Cerita Dewasa Seks Antara Ibu dan Anak Kostnya
Cerita Dewasa - Ceritanya terjadi saat aku masih kuliah di sebuah universitas di dekat kalimalang, Jakarta Timur. Aku menyewa kamar semi permanen yang setengahnya tembok dan setengahnya lagi kayu milik seorang Ibu bernama Halimah yang biasa di panggil Bu Limah.
Kamarku terletak agak di belakang rumah bersebelahan dengan kamar mandi. Bagian Belakang rumah Bu Limah di batasi tembok tinggi yang di biarkan tanpa atap, di dalamnya di pergunakan Bu Limah untuk memelihara tanaman dan bunga-bungaan, disana juga tumbuh pohon belimbing yang rindang tempat ngadem dengan menggelar tikar. Kamarku berada persis di depannya.
Di rumah itu hanya ada 2 kamar kost yang kusewa bersama seorang cowok mahasiswa juga tapi sudah skripsi jadi jarang dirumah. Bu Limah, Ibu kostku ini adalah seorang janda beranak tiga, semua anaknya sudah kawin dan tidak tinggal serumah lagi dengan Bu Limah.
Ibu kost ku ini sebenarnya udah cukup tua umurnya kira-kira 50 tahunan, namun menurutku, untuk wanita seusianya, tubuh Bu Limah masih terhitung bagus, meski agak gemuk namun tetap montok dengan bongkahan pantatnya yang bahenol dan buah dadanya yang besar.
Rambutnya yang hitam panjang selalu di jepitnya di belakang kepalanya. Pembawaannya tenang dan ramah. Kalau sedang dirumah Bu Limah paling sering memakai daster sehingga bentuk tubuhnya menggodaku untuk selalu mencuri-curi pandang. Buah dadanya yang besar itu juga sering ku lihat terkadang tanpa di tutupi BH sehingga tampak menggantung bergoyang-goyang saat badannya menunduk membersihkan tanamannya.
_____
Suatu hari ketika itu aku masuk siang jadi agak santai. Setelah membeli koran aku kembali ke kamar untuk membacanya, pintu kamar kubiarkan saja terbuka. Beberapa saat kemudian kulihat ibu kost berjalan ke arah kamar mandi sambil membawa handuk, rupanya mau mandi. Dia berhenti sejenak di depan kamarku untuk menyapaku.
”Kok belum berangkat? ” Sapanya.
”Iya Bu, hari ini masuk siang”. Jawabku.
”Wah enak dong bisa santai..,” Kata Bu Limah lagi sambil tersenyum dan meneruskan langkahnya menuju kamar mandi.
Dari kamar mandi ku dengar Bu Limah bersenandung kecil di timpali bunyi air. Saat itu pikiranku jadi ngeres dengan membayangkan Bu Limah telanjang membuat kemaluanku mengeras dan timbul keinginanku untuk mengintipnya.
Segera kututup pintu kamarku dan dengan berhati-hati ku cari celah sambungan papan antara kamarku dengan kamar mandi. dan ternyata ada sedikit lubang tipis yang karena cet nya sudah hancur, tempatnya tepat agak dibawah dekat bak mandi. Dengan hati berdegub keras, aku intip Bu Limah, tampak dia telanjang bulat, badannya masih montok untuk ukuran wanita seusia Bu Limah. Payudaranya sudah agak turun tapi besar dan menantang, sedangkan kemaluannya ditutupi bulu cukup lebat.
Dia menyabuni payudaranya agak lama, dia permainkan putingnya dengan memilin-milinnya, sedang tangan yang satu lagi menyabuni vaginanya, jari telunjuknya dimasukan berulang-ulang sedangkan matanya tampak terpejam-pejam mungkin sedang menikmati, gerakannya itu kulihat seperti layaknya orang bersenggama.
Bu Limah lalu menghentikan kegiatannya lalu berjongkok persis menghadapku untuk mencuci BH dan celana dalamnya sehingga vaginanya dengan jelas ku lihat membuat gairahku menyala-nyala. Ku keluarkan penisku yang sudah tegang berdiri, kumainkan dengan tanganku tak kuperdulikan lagi kemungkinan seandainya Bu Limah mengetahui apa yang aku lakukan. Semakin lama nafsu seks ku semakin tak terkendali kepalaku sudah tidak bisa berfikir jernih lagi, yang ada di kepalaku bagaimana caranya bisa menikmati tubuh Bu Limah.
Bu Limah pun akhirnya selesai mandi, setelah mengelap tubuhnya dengan handuk, dililitkannya handuk itu menutupi tubuhnya, sedangkan pakaiannya di masukannya ke dalam ember yang ada di dalam kamar mandi.
