Cerita Lesbi Terbaik Gara Gara Cemburu

Cerita Lesbi Terbaik Gara Gara Cemburu - Namaku Intan 2 tahun yang lalu aku merantau ke kota Cirebon aku ngekost disana dan disana aku juga nerkenalan dengan Bertha dia cantik dengan pribadi yang baik yang aku lihat, Laki laki yang melihat Bertha pasti tertarik atau jatuh hati padanya.

Cerita Lesbi Terbaik Gara Gara Cemburu

Cerita Lesbi Terbaik Gara Gara Cemburu

Hampir setiap hari Bertha datang ke kost ku, mulai dari hanya sekedar ngobrol di kamar, jalan-jalan ke mall atau bahkan nongkrong di kafe. Dari awal kedekatanku dengan Bertha ini yang membuat perasaan kami berbeda, karena tidak bisa sedetikpun kami berpisah. Kalaupun tidak bertemu, kami tetap berkominikasi lewat telepon. Bumbu-bumbu cemburu pun mulai dikenalkan Bertha pada ku.

Setiap aku berhubungan dengan temanku yang lain, Bertha pasti marah-marah tanpa alasan yang jelas. Begitulah setiap hari kami lalui berdua, tanpa komitmen apapun dan tidak lebih dari hanya sekedar pegangan tangan, cium kening, saling ngegombal satu sama lain.

Hingga suatu hari, aku dekat dengan seseorang bernama Lina. Sifat manja Lina yang selalu menatap aku tanpa berkedip yang membuatku akhirnya sedikit melupakan Bertha. Memang sih, secara fisik, Bertha memang jauh di atas Lina, tapi mengapa perasaanku cenderung memilih Lina? Ada apakah ini, Tuhan?

Hari itu hujan cukup deras mengguyur kota Cirebon, hingga akhirnya di kantor hanya tersisa aku, Lina dan satu teman lagi. Suasana yang dingin, jadi pemicu kedekatanku dengan Lina. Kami bertiga hanya duduk terbengong-bengong menatap keluar jendela. Hujan tidak juga berhenti.

Tanpa aku duga sebelumnya, tiba-tiba Lina sudah menghampiri aku dan langsung duduk bersandar di depanku sambil meraih kedua tanganku untuk memeluknya erat-erat. Direbahkan kepalanya di bahu kananku, sambil sesekali menyibakkan rambutnya yang panjang hingga lehernya terlihat dan nyaris tanpa batasmenyentuh bibirku.

Oh my God … perasaan apa ini. Dadaku bergemuruh kencang hingga sulit untuk menelan ludah. Sesekali Lina memegang erat tanganku sambil membimbing tanganku menyentuh payudaranya. Detak jantungku mulai kencang.Bergemuruh. Tapi sekali lagi, aku memang pengecut. aku hanya mengikuti setiap gerakan Lina tanpa perlawanan dan tanpa balasan. Pengecut!!!

Siang itu, aku sedang ngobrol dan bercanda-canda dengan Bertha di teras Depan Kantor. Tiba-tiba aku menangkap sorot mata Lina yang begitu marah, menghujam di hadapanku. Cemburukah dia? Aku hanya tersenyum dalam hati. Apa sih menariknya aku hingga ada 2 gadis cantik yang memperebutkan aku. Mengapa bukan Hendra atau Rudi yang mereka perebutkan?

Untuk menebus kesalahan, akhirnya aku mengabulkan permintaan Lina untuk mengantarnya ber window shopping ke Cirebon Mall. Sepanjang jalan, tangan Lina selalu menggelanyut manja dan kepalanya di sandarkan dilenganku seakan tidak peduli berpasang-pasang mata menatap heran ke arah kami.

Tidak terasa sudah jam 7 malam saat Lina mengajakku untuk nonton The beach. “Yah, udah malam, Vi. Ntar dicari mama lho, besok lagi aja yah.” Jawabku, karena sudah malam.Sebenernya pingin juga sih, nonton berdua dengannya.

