah lehermu. Lalu Lidah Mas menyapu-nyapu lembut di sana dan kamu merasa geli tetapi juga nikmat.. Kamu bisa merasakannya, 'yang?", aku melanjutkan.<br />"Oocch.. iyaa.. Mas, teruss..", Santi semakin tidak sabar menuggu kelanjutannya sambil jemari tangannya membelai-belai lehernya sendiri, mengikuti fantasiku. Jemarinya mengalir pelan di sepanjang lehernya yang jenjang, sesekali berhenti di belakang telinganya lalu mengalir turun ke arah dadanya.<br /><br />"Bibir Mas semakin turun ke bawah, turun.. dan turun pelan-pelan sekali. Sekarang, Mas sedang melumati kedua puting payudaramu, bergantian yang kiri.. lalu yang kanan.. Tangan Mas meremasnya lembut.. Ooocch.. Santi, Mas rasanya nikmat sekali.. Kamu juga merasakan hal yang sama, sayang?", aku berhenti sejenak. Aku mendengar Eksanti mendengus pelan..<br /><br />Eksanti tidak kuasa melupakan betapa dadanya yang kenyal dihisap oleh bibirku dan diremas oleh tangan kokohku itu. Oh, itulah cumbuan dan remasan yang tak kalah menggairahkan dari ciuman dibibirnya. Jemari dan bibiriku seperti penuh oleh energi pembakar sukma yang mengirimkan jutaan bulir kenikmatan ke seluruh tubuhnya. Tak sadar, Eksanti mengerang kecil, meremas seprai dengan satu tangannya. Ia seperti merasakan lagi hisapan dan remasan jemari itu di dadanya. Gesekan nilon tipis pakaian tidurnya tiba-tiba seperti mewakili remasan itu. Ia tidur tanpa beha. Oh, kedua putingnya ternyata sudah mengeras. Kenapa jadi begini? Keluh Eksanti sambil mengerang lagi, lalu memiringkan badannya, meraih bantal guling.<br /><br />Lalu kembali aku melanjutkan fantasiku "..putingmu, keduanya mulai mengeras dan semakin mengeras. Warnanya merah kecoklatan, kecil, panjang dan makin menjulang.. Mas juga menciumi lingkaran coklat di sekelilingnya, bergantian yang kiri dan yang kanan. Kamu mulai menggelinjang.. kamu meremasi rambut Mas dan menekan kuat-kuat kepala Mas di dadamu", aku menceritakan fantasiku sambil membayangkan seolah-olah aku memang melakukan aktifitas itu.<br /><br />"Oocch.. Mas, teruskan..", Eksanti mendesah lagi ketika aku terdiam sesaat. Tangannya meraba lembut di atas dadanya, dan ternyata memang benar.., putingnya telah mulai mengeras. Ia tersenyum sambil matanya tetap terpejam, sementara telinganya tetap berkonsentrasi penuh untuk mendengarkan suaraku di seberang sana.<br /><br />"Tanganmu kini juga mulai meremas-remas lembut kejantanan Mas di bawah sana. Santi.., kamu memang luar biasa.. Kamu mengusap sepanjang batangnya, pelan-pelan ke atas lalu kebawah lalu ke atas lagi. Remasan jemarimu berhenti di pangkal bagian atasnya yang membulat keras, lalu sesekali jari telunjukmu menyentuh-berputar pada lubang di ujungnya. Kamu mengusapnya lagi ke arah bawah pelan sekali, kamu meremasi ke dua bola di pangkal bawahnya, kamu memeras, meremasnya di sana.. Oocchh..", aku berhenti sejenak. Tanganku tetap bergerak-gerak di bawah sana melakukan aktifitas seperti yang aku ceritakan kepadanya.<br /><br />Udara dingin menyebabkan aku harus menyelimuti badanku, tetapi sentuhan selimut di atas kejantananku yang hanya tersaput celana dalam tipis ternyata berdampak lain. Kenangan erotis tentang Eksanti membuat diriku terbakar birahi. Perlahan tapi pasti, kejantananku menegang. Semakin lama, semakin tegang, berdenyut penuh gairah.<br /><br />"Oocchh.. Mas.. Santi juga sedang membayangkan hal itu terjadi sekarang", Santi pun mulai benar-benar hanyut dalam fantasi yang sama denganku.<br /><br />Kira-kira hampir semenit kami berdua hening, tidak bersuara. Kami benar-benar sedang terhanyut dalam sensasi seksual masing-masing, sementara masing-masing tangan kami yang terbebas dari gagang telephone melakukan aktifitas untuk membangkitkan gairah. Suara dengusan, rintihan pelan dan hembusan nafas panjang saling menimpali, membuat suasana semakin romantis. Ketika aku semakin tidak kuasa menahan rasa geli, nikmat di bawah sana, aku menghentikan aktifitas tanganku. Aku mengangkat sedikit tubuhku dan dengan sekuat tenaga aku turunkan sedikit celana tidurku dengan satu tangan, untuk memberikan keleluasaan pada kejantananku.<br /><br />"Eksanti," bisikku, "Sedang apa kamu di sana? Kamu mau tahu nggak apa yang Mas barusan lakukan?"