Aku pun segera bersiap-siap dengan rencanaku. pun keluar dari kamar mandi.
Ketika Bu Limah melewati kamarku cepat ku buka pintu kamarku dan tanpa berkata-kata lagi kupeluk tubuh Bu Limah dari belakang sambil menarik handuk yang di pakai Bu Limah hingga akhirnya Bu Limah telanjang, tanganku ku remaskan ke buah dadanya.
”Aw, aduh.., apa-apaan nih..,” Pekik Bu Limah terkejut.
”Aduh Dal, jangan Dal ah…,” Bu Limah mencoba menghindar.
Aku tetap tak perduli, tangan kanan ku malah ku arahkan ke vaginanya, ku kobel-kobel dan kucolokan jariku masuk ke dalamnya sambil ku ciumi tengkuk dan leher belakang Bu Limah. Tubuh Bu Limah mencoba berontak agar lepas tapi aku tak memberikan kesempatan dengan semakin mempereret pelukanku.
”Aduh.., dal ingat dal, ah.., Ibu sudah tua Dal. Lepasin Ibu Dal.” Kata Bu Limah memohon.
”Hhh.., Ibu masih seksi koq, buktinya saya nafsu sama Ibu. Udah deh mendingan ibu nikmatin aja lagian kan ibu sudah lama nggak beginian.” Kataku memaksa.
”Tapi Ibu malu Dal, nanti kalau ada orang yang tahu gimana…?” Hiba Bu Limah.
”Ya makanya, mending ibu nikmatin saja, kalau begitu kan orang nggak bakalan ada yang tahu.” Tangkisku.
Akhirnya Bu Limah pun terdiam, tubuhnya tidak berusaha memberontak lagi aku semakin leluasa menjelajahi semua bagian tubuh Bu Limah, kadang kuelus-elus terkadang kuremas-remas seperti pada pantatnya yang besar dan montok itu.
Menyadari sudah tidak ada penolakan dari Bu Limah, aku semakin mengintensifkan gerakanku ke bagian-bagian tubuh Bu Limah yang dapat membuat gairah Bu Limah semakin tinggi agar tidak kehilangan momen.
”Ahh.., ssshh…, aahh…, geli Dal, ahh..,” Bu Limah mendesah-desah pelan pertanda nafsu seksnya sudah bangkit.
Ku putar tubuhku menghadap Bu Limah, sambil tetap ku peluk, ku ciumi bibirnya, dan lidahku kumasukan ke dalam mulutnya. Bu Limah ternyata mulai mengimbangiku, di balasnya ciuman ku dengan ketat aku dan Bu Limah bergantian saling menghisap bibir dan lidah.
Sambil begitu ku tuntun tangan Bu Limah ke kemaluanku dan ku selipkan tangannya ke dalam celana pendek training yang ku pakai. Tanpa ku minta Bu Limah menarik ke bawah celanaku hingga penisku bebas mengacung.
Digenggamnya kontoku, dengan jempolnya kepala penisku dielus-elusnya kemudian dikocoknya. Pelerku pun tak luput di jamahnya dengan meremasnya pelan, sesekali jarinya terasa menelusuri belahan pantatku melewati anus, sensasi seks yang ku rasakan benar-benar lain.
Leher Bu Limah ganti ku ciumi lalu turun ke bagian dadanya. Buah dada Bu Limah yang besar itu kuciumi, kuremas-remas, kusedot-sedot dan ku jilati sepuasnya sedangkan pada putingnya selain ku pelintir-pelintir aku hisapi seperti bayi yang sedang menetek pada ibunya, yang ternyata membuat Bu Limah kian hot. Tangannya mengerumasi rambutku dan terkadang menekan kepalaku ke payudaranya.
Desahanannya semakin sering terdengar.
”Aduh.., ahh.., sshh.., terus dal, aahh..,”
Dengan posisi tubuh Bu Limah yang tetap berdiri, aku merendahkan badanku, kuarahkan mulutku ke selangkangannya, Bu Limah ternyata tau apa yang akan kulakukan, di renggangkannya kedua kakinya hingga sedikit mengangkang yang membuat ku lebih leluasa menciumi vaginanya. Ku sibak bulu jembut di permukaan vaginanya lalu ku dekatkan bibirku ke permukaan vaginanya.
Lidahku ku julurkan mengulas-ulas bibir vagina Bu Limah, itilnya ku terkadang kujepit dengan bibirku sebelum kuhisap-hisap. Tak ketinggalan jariku ku colokan masuk ke dalam vagina Bu Limah sambil ku pitar-putar. Apa yang ku lakukan itu membuat Bu Limah menggelinjang-gelinjang dengan mulut tak berhenti berdesah-desah kenikmatan.
”Ahh.., aww.., yahhh.., sshh.., terus Dal, iyaahh..”
