Skandal Seks Hidup Diantara Manusia Bejat

Cerita Seks, cerita panas, cerita dewasa, cerita mesum, cerita seru, Cerita Sex, Skandal Seks, skandal panas, skandal mesum, ngentot memek, memek sempit, ngentot sedarah, memek abk, ngentot janda, cerita pemerkosaan, cerita pijet plus plus, Skandal Seks Hidup Diantara Manusia Bejat


Cerita Panas - Sejak Bpk wafat lima thn dulu & Ibu wafat enam th yang dulu, aqu tinggal dgn kakak sulungku, Mbak Sabrina. Hunian orang tuaqu di Madiun terpaksa dipasarkan. Uangnya kita bagi bertiga, Mbak Sabrina, Mbak Meli, & aqu, Shasha.

Hunian waris itu cuma laku Rupiah. 6,5 juta. Diwaktu itu aqu tetap duduk dibangku kelas tiga SMA. Masing-masing kebagian Rupiah. 2 juta, sisa Rupiah.500 ribu dimasukkan ke bank utk memperbaiki makam ke-2 orang lanjut umur & budget keselamatan.

Kala menerima duit waris Rupiah. 2 juta, aqu sengaja menaruh Rupiah. 1 juta yang merupakan deposito ke satu buah bank, sedangkan sisanya kubelikan satu buah Televisi. Karena aqu mau punyai Televisi sendiri dikamar tidurku.

Demikian lulus, aqu berangkat berduaan ke Sarangan dengan Komar, pacarku yang sekelas denganku. Ditempat rekreasi yang sejuk itulah aqu memadu kasih bersama Komar. Entah dengan cara apa awalnya, sesudah aqu dicium & diremas-remas buah dadaqu, aqu seperti terhipnotis & terbuai bersama segala rayuannya, sesampai aqu menuruti saja disaat Komar mengajakku memasuki kamar hotel di Sarangan, aqu tidak menolaknya.

Bahkan saat di dalem kamar tidur, Komar mulai kembali dengan cumbuannya dan remasan-remasan hangatnya yg benar-benar membuatku tak berdaya dan diem saja saat Komar mulai melepas satu demi satu seluruh pakaian yg menempel dibadanku, aqu hanya bisa merasakan desah nafasku yg semakin tak beraturan dan seluruh badanku benar-benar di luar kendaliku.

Saat tangan Komar semakin bergerak leluasa ke bagian-bagian sensitif badanku, aqu semakin pasrah dan menikmati seluruh kecupan hangat,remasan-remasan yg luar biasa nikmatnya, sampai akhirnya seluruh pertahananku jebol setelah kemaluan Komar dengan cepatnya masuk dan merenggut keperawananku dengan sekali hentakan saja. Namun semuanya tak kupikirkan terlalu lama karna aqu benar-benar sangat menikmatinya saat kemaluan Komar mulai bergerak maju-mundur, turun-naik, sesampai membuat liang kemaluanqu mengeluarkan cairan kenikmatan yg terasa hangat saat badanku terhempas ke ranjang karna puncak klimaks yg kurasakan saat itu. Lemas, mataqu berat, dan akhirnya aqu tertidur di dalem pelukan dada Komar kekasihku itu.

Noktah merah yg seharusnya kupersembahkan buat suamiku, akhirnya keberikan lebih awal kepada Komar, pacarku sekaligus calon suamiku kelak. Aqu ingat persis Komar kembali melaqukan persetubuhan denganku sampai lebih dari tiga kali pada hari itu, aqu benar-benar dibuat takluk dengan keperkasaan seksualnya.

“Tak udah memikirkan keperawanan. Jaman sudah maju, manusia tak membutuhkan keperawanan, melainkan kesetiaan”, kata Komar setelah berhasil mengambil keperawananku. Aqu juga masih ingat persis saat Komar memberiku uang Rp.10 ribu.

“Ini untuk beli jamu”, katanya singkat. Hampir saja aqu melempar uang itu ke wajahnya. Tetapi Komar keburu mencium pipiku, keningku dan tengkukku sesampai aqu tak bisa marah atas sikapnya tadi.