<br />"Hee.. emm..", desahnya pendek.<br />"Celana tidur Mas sekarang telah terlepas, kejantanan Mas sudah tegak menegang, kamu masih ingat jelas bentuknya 'kan? Sekarang maukah kamu melepas celana dalam kamu juga 'yang..?", aku menceritakan keadaanku sekaligus memohon kepadanya untuk melakukan hal yang sama.<br /><br />"Iyaa.. Mas, sekarang Santi juga sudah terbebas..", ujar Eksanti mengabulkan permintaanku. Celana dalamnya telah beranjak ke bawah pahanya. Sebenarnya sudah sedari tadi ia ingin melakukan hal itu.<br /><br />Angin dingin menimbulkan suara berkesiut di luar jendela kamar tidur Eksanti. Ia menelentang kembali, kini dengan mata terbelalak sepenuhnya. Kamar tidur yang senyap itu sebenarnya dingin sekali. Tetapi tubuh Eksanti seperti dibakar api, dan ia terkejut sendiri ketika tak sengaja tangannya menyentuh selangkangannya. Celana dalamnya agak basah, dan sebuah rasa geli yang telah lama ia tak rasakan ternyata muncul di sana. "Oh, aku begitu terangsang malam ini", desah Eksanti panik di dalam hati.<br /><br />"Jangan dulu kamu sentuh yang di bawah sana, Santi. Please, tanganmu tetap berada di atas. Sekarang kamu arahkan jemari ke mulutmu, lalu kamu hisap pelan, kamu jilat basah hingga pangkal jemari telunjukmu..", aku melanjutkan permohonanku.<br />"He.. emm..", Santi mendesah sambil mulai memasukkan jemari ke dalam mulut kecilnya. Jemarinya basah oleh cairan ludahnya sendiri, ia sedang mengkhayalkan sebentuk daging bulat, panjang, lebih besar dan lebih keras dari sosis. Ia mengulumnya pelan, dan sesekali menghisapnya dengan sepenuh perasaan.<br />"Please, sekarang jemarimu yang basah kamu tarik dari mulutmu, Santi. Kamu usapkan jemarimu di mana sekarang, 'yang..?"<br /><br />Cepat-cepat Eksanti memindahkan tangannya, tetapi tangan itu jatuh di atas dadanya. Untuk sejenak, ia mencoba mengatur nafasnya yang mulai terengah, tetapi tanpa diperintah tangan itu ternyata mulai meraba-raba. Eksanti menggelinjang. Eksanti mendesah gelisah. Rasa geli menyelimuti puncak-puncak dadanya. Rasa geli yang minta digaruk. Maka menggaruklah jemari-jemarinya, mengusap dan membelai pula. Gagang telephone ia jepit di antara pundak dan kepalanya, dua tangan kini ada di dadanya. Dua-duanya mereMas, mengusap, menggaruk, membelai.. Eksanti mendesahkan namaku berkali-kali dengan bisikan tertahan; kuatir teman di sebelah kamar kost-nya terbangun.<br /><br />"Oocchh.. Mas, Santi sedang memilin lembut puting Santi. Oocchh.. Mas.. keras sekali, Santi ingin Mas menggigitnya, Santi ingin Mas meremasinya.., pelan saja Mas..", Eksanti berkata demikian sambil jemari telunjuk dan jempolnya memilin-memutar putingnya dengan lembut.<br /><br />"Iya.. Sayang, Mas sedang menjepitnya dengan bibir Mas, lalu lidah Mas menyapu-nyapu lubang di ujung putingnya.. Enak sayang..?", akupun tak kalah dalam mengimbangi fantasinya.<br />"Iyaa.. Mas.., sekarang tangan Santi ada di atas perut Santi", Eksanti melanjutkan.<br />"Iyaa.. sayang, bibir Mas sekarang sedang mencium lembut perutmu yang putih. Lidah Mas berputar-putar di sekitar pusarmu. Lalu Mas turun ke pangkal pahamu.. Terus bibir Mas berhenti di sana..", aku berhenti untuk menunggu reaksinya.<br /><br />Eksanti tak tahan lagi. Dengan satu tangan tetap meremas-remas dadanya sendiri, ia mengusap-usap kewanitaanya dengan tangan yang lain. Celana nilon tipis masih menutup sebagian di sana, tetapi tentu saja tak mampu mencegah rasa nikmat yang datang dari telapak tangannya. Apalagi kemudian Eksanti menelusupkan tangan itu ke balik celana dalamnya, menemukan lembah sempit di bawah sana telah basah oleh cairan cinta. Menemukan pula tonjolan kecil di bagian atas telah menyeruak keluar dari persembunyiannya, menonjol diam-diam menanti sentuhan jarinya.<br /><br />"Oochh..", Santi mengerang pelan sementara jemarinya kini tengah berada tepat di atas gerbang kewanitaannya yang telah terbebas. Ia benar-benar telah memelorotkan celana dalamnya.<br /><br />"Lalu Mas menyentuhi rambut kewanitaanmu dengan bibir Mas. Lalu Mas menjilat-jilat lembut bibir kewanitaanmu di bawah sana. Lalu Mas gigit pelan klitorismu.. Mas hisap.., Mas.. gigit, Mas.. hisap lagi. Telunjuk Mas sesekali berputar-putar di atas daging kecil merah itu..", aku kembali mengendalikan fantasinya.