Begitu bernafsunya aku dan Bu Limah bercinta, hingga aku dan Bu Limah sudah tidak perduli lagi kalau waktu itu kami bergelut di udara terbuka di belakang rumah Bu Limah. Tapi akhirnya kekhawatiranku muncul juga. Ku hentikan sejenak aktifitasku.
”Bu, sebentar yah, saya mau ngunci pintu dulu, takut ada yang datang.” Kataku sambil berdiri.
”Oh iya, untung kamu ingat, tapi cepet yah Dal, Ibu sudah nggak tahan nih,” Jawab Bu Limah nakal.
Aku hanya tersenyum, sambil berlalu kuremas dulu payudara Bu Limah.
Sebenarnya jarak ke pintu hanya beberapa meter saja, berhubung aku dan Bu Limah sedang diliputi kenikmatan seks hingga tak mau kehilangan waktu meski sekejap. Setelah mengunci pintu aku kembali, penisku terayun-ayun waktu berjalan karena celanaku sudah terlepas meskipun aku masih memakai kaos.
”Kalau pintu depan dikunci nggak Bu?” Tanyaku ketika sudah dekat Bu Limah.
”Dikunci, dari pagi Ibu belum membukanya.” Jawab Bu Limah sambil merengkuh tubuhku ke pelukannya.
”Dal kita pindah ke kamar yuk!” Pinta Bu Limah.
”Disini aja deh bu, cari suasana lain, pasti Ibu belum pernah kan ngewe di sama bapak dulu di tempat terbuka seperti ini.”
”Ah, kamu ini ada-ada saja.” Elak Bu Limah sambil membuka kaosku.
Aku dan Bu Limah kembali berpagutan di atas kursi yang ku tari dari depan kamarku, tubuh Bu Limah ku pangku di atas pahaku, Bu Limah semakin aktif menciumi ku, pentilku pun di hisap dan di jilatinya sedangkan tanganku menggerayangi vaginanya yang semakin basah.
Bu Limah kemudian berdiri lalu berjongkok di hadapanku, di hadapkannya mukanya ke arah penisku lalu lindahnya menjulur mengulas-ulas kepala penisku beberapa saat kemudian di masukannya penisku ke dalam mulutnya, di hisap-hisapnya dengan menggerakan kepalanya maju mundur, kemudian pelirku di hisapnya juga. Gerakan lidah Bu Limah benar-benar membuatku di penuhi kenikmatan.
”Ahh, enak Bu..,” Erangku penuh nafsu.
Tanganku mempermainkan buah dadanya yang menggantung bergoyang-goyang, sesekali ku remas rambutnya dan ku tekan kepalanya agar semakin dalam mulutnya melahap penisku. Bu Limah lalu menghentikan hisapannya pada penisku.
”Dal, ayo penismu masukin, vagina Ibu sudah kepengen banget di ewe.” Pintanya sambil membaringkan tubuhnya di atas tikar dengan kedua kakinya dilebarkan memperlihatkan vaginanya yang mumplu.
Tanpa berkata lagi aku menyusul Bu Limah dan ku kangkangi tubuhnya dari atas. Bu Limah meraih penisku lalu di arahkannya ke lubang vaginanya. Setelah pas lalu ku tekan perlahan-lahan hingga penisku masuk seluruhnya ke dalam vagina Bu Limah lalu ku tarik dan ku masukan lagi dengan gerakan semakin cepat. Mulut Bu Limah terus berdesis-desis menahan nikmat.
Tubuh Bu Limah terhentak-hentak karena dorongan tubuhku, buah dadanya yang bergerak-gerak indah kuremas-remas penuh nafsu, sambil terus bergerak aku dan Bu Limah berpelukan erat, mulutku dan mulutnya saling hisap.
Bu Limah lalu memintaku berganti posisi di atas, aku berbaring dan Bu Limah duduk di atas selangkanganku setelah penisku di masukannya ke dalam vaginanya. Bu Limah menggoyang-goyangkan pantatnya, terasa seperti vaginanya memilin-milin penisku. Dari bawah payudara Bu Limah ternyata tampak lebih indah menggantung bergoyang-goyang.
Aku dan Bu Limah kembali ke posisi semula. Gerakan aku dan Bu Limah semakin liar. Tusukan penisku semakin cepat yang diimbangi dengan gerakan pantat Bu Limah yang kadang bergoyang ke kiri dan ke kanan kadang ke atas dan ke bawah menambah semakin panasnya permainan seks yang aku dan Bu Limah lakukan. Hingga akhirnya ku rasakan cairan spermaku segera keluar.
”Bu saya mau ke luar..,” Erangku.
”Ibu juga mau keluar, Dal..,” Desah Bu Limah.