Tapi aku engga mau menculik Lina terrlalu lama..dasar pengecut !!. Wajah Lina langsung cemberut sambul melepaskan tangannya dari gandenganku. Aku malah jadi geli melihat Lina cemberut kecewa.

Untuk long weekend minggu depan kami, teman-teman satu kantor berencana refreshing ke suatu tempat di pinggiran kota Cirebon. Sampai pada hari yang dinanti-nanti,sekali lagi Bertha mendominasi ku.

Lina? Tentu saja dia cemberut sampai mukanya dilepat-lipat jadi tujuh.Sesekali aku hanya bisa mencuri-curi pandang ke arah Lina yang matanya juga tidak pernah lepas menatap setiap gerak gerikku dan Bertha.

Akhirnya kami memisahkan diri dari keramaian. Aku dan Bertha memilih untuk sembunyi di kamar. Sesekali bibir Bertha mengecup keningku dengan hangat dan tangannya membelai lembut setiap helai rambutku. Kami berdua saling bercerita sambil sesekali rayuan gombal Bertha menggelikan telingaku.

Mata kami saling beradu, kami mulai merasakan ketidakmyamanan. Kami mulai gelisah hingga hanya menggesek-gesekkan kaki kami satu sama lain.Nafas Bertha mulai turun naik tidak terkendali. Tiba-tiba pintu kamar yang lupa kami Kunci pun terbuka. Rudi menatap curiga ke arah kami yang mungkin masih terlihat tidak siap dan kacau.

Setelah makan malam selesai, acara selanjutnya dimulai. Aku dan Bertha berpasangan berdansa sambil mengikuti alunan lagu dari tape recorder. Bertha memeluk erat tubuhku dari belakang, sambil bibirnya sesekali ditempelkan diarea sensitifku, di belakang telinga dan payudaranya yang kenyal menempel lembut dipunggungku, membuat darahku naik sampai di kepala.

Terdengar bisikan suaranya yang manja “Terasa ngga ?”. Aku hanya sanggup menganggukkan kepala. Malam semakin larut, kamipun sudah kelelahan dan akhirnya malam itu ditutup dengan mencari tempat tidur masing-masing.

Kecuali…Lina. aku cari kemana-mana tidak ada satu kamarpun yang berisi makhluk cantik bernama Lina. Akhirnya aku temukan Lina sedang duduk seorang diri di teras bungalow. Tanpa bermaksud untuk membuatnya kaget, aku langsung duduk di samping Lina.

“Engga cape, Kok belom bobok ?” tanyaku membuka percakapan. Lina hanya menggelengkan kepala, seolah tidak bersemangat menanggapi kehadiranku. Aku geser posisi dudukku mendekati Lina. Kuraih tangannya, sekali lagi Lina tersentak namun tidak berontak.

Rasa bersalah menyelimuti pikiranku..lagi-lagi aku menyakiti perasaannya yang halus. Aku tau pasti, Lina pasti marah dan cemburu melihat kedekatanku dengan Bertha. Tapi aku juga tidak bisa lepas dari dekapan Bertha. Dilain pihak, aku juga menyayangi Lina. Ya Tuhan … begitu naifnya hamba Mu ini.

Pagi itu Bertha mengajakku berenang, tp aku menolak karena aku memang tidak bisa berenang. kemudian Bertha berenang bersama teman-teman yang lain. Sebelum berenang Bertha membisikkan niatnya untuk mandi bersama “Bertha bawa aroma terapi, enak deh. Ntar dicoba yah” Mulai pasang aksi lagi nih, pikirku.

Satu jam lebih aku tunggu Bertha di Teras bungalow, tp belum nongol-nomgol juga. Akhirnya Lina menghampiriku sambil membawakan secangkir kopi hangat. Hhmmm nikmat banget baunya. “Thanks ya, Vi”.

Aku lihat wajah Lina sudah berseri-seri kembali, tidak seperti kemarin malam. Karena sudah capek menunggu Bertha,akhirnya aku putuskan untuk mengajak Lina berjalan-jalan pagi mengitari kampung. Sepanjang jalan, aku gandeng tangannya.