<br /><br />"Oocch.. Mas, Santi pengin Mas.. Santi pengiinn.. oochh.. sekarang..", Santi tidak kuasa meneruskan kata-katanya.<br />"Iya.. sayang, Mas juga.. Mas sekarang akan memasukkan jemari Mas ke dalam kewanitaanmu Santi..", aku berbisik lembut kepadanya.<br />"Oocchh..", Santi mengerang pelan.<br /><br />Eksanti menggigit bibir bawahnya, tersentak bagai tersengat listrik, ketika ujung telunjuknya tak sengaja menyentuh tonjolan kenikmatan itu. Sebuah desah cukup keras menghambur keluar dari mulutnya. Untung teman-teman sekostnya sudah terlelap sehingga mungkin tak akan terbangun walau Eksanti berteriak sekali pun.<br /><br />"Jemari Mas masuk.., berdenyut lembut di dalam sana. Kamu menghentak, kamu menjepit. Jemari Mas keluar.. masuk.. keluar.. masuk.. pelan sekali.. lembut sekali.. Semakin licin, kamu semakin berdenyut, kamu menggelepar pelan..", aku berkata demikian sambil semakin keras mengocok kejantananku sendiri.<br /><br />Aku meraba-raba kejantananku. Mengerang pelan karena merasakan tubuhku mulai bereaksi seperti biasanya, menyebabkan semua ototku terasa menegang, bagai seorang pelari yang sedang bersiap-siap melesat dari garis start. Kejantananku sudah menegang setegang-tegangnya. Bergetar seirama degup jantungku yang tak teratur. Naik turun seirama nafasnya yang mulai memburu.<br /><br />Mula-mula, aku hanya mengusap-usap kejantananku di atas kulit lembutnya. Mengelus-elus perlahan, menimbulkan rasa geli yang samar-samar, seakan-akan untuk memastikan bahwa segalanya berjalan perlahan menuju tempat tujuan. Tetapi, sebentar kemudian gerakan tanganku semakin cepat, bukan lagi mengusap tetapi menguyak-uyak. Nafasku semakin memburu. Rasa geli yang nikmat tersebar sepanjang kejantananku yang terasa bagai batang besi panas membara.<br /><br />"Mas.., sekarang Santi benar-benar sudah basah.., Santi ingin bercinta dengan Mas.. Masukkan kejantananmu sekarang Mas, please..", sekarang giliran Santi yang memohon kepadaku.<br />"Iya sayang.., kejantanan Mas juga sudah keras menegang. Sekarang Mas mengarahkannya ke dalam gerbang kewanitaanmu, tanganmu meremas batang kejantanan Mas, sembari mengarahkan ujungnya ke sana. Mas mengusapkan pada bibir kewanitaanmu, Mas merasakan basahnya cairan cintamu, lalu Mas melesak pelan", aku berkata dengan cepat sambil tanganku semakin keras meremasi kejantananku.<br /><br />Aku tak tahan lagi. Tanganku memelorotkan celana tidurku makin jauh, meremas batang tegang yang membara di bawah sana. Lalu dengan tidak sabar aku memelorotkan lagi celana tidurku hingga ke mata kakiku, hingga kini kejantananku bisa benar-benar terbebas, tegang menjulang. Jemariku meremasinya, membelai di sepanjang batangnya.., pelan sekali.., lembut sekali.. dari atas ke bawah, keatas, kebawah lagi.. Segera aku merasakan pinggulku bagai berubah menjadi kaldera gunung berapi yang penuh lahar menggelegak. Setiap kali aku mereMas, setiap kali pula gelegak itu bagai hendak meluap keluar. Setiap kali pula aku mengerang dengan otot leher menegang seperti seorang yang sedang menahan sesuatu dengan susah payah.<br /><br />Remasan tanganku semakin lama semakin teratur, diikuti gerakan naik turun seperti memeras. Setiap kali gerakan itu sampai ke ujung yang membengkak-membola itu, aku merasakan tubuhku seperti disedot ke dalam pusaran air birahi. Aku menggeliat-geliat keenakan. Kedua kakiku merentang tegang, dengan tumit tenggelam dalam-dalam di kasur. Aku mengerang.<br /><br />"Ooochh.., teruskan Mas..", Eksanti berbisik sambil mengangkat kedua pahanya untuk mempermudah usapan jemarinya di bibir kewanitaannya.<br />"Lalu Mas mendorong senti, demi senti. Kakimu menggamit kuat erat pinggang Mas. Pinggulmu mulai bergoyang pelan membantu perjalanan Mas, dan Mas merasakan ujung kejantanan Mas kini telah menyentuh dinding kewanitaanmu yang terdalam", aku merasakan cairan bening sedikit mengalir di bawah sana.