Aku dan Bu Limah saling berpelukan dengan ketatnya, bibirku dan bibir Bu Limah saling hisap dengan erat dan spermaku pun menyemprot di dalam vagina Bu Limah. Beberapa saat aku dan Bu Limah saling diam menikmati sisa-saisa kenikmatan.
Sambil berbaring di atas tikar di bawah pohon rambutan yang rindang dengan tubuh sama-sama telanjang aku dan Bu Limah melepas lelah sambil ngobrol dan bercanda. Tanganku mempermainkan payudara Bu Limah entah mengapa aku suka sekali dengan payudara Bu Limah itu.
Aku dan Bu Limah lalu membersihkan badan di kamar mandi, saling gosok dan sambil remas hingga gairah ku dan gairah Bu Limah kembali bangkit, aku dan Bu limah kembali bersetubuh di kamar mandi sampai puas.
_____
Wanita seusia Bu Limah memang sangat berpengalaman dalam memuaskan pasangannya, mereka tidak egois dalam menyalurkan gairah seksnya, bahkan yang kurasakan Bu limah cenderung memanjakanku agar mendapatkan kenikmatan yang setinggi-tingginya. Maka karena itulah akupun merasa di tuntut untuk bisa mengimbanginya.
Gairahku terhadap Bu limah entah kenapa selalu menyala, maunya setiap hari aku bisa menggaulinya, dan ternyata Bu limah pun demikian. Hal ini kudengar sendiri ketika aku mengajaknya untuk bersetubuh padahal ketika itu teman kostu sedang ada di kamarnya. Saat Bu limah sedang mencuci piring ku dekap dia dari belakang, tapi dengan halus Bu Limah menolaknya.
”Jangan sekarang Dal, nanti temanmu tahu.” Kata Bu Limah.
”Tapi Bu, saya sudah nggak tahan..,” Sanggahku.
”Ibu juga sama, malahan ibu pengennya tiap hari begituan sama kamu.”
Akhirnya aku mengalah dan kembali ke kamarku dengan kepala penuh hasrat yang tak terlampiaskan.
Sudah 4 hari ini gairahku tak tersalurkan, aku dan Bu limah hanya bisa saling bertukar kode tanpa bisa berbuat lebih, hingga ketika itu sore, mendadak temanku pulang ke kampungnya setelah dapat telepon bapaknya sakit. Setelah temanku pergi ku kunci pintu lalu segera aku mencari Bu Limah. Di dalam rumah tampak Bu Limah baru keluar dari kamarnya. Bu Limah ketika itu memakai baju kurung berkerudung sepertinya Bu Limah mau pergi.
”Mau ke mana Bu?” Tanyaku mendekatinya.
”Ibu mau ngaji dulu Dal..,” Jawab Bu Limah.
”Bu, ayo dong, sudah lama nih..,” Rujukku.
”Nanti aja yah Dal, Ibu cuma sebentar koq ngajinya.”
”Ayo lah Bu sebentar aja..,” Paksaku sambil ku peluk Bu Limah.
Tanganku segera saja menjalar ke balik baju Bu limah yang gombrong. Buah dada Bu Limah yang besar yang selama beberapa hari ini ku rindukan, jadi mainanku.
”Dasar kamu, nggak sabaran banget.., tapi sebentar aja yah!” Rengek Bu Limah akhirnya pasrah.
Ternyata Bu Limah juga sudah panas, ciuman bibirku segera di balasnya dengan bergelora. Meskipun waktu itu Bu Limah memakai kerudung tak menghalangi aku dan Bu Limah untuk saling berbagi kenikmatan malahan aku merasa ada nuansa yang lain yang kian membuat gairah bercintaku menjadi-jadi dan permintaan Bu Limah melepas kerudungnyapun kularang.
”Dal, kerudungnya Ibu lepas dulu yah!” Pinta Bu limah.
”Jangan Bu, biarin saja, saya semakin bernafsu melihat pakai kerudung..”. Larangku.
”Ah kamu ini ada-ada saja.”
Sambil terus berciuman Bu Limah melepas Bhnya, lalu bajunya ku angkat ke atas dan ku sorongkan wajahku menjamah buah dadanya. Ku ciumi dan ku jilati sepuas-puasnya. Bu Limah merengek-rengek kecil sambil tangannya mengerumasi rambutku.
”..Ah.., ngghh.., yah.., sshh.., ahh..,” Suara Bu Limah pelan.
Tangan Bu Limah menarik celanaku hingga penisku yang sudah keras itu mengacung bebas, lalu di permainkannya penisku dengan meremas-remasnya. Kain bawahan yang di pakai Bu Limah ku angkat dan ku gelungkan di pinggangnya, lalu pantatnya ku remas-remas setelah kutarik celana dalamnya.