Benar dugaanku. Setelah peristiwa itu Komar tak muncul-muncul. Hampir dua minggu aqu menunggu, tak kelihatan juga gagang hidungnya. Akhirnya aqu memaksakan untuk dateng ke rumahnya di jalan Borobudur. Betapa terkejutnya aqu, saat ibunya bilang Komar sudah berangkat ke Jakarta, untuk mengadu nasib di sana. Niat hati ingin menyampaikan masalah ini kepada ibunya bahwa aqu dan Komar telah berbuat hal layaknya suami istri. Tetapi mulutku tak bisa bersuara. Aqu hanya menahan nafas dan mengehembuskannya dalem-dalem.

Saat paling membuatku berdebar-debar adalah saat aqu tak mengalami menstruasi. Aqu kalut, Beberapa macam pil yg disebut orang-orang bisa untuk menggugurkan kandungan, kuminum. Tetapi, aqu tetap terlambat dateng bulan. Aqu makin kalut. Apalagi aqu harus hengkang dari rumah, karna rumah kita sudah laqu dijual. Aqu harus ke Surabaya, tak ada jalan lain.

Bulan kedua aqu lewati dengan mengurung diri di kamar di ruman Mbak Sabrina, kakak sulungku. D rumah ini tinggal juga suaminya, Mas Purwanto, dan anak tunggalnya Salwa, yg masih balita. Selain itu pula ada pula Mas Darmanto, adik Mas Purwanto, yg sampai kini masih hidup membujang.

Sebulan dirumah Mbak Sabrina, aqu sudah tak bisa menyembunyikan diri lagi. Saat Mbak Sabrina tidur aqu mengutarakan permasalahanku ini kepada Mas Purwanto, dan berharap dia bisa memeberikan jalan keluar terbaik bagi diriku.

“Besok kamu ikut aqu. Kita harus menggugurkan anak haram itu”, kata Mas Purwanto,

“Dan Mbak Sabrina tak perlu tahu musibah ini”, tambahnya.

“Kamu masih punya uang simpanan?”, katanya.

“Satu juta”, jawabku singkat.

“Besok pagi kita ambil, kekurangan uangnya biar aqu yg tanggung”, kata Mas Purwanto.

Keesokan pagi harinya aqu dibawa ke dokter yg ada dikawasan lokalisasi di Surabaya. Di tempat yg tak terlalu luas itu, kandunganku digugurkan.

“Biayanya Rp. 1,6 juta, itu belum termasuk biaya kamar, biaya perawatan, dan obat-obatan. Siapkan saja uang sekitar Rp. 2 juta”, kata dokter yg merawatku kepada Mas Purwanto.

Aqu memandangi Mas Purwanto untuk meminta reaksi atas ucapannya tadi malam.

“Ya, Dok. Ini kita membawa uang Rp. 1 juta, nanti aqu akan ambil uang di ATM untuk melengkapi seluruh biayanya”, kata Mas Purwanto kepada dokter yg akan menggugurkan kandunganku, sembari melirikku. Lega rasanya aqu dibantu kakak iparku. Dibenakku aqu punya harapan untuk kuliah kembali, agar jadi ‘orang’. Uang Rp. 1 juta kuserahkan, dan dalem waktu sepuluh menit aqu sudah tak sadarkan diri. Saat aqu bangun, aqu telah berada di ruangan yg sama sekali tak aqu kenal. Ada seorang perawat disini.

“Jangan banyak bergerak dahulu ya jeng”, kata perawat itu yg kira-kira berusia 40 tahun. dia kemudian menyeka keringatku dan meneyelimuti badanku dengan baju putih.

Tak lama kemudian Mas Purwanto dateng dan membawa buah-buahan untukku. Aqu tersenyum kepadanya. Diapun membalas senyumku. Diusapnya rambutku, dan diciumnya keningku.

“Sus, meski kita menggugurkan kandungannya, tetapi kita ingin tetap menikah. Kita hanya merasa belum siap saja. Aqu ingin Shasha menjadi istri kedua”, kata Mas Purwanto kepada perawat itu, tanpa meminta persetujuanku kalau aqu pura-pura jadi WIL-nya.

Sehari kemudian aqu pulang. Tetapi aqu tak diijinkan untuk pulang ke rumah Mbak Sabrina oleh Mas Purwanto, Aqu justru dibawanya kesebuah hotel.