<br /><br />"Ooocchh..", Eksanti mengerang semakin keras, ketika ia sendiri mulai memasukkan jemari tengahnya ke dalam liang basah itu. Eksanti mengerang tanpa berusaha menahan suaranya. Ia sudah tak peduli lagi. Kedua pahanya terpentang lebar dan jari tengahnya melesak menerobos di antara lembah bibir-bibir kewanitaannya. Jari itu meluncur teratur.. turun sampai melesak sedikit memasuki liang surgawi yang berdenyut-denyut.. lalu naik menyusuri lembah licin yang hangat dan basah itu.. lalu terus naik ke atas lepitan kewanitaannya, tiba di tonjolan yang kini memerah itu.. berputar-putar di sana dua-tiga kali ..<br />"Aaacchh..," erangan Eksanti semakin jelas. Kalau saja ada orang berdiri di balik pintu dan menempelkan kupingnya, niscaya ia akan mendengar erangan itu.<br /><br />Tangan Eksanti bergerak semakin cepat, sementara tangan yang satunya juga terus meremas-remas payudaranya dengan gemas. Tubuh Eksanti berguncang-guncang oleh gerakannya sendiri. Ia menggumamkan namaku itu dengan sedikit keras, lalu menggulingkan tubuhnya menjauh dari sisi tempat tidur. Eksanti sudah tak lagi mempedulikan keras erangan suaranya. Ia sedang dalam perjalanan yang tak mungkin dihentikannya lagi. Ia harus sampai ke tujuan!<br /><br />Aku pun merasakan tujuan asmara telah tampak di pelupuk mataku. Tanganku kini mencekal-meremas langsung kejantananku. Ada sedikit cairan licin membasahi bagian ujung kejantananku. Akibat gerakan turun naik, cairan itu terbawa oleh telapak tanganku membasahi batang kenyal-keras yang panas membara..<br /><br />"Mas menggenjotmu dengan pelan, menerjangmu dengan lembut, semakin lama semakin keras.. semakin kuat Mas memompamu. Kamu meronta.. kamu meremasi rambut kepala Mas. Kamu mencakar dan menekan kulit punggung Mas. Mas menghentak.. menghentak.. semakin kuat. Dan..", aku sengaja menghentikan fantasiku, karena ingin mendengar reaksi Eksanti. Namun aku tidak memperlambat aktifitas tanganku di bawah sana. Gerakan tanganku semakin cepat dan teratur. Naik turun, naik turun, naik turun.. Terkadang agak lama di bagian ujung, meremas-remas dan mengepal. Menimbulkan rasa geli yang berkepanjangan, menyebar ke seluruh tubuh, menggetarkan semua otot, bahkan sampai menyebabkan ranjangku berderik-derik pelan.<br /><br />"Ooochh.. Aacchh..", Eksanti merintih-rintih keras dalam kenikmatan sensasi fantasinya. Hanya suara rintihan itu yang bisa aku dengar dari ujung telephone selama beberapa saat. Aku terdiam menikmati suara rintihannya. Jemari tengah Eksanti telah lancar ke luar masuk, sambil sesekali ujung jempolnya menekan-berputar di klitorisnya yang tegang memerah.<br /><br />Ranjang Eksanti bergoyang keras ketika ia mulai merasakan dirinya mendaki puncak asmara. Kini dua jari yang melesak, mengurut, menelusur lembah sempit di bawah sana. Kini kedua pahanya terentang maksimum, membuat kewanitaanya terbuka lebar, memberikan keleluasaan gerak kepada tangannya.<br /><br />Tangan yang satu lagi kini beralih ke bawah, namun gagang telephone masih dijepit diantara kepala dan pundaknya. Eksanti memerlukan kedua tangannya untuk mendaki puncak gemilang birahinya. Satu tangan untuk melesakkan kedua jarinya cukup dalam ke liang surgawi yang menimbulkan rasa nikmat itu, sementara tangan yang lain mengusap-menekan-memilin tonjolan merah yang kini berdenyut-denyut itu.<br /><br />Eksanti bahkan sampai merasa perlu mengangkat pinggulnya, memberikan tekanan ekstra ke seluruh daerah kewanitaannya, menggosok-gosok keras dengan kedua tangannya..<br /><br />Aku menggosok-gosok dengan cepat. Mengurut dengan keras. Naik turun tanganku semakin cepat, semakin cepat, dan semakin cepat. Nafasku terengah-engah. Kakiku terasa bagai melayang, padahal keduanya menjejak kasur dengan keras. Gagang telephone aku jepit di antara pundak dan kepalaku. Satu tanganku yang bebas kini mencengkram seprai, seakan mencegah tubuhku melambung ke langit-langit. Aku tak tahan lagi, aku menggerendeng merasakan tubuhku seperti hendak meledak.. Lalu aku benar-benar meledak. Menumpahkan cairan-cairan hangat di telapak tanganku.