”Dal.., ayo Dal cepet masukin..,” Pinta Bu Limah.
”Iya Bu, disini aja ya Bu! Jawabku sambil membimbing tubuh Bu Limah ke kursi panjang yang ada di ruang tamu.
”Tapi nanti kalau ada orang gimana Dal?” Tanya Bu Limah khawatir.
”Tenang aja Bu, kan kita nggak telanjang” Aku meyakinkan Bu Limah.
”Dal, Ibu di atas yah..!” Bu limah meminta posisi di atas.
Aku mengiyakan kemauan Bu Limah, ku dudukan tubuhku di atas kursi panjang dengan posisi agak berbaring, selanjutnya Bu limah menempatkan tubuhnya di atasku, dengan kedua kaki melipat sejajar pahaku, lalu Bu limah menurunkan tubuhnya dan mengarahkan vaginanya ke penisku. penisku di pegangnya agar pas dengan lubang vaginanya.
Setelah itu Bu Limah menekan tubuhnya hingga penisku masuk ke dalam vaginanya sampai dasar lalu diputar-putarnya pantatnya, lalu diangkatnya vaginanya dan di tekan lagi sambil di putar-putar dengan gerakan semakin cepat.
Buah dada Bu Limah yang besar bergoyang keras mengikuti gerakan tubuh Bu Limah yang semakin liar itu segera ku sosor dengan mulutku, ku ciumi dan ku hisapi hingga meninggalkan tanda merah, sementara tanganku meremas-remas bongkahan pantatnya.
Biarpun Bu Limah tidak melepas pakaian dan kerudungnya persetubuhan aku dan Bu Limah tetap dahsyat malah semakin membuatku bernafsu. Ku imbangi gerakan Bu Limah dengan menghentakan pantatku ke atas apabila Bu Limah Menekan ke bawah sehingga aku merasakan *penisku seperti menghujam ke dalam vagina Bu Limah, membuatnya semakin terhempas-hempas kenikmatan.
”Ahhh.., ssshh.., mmhh.., Yaahh..,” Mulut Bu Limah tak berhenti merintih.
”Ayo Dal, terus tusuk yang dalam vagina Ibu.., iyyahh..,” Katanya di sela-sela rintihannya.
Setelah beberapa saat aku dan Bu limah saling menggenjot dengan posisi Bu limah tetap di atas, kurasakan spermaku mau keluar.
”Bu saya mau keluar.., Bu..,” Erangku.
”Ibu juga dal, mau kaluar.., aahh..,” Balas Bu Limah.
Gerakan tubuh ku dan tubuh Bu Limah sudah tidak beraturan lagi, aku dan Bu Limah semakin liar menjelang klimaks. Tubuhku dan tubuh Bu Limah saling peluk erat, bibir ku dan bibir Bu Limah bertautan erat saling hisap , hingga akhirnya tubuhku dan tubuh Bu Limah sama-sama mengejang, spermaku pun tumpah di dalam vagina Bu Limah. Aku dan Bu limah bersama-sama menikmati puncak permainan seks yang bergelora walaupun tidak begitu lama.
Aku dan Bu Limah sama-sama terdiam dengan masih berpelukan menikmati sisa-sisa gairah. Setelah keadaan dirasa normal Bu Limah mengangkat tubuhnya lalu berdiri, baru tampak olehku kalau pakaian dan kerudung yang dipakai Bu Limah begitu acak-acakan akibat pergumalan tadi.
”Udah ya Dal, Ibu mau berangkat.” Kata Bu Limah sambil beranjak menuju kamar mandi.
Aku lalu mengikutinya. Aku dan Bu Limah sama-sama masuk kamar mandi untuk membersihkan cairan sisa pergumulan. Sambil saling bercanda aku dan Bu Limah saling basuh.
”Gara-gara ini nih Ibu jadi terlambat..,” Kata Bu Limah sambil meremas pelan penisku yang mulai layu.
Aku hanya nyengir mendengar gurauan Bu Limah. Setelah dirasa bersih aku dan Bu Limah keluar dari kamar mandi, aku masuk ke dalam kamarku sedang Bu Limah berjalan ke dalam rumah. Ku ganti kaos dan celanaku lalu aku duduk di depan kamarku, ngeroko sambil baca koran. Dari dalam terlihat Bu Limah berjalan ke arahku dia sekarang sudah rapi kembali.
”Dal, Ibu berangkat ngaji dulu yah.., kalau mau istirahat jangan lupa pintu depan kunci dulu.” Kata Bu Limah.
”Iya Bu”. Jawabku sambil berdiri dan berjalan mengikuti Bu Limah, iseng dari belakang ku remas pantat Bu limah yang bergoyang-goyang. Bu Limah hanya mendelik manja.