Dengan gayanya yang manja, Lina sesekali melingkarkan tangannya ke pinggangku dan menghimpitkan tubuhnya ke tubuhku. Setelah selesai mengitari kampung, aku kembali ke Bungalow, dan ternyata Bertha masih sibuk dengan aktivitas berenangnya.

Setelah keringat kami mengering, Lina pun menggandeng tanganku menuju Kamar mandi. Akupun lupa dengan ajakan Bertha untuk menikmati aroma terapi bersama. Satu demi satu pakaian kami tanggalkan.

Hingga yang terakhir bra hitampun terlepas.Tak henti-hentinya Lina memandangi payudaraku yang terbilang lumayan besar. sambil sesekali mempermainkan puting susunya seolah menarik perhartianku. Kamipun akhirnya asik dengan permainan kami sendiri. Dan kejadian itu tanpa sepengetahuan Bertha. Uffftgh..aman..pikirku licik.

Waktu sudah menunjukkan puluk 9 malam.Kami semua berkumpul di ruang karaoke. tiba-tiba Lina membawakan sebuah lagu. Meskipun suaranya engga bagus-bagus amat, tapi cukup menghibur lah apalagi katanya khusus dinyanyikan untuk aku.Setelah selesai menyanyikan lagu itu, Lina langsung menarikku ke luar.

Kami memisahkan diri dari rombongan memilih lokasi di anak tangga bungalow diujung taman yang kebetulan sepi. Kali ini beda dengan kebiasaan Lina sebelumnya.kalau biasanya dia selalu memilih duduk didepanku sambil memintaku mendekap erat tubuhnya, tp malam itu Lina yang duduk dibelakuangku dan mendekap erat tubuhku, menempelkan kedua payudaranya dipunggungku.

Sambil bibir nakalnya menciumi tengkuk dan telingaku. Oooooggghhh…Lina…begitu lincah gerakkan bibir dan kedua tangannya mempermainkan payudaraku. Malam yang sangat dinginpun menjadi hangat oleh sentuhan-sentuhan tubuh Lina. Rambutnya yang panjang dibiarkan terurai menyapu wajahnya yang lembut.

Libur 2 hari serasa hanya 1 menit kami rasakan.Belum puas rasanya menikmati hari liburku yang bisa aku lewatkan bersama 2 gadis cantik..betapa konyolnya aku!!!

Saat pulang ke Cirebon, aku duduk dibangku paling bekalang bersama Bertha, Lina dan Nana. Karena posisi kursinya menghadap samping dan berhadap-hadapan maka aku putuskan untuk menghadap ke depan dan duduk di belakangku dalah Bertha.

Sedangkan Lina duduk di seberang bangku. Berthapun tidak mau kehilangan moment, selama perjalanan pulang, Bertha mendekap erat tubuhku dan menempelkan dagunya dipundakku sambil sesekali mengkomentari indahnya pemandangan sepanjang perjalanan.

Sambil mencuri-curi kesempatan,Bibirnya pun tak henti-hentinya merayu dan menciumi pipiku seolah tidak meghiraukan Lina yang terbakar api cemburu. Tiba-tiba Lina teriak, meminta sopir untuk menepikan mobilnya.

Semua terheran-heran melihat Lina langsung membuka pintu dan lari keluar.Bukankah paerjalanan masih jauh? Aku pun menyadarinya. Lina cemburu!!!

Dua hari dari kejadian itu, Lina masih terlihat marah padaku. Bilapun setiap saat kami bertemu pandang, Lina langsung cepat-cepat menghidari pandangan mataku.Maafkan aku Lina…aku begitu menikmati hari-hari sepiku bersama Bertha, juga bersama kamu.

Aku sangat membutuhkan kasih sayang kalian berdua. Maafkan aku Bertha…aku tdk bermaksud mempermainkan kalian berdua, karena aku memang sungguh-sungguh terhanyut dan tidak bisa lepas dari dekapan hangat dan manjamu.
Previous
Next Post »