<br /><br />Eksanti merasakan tubuhnya mengejang, ia mencoba terus menggosok-menggesek, tetapi rasa geli-gatal begitu intens memenuhi tubuhnya. Ia tak tahan lagi. Ia mengerang parau ketika sebuah ledakan besar memenuhi dirinya. Kedua kakinya terentang kejang. Kedua tangannya meninggalkan daerah kewanitaannya, mencengkram seprai di kedua sisi tubuhnya. Klimaksnya datang bagai guntur bergulung-gulung..<br /><br />******<br /><br />Ketika nafas kami mulai mereda, suasana hening di dalam telephone itu. Sesekali aku hanya bisa mendengar hembusan nafas beratnya, demikian pula Eksantipun hanya bisa mendengar dengusanku.<br /><br />"Santi, kamu masih di sana?", aku mengawali percakapan kembali.<br />"Iyaa.. Mas, Mas udah lega belum?", ia menjawab pelan pertanyaanku.<br />"Mas, lega.., dan capek.., terima kasih yaa.. San. Santi enak nggak?", aku berkata lagi.<br /><br />"Ehh..mm", Eksanti tidak menjawab, hanya tersenyum di seberang sana. Namun aku tahu pasti bahwa ia pun telah sangat menikmati ke-'lega'-an bersamaku beberapa menit yang lalu.<br />"Santi, kita udahan dulu yaa.. Mas mau bersih-bersih dulu nih terima kasih yaa..", aku berkata terus terang. Aku memang harus membersihkan cairan cintaku yang tumpah ruah di atas perut dan sprei ranjangku.<br /><br />"Iya Mas, Santi juga mau mandi lagi nih.. Gerah sekali rasanya", ia berujar. Naah.. ketahuan deh.. Santi memang harus mandi, tetapi alasan gerah tidaklah masuk akal, karena malam itu suhu udara dingin sekali. Namun aku tidak berusaha meledeknya untuk kealpaannya ini. Aku paling tahu, Santi sangat sensitif pada perasaannya yang satu ini.<br />"Sampai besok yaa.. IOU", aku mengakhiri percakapan.<br />"IOU Mas.., mimpiin Santi yaa.., bye", lalu Santi menutup telephonenya.<br /><br />******<br /><br />Malam bagai tak peduli. Tetap dengan kelam dan dingin dan desir angin bersiut. Langit sesekali berkerejap oleh kilat di kejauhan. Awan hitam berarak menutupi cahaya bulan, mencegah Raja Malam itu menerangi muka bumi. Pohon-pohon bagai tidur sambil berdiri, terayun-ayun oleh angin yang meraja lela.<br /><br />Sebentar kemudian hujan mulai turun. Mula-mula hanya berupa rintik kecil. Tetapi lalu dengan cepat semakin lebat. Bahkan kemudian sangat lebat seperti dicurahkan dari langit. Aku masih tergeletak lunglai. Eksanti pun tidak segera mandi, ia terkulai lemas. Kami berdua terpisah oleh tembok, halaman, batu, sungai kecil, pohon, jalan raya, dan sebagainya.. Tetapi kami berdua bersatu dalam fantasi erotik, kami bertemu dalam imajinasi asmara yang menggelegak membara. Siapa bilang tidak ada kekuatan telepati di dunia ini?<br /><br />Kemudian aku beringsut menuju kamar mandi. Ketika aku masuk ke dalamnya, Eksanti terkejut sejenak sambil tersenyum melihat kejantananku yang sedari tadi sudah mulai mengeras lagi. Aku menggosok gigi, sementara Eksanti mulai merendamkan tubuhnya di dalam bathtub. Nyaman sekali rasanya berendam di air hangat. Eksanti mengusapkan busa wangi ke seluruh tubuhnya. Ke dadanya yang terbuai-buai di dalam air. Ke ketiaknya yang mulus tak berambut. Ke sela-sela pahanya yang tampak samar-samar di bawah permukaan air. Ke bagian-bagian yang tersembunyi, yang terjepit, yang berlekuk-berliku. Hmm. Biar semuanya harum.<br /><br />Sejenak aku melirik ke kaca, dan darahkupun berdesir lagi ketika aku melihat Eksanti sedang membasuh payudaranya dengan air sabun. Putingnya yang merah kecoklatan terlihat mencuat keatas, sangat kontras dengan warna putih buih-buih sabun yang menempel di sekelilingnya. Tangannya membasuh dada dengan air sabun itu dan sesekali memilin-milin putingnya dengan lembut. Aku semakin tidak tahan menyaksikan pemandangan yang sangat sensual itu. Segera aku berbalik badan untuk memandangnya lebih jelas lagi adegan itu.<br /><br />Eksanti berkata manja, "Ayo Mas.., tolong gosokin punggung Santi dong..". Tanpa berpikir panjang aku segera menghampirinya dan aku masuk ke dalam bathtub. Sementara Eksanti mengangkat punggungnya sejenak dan mengatur posisi duduknya di dalam bathtub untuk memberikan tempat duduk kepadaku di belakang punggungnya. Kini aku telah duduk tepat di belakangnya, dan dengan jelas aku bisa menyaksikan kulitnya yang putih bersih dengan tonjolan ruas-ruas tulang belakang di bagian tengahnya. Air hangat terasa membasahi kaki dan pinggangku, lalu aku mulai menyiramkan air hangat itu di sekujur punggungnya. Karena sempitnya bathtub itu untuk tubuh kami berdua, maka kejantananku yang kian mengeras terasa menyentuh-nyentuh tulang belakang punggungnya. Eksanti kelihatan gemas sekali merasakannya.