”Dal, ah nakal kamu, belum puas yah..?”
”Nggak tahu nih Bu, kalau ngelihat Ibu bawaannya jadi nafsu.”
Setelah menutup pintu aku kembali ke kamar untuk tidur. Malamnya aku dan Bu Limah nonton TV berdua di rumahnya, kami hanya mengobrol dan bercanda saja, tak enak juga untuk mengajak Bu Limah bersetubuh lagi kasihan sepertinya dia cape.
Ketika aku mau kembali ke kamar telepon Bu Limah berdering yang ternyata dari cucunya Bu Limah yang mengatakan bahwa besok siang mau berkunjung. Wah alamat gairahku bisa tak tersalurkan lagi nih, kataku dalam hati.
Jam setengah tujuh pagi aku bangun dan langsung mandi. Saat berjalan ke kamar mandi kulihat Bu limah sedang berada di dapur dengan hanya memakai daster tipis membuat gairahku naik. Ketika mandi pikiranku tertuju terus ke Bu limah, dan acara mandi pagi pun ku percepat. Pikirku kalau sekarang nggak bisa menikmati tubuh Bu Limah bisa gigit jari, soalnya kalau cucu Bu Limah datang bisa berhari-hari mereka tinggal.
Aku segera mengganti kaos, sedangkan celana pendek tetap ku pakai biar praktis. Aku lalu mengendap-ngendap mendekati Bu Limah yang sedang berdiri di depan meja dapur dengan posisi membelakangiku. Setelah dekat dengan Bu limah kepalaku langsung ku susupkan ke bawah pantat Bu limah setelah terlebih dahulu bagian bawah dasternya aku angkat dan langsung ku ciumi belahan pantat Bu limah yang ternyata tidak memakai celana dalam.
”Aw!.., apaan nih..!” Teriak Bu Limah terkaget-kaget setelah tiba-tiba merasa ada sesuatu yang mendesak-desak pantatnya, tapi setelah tahu aku yang melakukannya Bu Limah pun tenang kembali.
”Iiih, kamu ini ngapain sih, ngagetin Ibu aja, untung Ibu nggak Jantungan”. Rutuknya.
Sambil membiarkan saja apa yang aku lakukan terhadapnya.
Aku terus saja menciumi sekeliling pantat Bu limah yang masih berwangi sabun, rupanya Bu limah juga baru habis mandi. Dari balik dasternya, tanganku ku julurkan ke ke atas untuk meraih payudaranya yang menggantung yang juga tidak memakai BH, setelah terpegang lalu ku remas-remas, sedangkan Bu limah sejauh ini masih cuek saja dengan terus memilih-milih sayuran.
”Dal, Ibu sih sudah menebak kalau pagi ini kamu pasti minta jatah sama Ibu.” Kata Bu limah.
”Memangnya kenapa Bu.” Tanyaku dari dalam dasternya.
”Iya, kamu semalam denger kan kalau cucu Ibu mau datang. Kasihan deh kamu Dal bakal nganggur beberapa hari, hi.., hi.., hi..,” Jawab Bu limah sambil tertawa mengikik membayangkan penderitaanku nanti.
”Nasib-nasib.., ” Sesalku.
Bu Limah kembali tertawa mendengar ratapanku itu.
Sambil terus menciumi pantat Bu Limah, kuminta dia agar sedikit melebarkan kedua kakinya, dan setelah kedua kakinya lebar mengangkang ku geser tubuhku semakin kedalam lalu ku balikan badan dengan wajahku menghadap keatas persis di bawah vaginanya.
Vagina Bu Limah yang berbulu tebal itu lalu ku ciumi dan ku jilati, dan lubang vaginanya ku masuki dengan jari tanganku sambil ku putar-putar di dalamnya. Bu limah pun mengimbangi dengan menggoyang-goyangkan dan menekan-nekankan pantatnya, sepertinya gairah Bu limah pun mulai naik.
”Dal berhenti dulu sebentar” Pintanya.
Dan setelah aku menghentikan kegiatanku, dengan masih tetap berdiri di tariknya kursi makan di sebelahku lalu diangkatnya satu kakinya dan di letakan di atas kursi, dengan posisi seperti itu memungkinkan aku semakin bebas menjelajahi vaginanya.
Vagina Bu Limah kembali ku jelajahi, dan tak lama berselang kurasakan Bu Limah mengejang dengan kepala kini munumpu di atas meja satu tangannya menekan kepalaku tersuruk kian dalam ke vaginanya, lalu gerakan Bi Limah pun melemah kemudian terhenti, hanya dengus nafasnya saja terdengar masih cepat.