“Kenapa disini, Mas?” tanyaqu.

“Kamu masih kelihatan pucat. Jangan pulang dulu, kamu tidur disini sekitar 3 sampai 4 hari dulu, nanti baru pulang. Lagian Mas Purwanto sudah bilang ke Mbak Sabrina, bahwa kamu balik sementara ke Bandung untuk keperluan menjenguk saudara”, katanya. Aqu mengikuti saja sarannya tersebut.

Hari-hari pertama Mas Purwanto bersikap sopan kepadaqu, Dia tampak mengasihiku. Tetapi, pada hari kedua, Mas Purwanto mulai berubah, setelah berbaringan di sebelah badanku, Mas Purwanto secara mengejutkan memintaqu untuk memegang ‘kemaluannya’.

“Aqu nggak kuat, Shasha. Tolong kamu pijit-pijit kemaluanku sampai ‘keluar’, agar kepalaqu tak pusing. Mbakyumu sedang mestruasi. Jadi aqu tak melaqukan hubungan badan selama dua hari ini, biasanya kita melaqukannya setiap hari”, begitu kata Mas Purwanto beralasan kepadaqu.

Ingin rasanya aqu menolak, tetapi bagaimana lagi? Mas Purwanto telah begitu berbaik hati kepadaqu. Kupikir tak ada salahnya aqu melaqukannya sekali ini untuk membalas kebaikan-kebaikan Mas Purwanto kepadaqu selama ini, khususnya saat-saat seperti ini. Dengan malu-malu aqu melaqukan apa yg dimintanya, Kulihat kemaluan Mas Purwanto masih tertidur, panjangnya lumayanlah, aqu mulai mengusap-usap gagang kemaluan Mas Purwanto secara lembut. Sedikit demi sedikit aqu mulai melihat reaksinya, Kemaluan Mas Purwanto sedikit demi sedikit mulai mengembang dan membesar, tanganku merasakan kemaluannya yg bergerak-gerak sampai akhirnya tak bisa bergerak lagi, karna seluruh gagang kemaluannya telah tegang dengan sangat kerasnya.

Mas Purwanto kulihat memejamkan matanya menikmati permainan ini, aqu semakin berani untuk memain-mainkan kemaluannya, kuusap, kugosok-gosok dengan jariku dan terakhir aqu mulai mengocok-ngocok kemaluan Mas Purwanto secara turun naik, kulihat badan Mas Purwanto kadang-kadang menggeliat merasakan kenikamatan ini, sampai akhirnya mendadak badan Mas Purwanto mendadak mengejang, kemaluannya terasa panas sekali, kulihat kepala kemaluannya kini berubah warnanya menjadi sangat merah sekali dan berdenyut-denyut.

Mendadak Mas Purwanto memejamkan matanya sangat erat, bibirnya seperti menggigit menahan sesuatu yg amat luar biasa, tak lebih dalem hitungan dua detik, mendadak aqu melihat cairan kental menyemprot deras keluar dari gagang kemaluannya Mas Purwanto, cairan air maninya muncrat banyak sekali seiring dengan itu badannya berkelejat-kelejat sampai pada akhirnya air maninya habis, badannya jatuh lunglai dan kulihat wajah Mas Purwanto tersenyum puas. Perlahan-lahan aqu membersihkan badan Mas Purwanto yg belepotan air maninya, kubersihkan dengan perlahan-lahan sambil memijat-mijat badan Mas Purwanto, sampai akhirnya Mas Purwanto tertidur di ranjangku.

Di hari kedua aqu benar-benar tak mampu menolak permintaannya, saat aqu sedang mandi mendadak pintu kamar mandiku diketok oleh Mas Purwanto, saat kubukakan, mendadak Mas Purwanto menerkamku dengan buasnya.

“Kalau kamu tak melayaniku, maka kasus pengguguran ini akan kuberitahukan kepada Mbak Sabrina”, ancamnya.