<br /><br />Lalu tangannya beringsut kearah belakang pungungnya, mencoba meraup kejantananku itu. "Hmm.. Santi gemes sama yang ini..", begitu Eksanti berkata sambil meremasi kejantananku. Tanganku yang tadi membasuhi punggungnya sekarang telah merangkul tubuhnya dari belakang, mecoba untuk membasuh dadanya. Sengaja aku mempermainkan puting dan payudaranya sehingga Eksanti menggeliat kegelian. Lalu Eksanti mendesah nikmat, "Ahh.. ". Dan akupun secara refleks langsung melayangkan ciumanku ke arah rambut lembut di sekitar leher belakangnya. Aku mencium dan menggigit lehernya dengan lembut dan Eksanti makin mengelinjang-gelinjang.. geli dan nikmat sekali rasanya.<br /><br />Aku tidak sabar lagi, lau aku memintanya untuk berbalik badan. Kini kami duduk berhadapan dengan kaki saling menyilang. Kejantananku berada tepat di depan lubang kewanitaannya, siap untuk menusuknya dengan nikmat. Sekali lagi aku membasuh dadanya, aku meremas-remas payudaranya yang lembut dengan puting yang telah mengeras itu. Eksanti memejamkan mata menikmatinya.<br /><br />Sebenarnya Eksanti sudah tidak tahan lagi, tetapi aku masih mau bermain-main dengan dua bukit indah di dadanya. Maka Eksanti menyerah, membiarkan diriku menjilat, menghisap, dan menggigit mesra puting-puting susunya. Eksanti hanya bisa mengerang, mendesis, dan berdecap setiap kali sensasi-sensasi nikmat datang dari kehangatan mulutku. Puncak-puncak payudaranya, bagian tengahnya, pangkalnya --seluruh payudaranya-- terasa geli bercampur gatal bercampur hangat bercampur nikmat. Teruskan, teruskan, teruskan.. jeritnya dalam hati. Tapi itu tak perlu, karena aku tak akan segera berhenti.<br /><br />Air bak mandi bergejolak hebat, sebagian tumpah ke lantai, menimbulkan suara kecipak yang ramai. Tapi kita tak memperdulikannya. Sambil terus mengulum putingnya, tanganku menjelajahi bibir halus di bawah sana. Mengelus lepitannya, menekan-nekan bagian atasnya yang sensitif, menelesuri celah-celahnya yang licin, berputar-putar di liang hangat yang pastilah telah berubah warna menjadi merah muda. Eksanti semakin banyak bergerak, menggeletar, menambah besar gelombang air di bak mandi.<br /><br />Lalu aku mulai mencium bibir lembutnya, aku beringsut ke depan dan kejantananku perlahan-lahan menembus lubang surgawi kewanitaannya. Eksanti sigap mengambil inisiatif, sedikit mengangkat tubuhnya dengan posisi yang tepat, mengarahkan pusat kenikmatan kewanitaannya pada kejantananku. Lalu, perlahan-lahan Eksanti duduk kembali, dan dengan nikmatnya merasakan senti-demi-senti penyatuan cinta birahi dirinya dan diriku. Nikmat sekali rasanya. Perlahan sekali rasanya. Penuh sekali rasanya.<br /><br />"Ah..," cuma itu yang bisa Eksanti desahkan ketika akhirnya Eksanti terduduk total dipangkuan kedua pahaku, pada posisi yang masih saling berhadapan.<br />"Oucchh.. Mas", Eksanti mengerang penuh nikmat ketika aku membenamkan seluruh kejantananku lembut sekali.<br /><br />Sambil memegang wajahku dengan kedua tangan, dan sambil meneruskan ciuman kami yang menggelora, Eksanti memulai pendakiannya ke puncak kenikmatan. Tubuhmu bergerak naik-turun. Mula-mula perlahan dan beraturan. Tetapi tidak lama kemudian berubah liar, diselingi teriakan-teriakan tertahan, dan suara-suara basah yang berdecap-decup dari bawah sana.<br /><br />Tangan Eksanti dialihkan dengan memeluk erat punggungku, seolah Eksanti menginginkan tusukanku lebih dalam lagi. Eksanti menggelinjang-gelinjang dengan nikmat, sehingga air dalam bathtub kami bergolak-golak seirama dengan gejolak nafsu kami di pagi buta itu. Dengan kasar Eksanti meremas-remas rambut kepalaku, Eksanti mencakari punggungku sambil menaik-turunkan tubuhnya. Terasa dinding kewanitaannya memijat-mijat kejantananku dengan lembut.