Seiring dengan melemahnya gerakan Bu Limah, aku pun menghentikan permainan ku pada vagina Bu Limah. Tanganku kini berpindah meremasi buah dada Bu Limah yang menggantung bergoyang-goyang karena kepala Bu limah masih tergeletak di atas meja dan tubuhnya menjadi doyong ke depan. Mulutku ikut menyerbu, buah dada Bu limah dengan rakus ku ciumi, ku hisapi dan kuremas-remas.
Setelah merasa pulih, Bu limah lalu bangkit, dan akupun kemudian duduk di atas kursi. Bu limah lalu memelukku dari arah depan hingga kedua payudaranya yang empuk menghimpitku karena saat itu aku masih duduk di kursi. Bu Limah menciumi kepalaku lalu ciumannya turun ke wajah. Aku dan Limah saling berpagutan dan bertukar lidah.
Bu Limah Lalu jongkok, di tariknya celana pendekku hingga penisku yang sudah keras itu mengacung. Dipermainkannya penisku dengan mengocoknya lalu dimasukannya ke dalam mulutnya sambil dihisap-hisapnya.
Aku dan Bu Limah menuju ke menu utama permainan,dengan menyingsingkan dasternya, Bu limah lalu tengkurap diatas meja satu kakinya tetap menginjak lantai sedang yang satunya di angkat melintang di atas meja, menampilkan pemandangan erotis pada vaginanya.
Terlihat vaginanya sedikit mendongak. Segera kuarahkan penisku ke belahan vagina Bu Limah, kemudian ku dorong hingga amblas dan ku tarik lagi dengan lebih cepat. Tubuh Bu limah terhempas-hempas terdorong oleh hentakanku, untung saja meja makan yang di jadikan tumpuan tubuh Bu Limah kuat, itupun sesekali beradu juga dengan dinding hingga menimbulkan suara berdegup.
Aku dan Bu Limah lalu berganti posisi dengan berbaring di lantai dapur. Bu Limah memiringkan tubuhnya, aku yang sudah berjongkok di depannya segera mengangkat dan menahannya dengan pundak satu kaki Bu Limah hingga terpentang, lalu kuarahkan penisku ke vagina Bu Limah yang tampak merekah itu dan kutusukan hingga dasar vagina Bu Limah.
Ketika kurasakan saat-saat puncak sudah dekat, kusetubuhi Bu Limah dengan meniindihnya dari atas, mulutku menciumi buah dada Bu Limah. Kedua kaki Bu Limah melingkar di pinggangku, hingga aku akhirnya aku klimaks, spermaku tumpah di dalam vagina Bu Limah. Aku dan Bu Limah berpelukan erat dengan bibir saling berpagutan, aku dan Bu Limah mengahiri pergulatan puas.
Setelah itu aku dan Bu Limah segera bangkit karena khawatir kalau-kalau cucu Bu Limah datang, dan benar saja tak lama setelah aku tidur-tiduran di kamarku terdengar cucu-cucu Bu Limah datang. Ternyata cucu Bu Limah tinggal lama karena sekolahnya sedang libur panjang, tinggal aku yang sengsara menahan gairah sama Bu Limah yang tidak dapat tersalurkan.
Akhirnya aku tak tahan lagi, suatu sore, ketika Bu Limah hendak mandi dan cucunya sedang main di depan, ku hentikan langkah Bu Limah di depan kamarku dengan berpura-pura ngobrol aku utarakan hasratku pada Bu limah.
”Bu, saya sudah nggak tahan lagi nih..,” Rengekku pada Bu Limah.
”Sabar dong Dal, kamu kan tahu sendiri ada cucuku, Ibu juga sama, sudah kepengen, tapi ya gimana.” Jawab Bu Limah.
”Tuh Ibu juga sama, sudah kepengen kan ayolah Bu, sebentar saja.” Desakku.
”Iya sih, tapi nggak ada kesempatannya, cucu Ibu itu lho, maunya sama Ibu terus..”
”Bu, gimana kalau nanti malam, setelah cucu Ibu tidur Ibu pura-pura saja sakit perut, atau setelah semua tidur Ibu nanti ke sini.”
”Terus kalau pas kita lagi begitu ada yang ke kamar mandi gimana?” Kata Bu Limah Khawatir.
”Kitakan begituannya tidak di kamar mandi.”
”Habis dimana?, di kamarmu?” Tanya Bu Limah lagi.
”Ya nggak lah itu sih resikonya sama, disitu aja tuh, tempatnya kan gelap, orang nggak akan melihat kita, lagian kalau ada orang rumah yang keluar kita bisa segera tahu.” Kataku sambil menunjuk tempat dekat pohon belimbing di depan gudang yang gelap kalau malam.
”Ya udah deh kalau gitu, nanti malam ibu coba kesini, sudah ya nanti ada melihat.” Jawab Bu limah setuju.