Maka, aqu tak mampu menolak keinginannya ini, Semalaman itu aqu harus melayani Mas Purwanto ronde demi ronde. Sejak saat itu aqu semakin tak punya keberanian untuk menolak keinginan Mas Purwanto untuk mencicipi kehangatan badanku yg masih sintal, dan rapatnya liang kemaluanqu, karna aqu memang belum pernah melahirkan. Perbuatannya ini tak hanya dilaqukan di hotel saja, tetapi sudah mulai berani dilaqukan di rumah Mbak Sabrina, Hampir Setiap tengah malam menjelang pukul 3 pagi, Mas Purwanto selalu mengendap-endap menuju kamarku dan mengetuk kamar tidurku untuk meminta jatahnya, karna aqu taqut suatu waktu akan ketahuan akibat Mas Purwanto mengetuk pintuku maka aqu setiap tidur tak pernah mengunci kamar tidurku.

Yg membuatku semakin tertekan adalah mendadak pada suatu hari badanku serasa terindih sesuatu, saat aqu membuka mataqu alangkah kagetnya aqu, karna yg menindih badanku adalah Mas Darmanto, adik Mas Purwanto, aqu ingin berteriak, tetapi Mas Darmanto menutup mulutku sambil mengancamku.

“Awas, kamu tak perlu berteriak, Jika tak aqu akan melaporkan perselingkuhan kamu dengan Mas Purwanto kepada Mbak Sabrina. Aqu telah mengetahui kejadian ini sejak minggu lalu, lalu apa salahnya jika kamu melaqukannya kepadaqu juga”, ancamnya.

Sejak saat itu aqu menilai Mas Darmanto sama bejatnya dengan Mas Purwanto. Sampai mulai saat itu hampir setiap hari aqu melayani dua lelaki. Antara pukul 12 malam sampai denga pukul 1.30 pagi aqu melayani Mas Darmanto, dan Antara pukul 3 pagi sampai dengan pukup 4 pagi aqu harus kembali bergumul dengan Mas Purwanto. Badanku benar-benar sebagai pelampiasan hasrat kedua saudara-saudara iparku.

Bahkan menurutku Mas Darmanto adalah orang paling bejat didunia ini, ia bahkan menceritakan perselingkuhan kita kepada Mas Suwono yg tinggal di jakarta. Saat suatu saat Mas Suwono menginap di rumah Mbak Sabrina berkaitan dengan tugas kantornya. Dia tak tak sungkan-sungkan masuk kekamar tidurku malam hari bersama dengan Mas Darmanto untuk kembali merasakan kehangatan badanku, malah pernah suatu kali ketiganya mendadak berkumpul di kamarku dan benar-benar menguras seluruh tenagaqu, sampai aqu pernah pingsan menahan kenikmatan yg dateng bertubi-tubi tanpa hentinya dari ketiga saudara iparku yg menggilir aqu secara bergantian. Sampai akhirnya puncak dari seluruh kenikmatan tersebut adalah kelelahan yg luar biasa, aqu knock out alias KO!

Lebih celaka lagi saat suatu saat Mbak Sabrina pada siang hari dateng ke kamarku dan menemukan celana dalem suaminya ada di kamarku. Aqu sangat yakin Mbak Sabrina mengetahui kalu suaminya sering masuk ke kamarku. Mbak Sabrina hanya diem saja. Dia hanya melemparkan celana dalem suaminya itu kewajahku. Dan, sejak itulah Mbak Sabrina jarang mengajakku bicara. Saat kuceritakan kejadian ini kepada Mas Purwanto, Diluar dugaan di berkata,

“Shasha, Mbak Sabrina sudah tak kuat lagi melayani hasratku, pernah kusampaikan aqu punya pacar seorang janda muda, dia diem-diem saja”, kata Mas Purwanto.

Simak Juga: Menikmati Gagang Teman Suamiku

Aqu tercenung. Napasku terasa berhenti di tenggorokan. Kasihan Mbak Sabrina. Tetapi siapa yg menaruh rasa belas kasihan kepadaqu? Aqu telah melayani hasrat biadab ketiga saudara iparku. Ingin rasanya aqu lari minggat dari rumah Mbak Sabrina, Tetapi kemana aqu harus menetap? aqu tak ingin menjadi seorang Perempuan Tuna Susila, dan aqu sudah tak memiliki uang pula untuk menyambung hidup jika aqu minggat.

Sampai akhirnya sedikit demi sedikit keberanianku benar-benar hilang sama-sekali, dan sampai sampai ini aqu masih harus tetap melayani hasrat binatang ketiga lelaki iparku.
Previous
Next Post »