<br /><br />Kedua tanganku yang kokoh ikut membantu. Aku mencekal pinggangnya dengan sigap, membantunya bergerak naik-turun, karena tampaknya Eksanti telah kehilangan kendali. Ciuman kami terputus, karena Eksanti meregang dengan kepala terdongak ke belakang. Dadanya membusung, payudaranya berayun keras, memberikan pemandangan indah kepadaku. Segera aku meraih salah satu bukit sintal itu dengan mulutku, menyedot puting susunya, dan membuatnya menjerit nikmat, dan mengirim sinyal terakhir yang memicu orgasme pertama di pagi buta itu.., orgasme ke limanya bersamaku.<br /><br />Eksanti meregang dan mengejang. Gerakannya terhenti di tengah-tengah, lalu Eksanti terhenyak terduduk, dan menggelinjang bergeletar. Aku merasakan denyutan-denyutan kuat di bawah sana. Aku meneruskan hisapan mulutku, meningkahinya dengan gigitan-gigitan lembut.<br /><br />Eksanti pun mengerang, "..Aaah..", Eksanti pun mendesis, "..Sssh..", Eksanti pun akhirnya berteriak panjang, "..Oooh.. mass enakk..", sebelum akhirnya terkulai dan memeluk erat diriku.<br /><br />Kami berciuman kembali, kali ini dengan penuh kelembutan. Eksanti bergumam, "Mmm.. enak sekali, Mas luar biasaa.. enak sekali..". Tiga menit berselang, lalu ritual itu pun berlanjut, kali ini dengan aku sebagai pelaksana utamanya. Tubuhku yang kokoh bergerak maju-mundur sebatas pinggang, menciptakan tikaman-tikaman nikmat. Setiap hujaman mengirimkan sejuta getar ke seluruh penjuru tubuhnya.<br /><br />Eksanti mengerang lagi, mendesis lagi. Aku semakin cepat bergerak, dengan nafas yang tak kalah menggebunya. Keringat dan air bercampur di tubuh kami berdua, sementara di bagian bawah, tempat penyatuan wanita-pria itu, kebasahan telah mengental, menimbulkan suara berdecap berkecipak setiap kali aku menghujam dan menghela. Suara-suara gairah memenuhi kamar mandi. Eksanti sangat bergairah. Aku sangat bergelora. Kami berdua, bersama-sama, berkejaran menuju puncak kenikmatan.<br /><br />"Mmm.. Santi.. ngga tahan, Mas.. ngga tahan.. ," Eksanti mengerang, aku hanya bisa menggeram.<br />"Ogghh.. Mas, Santi nikmatt.. sekalii..", Eksanti mengerang-ngerang nikmat bercampur bunyi dengan kecipak air di dalam bathtub.<br />"Ogghh.., Santi,.. Mas juga enakk..", aku membalas rintihannya dengan menggigit mesra leher jenjangnya itu hingga memerah. Tanganku tetap memilin-milin puting kecoklatannya, sambil sesekali aku basahkan air sabun ke atasnya.<br /><br />Eksanti makin mengelinjang-gelinjang sambil terus mendesah-desah nikmat, "Terus Mas, terus Mas..". "Aaah..," Eksanti menjerit tertahan ketika orgasme kedua (ke enam bersamaku) tiba-tiba datang menyerbu. Eksanti menggelinjang hebat, tetapi kedua tanganku erat memeluk, sehingga Eksanti tidak bisa melepaskan diri. Aku masih terus menghujamkan sejuta kenikmatan. Eksanti menggeletar hebat. Eksanti ingin diriku berhenti dulu. Tapi tidak, tidak. Eksanti ingin diriku terus bergerak. Berhenti dulu. Bergerak. Berhenti dulu. Bergerak. Eksanti tidak tahu harus bagaimana, kenikmatan sudah memenuhi seluruh tubuhmu. Berdenyut, berdetak, bergelora, meletup-letup. Eksanti menyerah. Eksanti menjerit lebih keras.<br /><br />Dan Aku merasakan jepitan menguat di bawah sana, seakan mereMas, dicampur denyut-denyut keras. Aku pun tak tahan lagi. Seakan ada air bah bergemuruh di dalam diriku, membawa jutaan partikel-partikel nikmat yang membuat mataku terpejam. Tak lama kemudian ototku terasa menegang, setengah berteriak aku berkata, "Ayo Santi.., Mas mau keluar, Mas nggak kuatt.. ayo kita bersama-sama mencapai nikmatt.. Santi..".<br /><br />"Ayo Mas.. terus Mas..", Eksanti pun mendesah-desah sambil dengan semakin cepat ia menggoyang-goyangkan pinggul dan badannya.<br /><br />Dengan sekuat tenaga aku menghujam. Satu kali. Dua kali. Tiga kali. Empat kali. Akhirnya aku menggeram, menggerendeng bagai banteng menahan amarah, "Sann.., auucchh.. Mas keluarr.. sayangg..", dan sedetik kemudian "Mas, Santi juga enakk..". Lava panasku meledak-ledak di dalam lubang kewanitaannya, sementara Eksanti tetap menggoyang-ngoyangkan pinggulnya. Cairan hangat menyerbu keluar dari tubuhku, menyemprot kuat ke dalam tubuh Eksanti yang telah terbuka menerima, memfinalkan kenikmatan yang terasa sampai keujung jempol kakinya.