Saat Bu Limah berlalu, aku sempatkan meremas bongkahan pantatnya setelah melihat keadaan di dalam rumah Bu Limah sepi. Bu Limah hanya merintih pelan sambil terus berjalan ke kamar mandi.
_____
Untuk semakin mematangkan rencana, dari sehabis isya aku berpura-pura tidur dan lampu kamarku pun ku matikan. Menjelang tengah malam sekitar jam sebelas ku dengar pintu belakang rumah Bu Limah di buka, segera ki intip dari celah jendela, dan seperti yang ku harapkan terlihat memang Bu limah yang keluar.
Segera aku bangun dan keluar. Tanpa mengeluarkan kata, setelah menutup kembali pintu rumahnya dan melihatku keluar dari kamar, Bu limah langsung menuju tempat yang telah di rencanakan, aku menyusulnya delangkah hati-hati.
Setelah berdekatan, aku dan Bu Limah langsung saling berpelukan sambil berciuman dengan panas. Bibirku dan bibir Bu Limah saling pagut dengan liar dan penuh nafsu untuk melepaskannya yang selama ini sama-sama di tahan. Tanganku dan tangan Bu Limah sama sama sibuk saling menggerayangi. Ku selusupkan tanganku ke balik daster Bu Limah hingga bagian bawah daster Bu limah ikut terangkat ketika tanganku mulai ku remaskan ke belahan pantatnya lalu berpindah ke depan mengobel vaginanya yang ternyata tidak bercelana dalam.
Bulu jembutnya yang lebat ku permainkan dulu dengan menarik-nariknya dengan pelan sebelum menjamah vaginanya. Vagina Bu Limah yang tembam itu lalu kepermainkan, itilnya kucubit-cubit halus, jariku lalu ku masukan ke belahan vagina Bu limah dan kuputar- putar di dalamnya. Sedangkan tangan Bu limah segera menyongsong penisku yang sudah tegang di kocok-kocoknya perlahan batang penisku seperti sedang mengurut, kemudian berpindah meremas buah zakarku.
Karena situasinya tidak begitu begitu kondusif aku dan Bu Limah tidak berlama-lama melakukan cumbuan, segera saja aku dan Bu limah bersetubuh. Dengan mencoba tetap waspada kalau-kalau ada orang rumah yang keluar.
Tubuh Bu Limah berdiri menyender di dinding dengan ujung daster bagian bawah di tariknya ke atas, satu kakinya naikan ke atas dan ku tahan dengan tanganku, tubuhku menghimpit tubuh Bu Limah ke dinding dan setelah dirasa posisinya pas mulai ku hujamkan penisku ke vagina Bu limah.
Biarpun dalam keadaan yang tidak begitu leluasa, aku dan Bu Limah saling bergelut dengan liar. Aku dan Bu Limah sama-sama penuh gairah dalam persetubuhan yang kami lakukan. Nafasku dan nafas Bu Limah saling memburu. Dengan tetap menusuk-nusukan penisku tubuh Bu Limah sedikit ku angkat dengan tangan ku yang sebelumnya meremasa-remas bongkahan pantat Bu Limah.
Aku dan Bu Limah terus bergerak untuk saling berbagi kenikmatan dengan mulut yang tanpa mengeluarkan suara dan kutahan. Dengan cara seperti itu ternyata aku merasakan sensasi bersetubuh yang lain, yang tak kalah nikmat nya dengan persetubuhan biasa. Aku dan Bu limah menjadi lebih panas dan penuh gairah untuk segera menuntaskan permainan penuh nafsu ini.
Mukaku ku labuhkan di tengah-tengah payudara Bu Limah setelah Bu Limah membuka kancing daster nya, lalu ku permainkan buah dada Bu Limah dengan mulutku dengan menciumi dan menghisapinya dan pada putingnya mulut ku menyosot seperti sedang menyusu membuat Bu Limah meliuk-liuk penuk nikmat.
Simak Juga: Perjanjian Skandal Mesem Tante dan Ponakan
Dan Akhinya dengan tanpa merubah posisi kami yang tetap berdiri aku dan Bu Limah sampai ke ujung klimaks, tubuhku dan tubuh Bu Limah bergelut kian rapat, pantat Bu Limah menggeol-geol tak beraturan dengan semakin liar dan ku hujamankan penisku semakin kencang sedangkan bibirku dan bibir Bu Limah terus berpagutan dengan ganasnya saling melumat dan bertukar lidah, hingga pada akhirnya tubuhku dan tubuh Bu Limah sama-sama mengejang menahan kenikmatan yang tiada tara itu, spermaku pun tumpah memenuhi rongga-rongga vagina Bu Limah.