<br /><br />"Auucchh.. geli sekalii.. tapi enakk.." aku menggigit bibirku menahan rasa nikmat itu. Lava panas itu menghangati dinding kewanitaannya dan Eksantipun terlihat menikmati saat-saat orgasmenya yang kesekian kali bersamaku..<br /><br />Kami berdua terkulai dengan nafas memburu. Ia bahkan masih terus mengerang dengan suara pelan. Setengah menit kemudian kami masih terkulai berpelukan dalam bathtub. Air hangat masih mengalir ke dalam bathtub, yang segera aku matikan. Suara air tak ada lagi. Kamar mandi kembali sepi, setelah saat-saat indah itu. Lalu aku berucap pelan, "Kita harus segera mandi lagi, nih, 'yang.. "<br /><br />Eksanti tersenyum, "Santi yang memandikan, yaa.. Mas. Ini tanggung jawab Santi, lho!". Akupun tertawa sambil berujar, "Kalau kamu yang memandikan aku, kita akan terlambat ke airport. Sekarang sudah pukul 6 pagi".<br /><br />"Kan cuma mandi?" ia menggodaku lagi.<br />"Cuma mandi. Titik. Dan mandinya juga pakai shower saja.. " sahutku. Iapun menggangguk setuju.<br /><br />Kemudian kami bergegas untuk membasuh diri kami masing-masing dan Eksanti menyabuni seluruh tubuhku. Tangannya dengan lembut menyabuni kejantananku yang telah terkulai, dan sesaat Eksantipun masih sempat untuk menguluminya. "Occhh.. Santi, kamu juga hebat sekali.., belum pernah aku merasakan yang seperti ini dengan orang lain..", begitu bisikku jujur sambil menyabuni tubuhnya. Eksanti tersenyum manja mendengar bisikan itu, sambil menjawab, "Ntar deh di Jakarta.., Santi kasih yang lebih hebat lagi yaa..". Aku tertawa keras, mencubit pipinya dengan gemas. Sungguh sebuah pagi yang indah sekali!!<br /><br />******<br /><br />Setelah kami selesai mandi lalu kami bersiap untuk check out dan berangkat menuju ke airport. Pukul 8.00 pagi, aku dan Eksanti sudah berada di pesawat Garuda duduk bersebelahan. Tangannya menggenggam erat tanganku seolah Eksanti tidak ingin melepaskanku. Ketika pesawat dengan lancar melakukan take-off, sejenak kemudian ia merebahkan kepalanya di dadaku.<br /><br />"Santi tidur yaa.. Mas, ngantuk dan capek nih", begitu katanya.<br /><br />"Hmm.., saya juga mau bobok, sayangg..", aku menjawab seiring dengan datangnya rasa kantukku. Sambil tersenyum aku berkata dalam hati, "Pantas saja kamu kecapekan, habis lebih dari 6 kali sih..".<br /><br />*******<br /><br />Kami sejenak terdiam ketika si manajer itu mengakhiri ceritanya. Ia sungguh nampak jujur di mataku, tanpa sedikitpun usaha untuk melebih-lebihkan ceritanya. So, apakah aku harus tidak percaya..?<br /><br />"Sejak saat itulah aku jadi sering malakukan 'affair' dengan dia. Kalau hal itu elu sebut 'affair', tapi elu janji yaa.. jangan tanya-tanya lagi mengenai hal ini", si manajer itu mengakhiri ceritanya kepadaku.<br /><br />"Oke.. man has to know his limit..", jawabku meyakinkannya.<br /><br />Tiba-tiba HP si manajer itu berdering, dan ia menjawabnya dengan nada bicara yang pendek-pendek tanpa semangat. Aku tahu, pasti itu adalah telephone dari rumahnya. Semua orang di kantor ini bisa membedakan bagaimana gayanya kalau menerima telephone dari rumahnya.<br /><br />"Gua, cabut dulu yaa..", katanya lagi ketika ia selesai bicara di HP-nya.<br />"OK, see you next morning, take care..", jawabku singkat.<br /><br />Ketika si manajer itu keluar dan menutup pintu kamar kerjaku, aku kembali tercenung mengingat semua ceritanya. Perasaanku bercampur aduk antara cemburu, sebel, ingin marah, tetapi aku tidak tahu harus aku tujukan kepada siapa. Aku benar-benar tidak tahu harus berbuat apa.. Sejenak aku ingin menghubungi Eksanti melalui paging telephone, siapa tahu ia belum pulang saat ini, tetapi niatku itu aku urungkan. Aku masih belum bisa menata kembali perasaanku.<br /><br />Aku segera mematikan layar komputer, arlojiku telah menunjukkan pukul 19.30 malam. Lorong kantorku telah sepi senyap saat aku keluar dari pintu kamar kerjaku. Kursi Eksanti juga sudah lama kosong. Rupanya ia bergegas pulang sore ini karena ada janji dengan seseorang, begitu kata office boy yang dengan setia masih menungguku.<br /><br />"Acchh.., Eksanti, dengan siapa lagi kamu malam ini..?", aku bertanya dalam hati sambil bergegas meninggalkan pintu ruang kantorku.Cerita Seruhttp://www.blogger.com/profile/11284718548711892644noreply@blogger.com