Pagi itu Tante Lia meneleponku dan memintaku untuk datang ke rumahnya. Dia mengeluh pipa air di dapurnya rusak. Karena aku sudah beberapa kali berhasil memperbaiki pipa2 air dirumahnya, maka dia memanggilku untuk memperbaiki pipa air yang rusak tersebut dirumahnya dan karena hari ini jadwalku sangat padat, maka aku bilang kalau aku akan kerumahnya setelah semua kegiatanku selesai. Sore hari setelah semua kegiatan aku selesaikan, maka sesuai janjiku pada Tante Lia aku datang ke rumahnya.
Gairah seksual meledak untuk dipuaskan. Dan Tante menginginkannya dariku. “Oooohhh… Nik… jilati memek Tante… Nik…!!!” perintah Tante Lia agar aku segera menjilati memeknya sambil memegang belakang kepalaku sehingga kini mulutku menempel di bibir memeknya. Aku menjulurkan lidahku ke memek Tante Lia dan mulai menjilati memeknya. Ini adalah pertama kalinya dalam hidupku, aku mencium bau memek perempuan dan merasakan asinnya lendir yang keluar dari memek perempuan. Tente Nur semakin melebarkan kangkangan kedua kakinya sehingga mulut dan lidahku semakin mudah mengakses daerah memeknya. “Ooohhh… Niko… Terus isap memek Tante, Ruuuuuddd… Tante ingin kamu puasin Tante hari ini…!!! Sssshhh… aaahhh… ya… iya… yang itu sayang… Ooooohhh… isap itil Tante yang kuat… Ooooohhh… terus isap sayang… Ssssshhhh… Aaaaahhhh…” Tente Nur mengerang saat lidah aku menjelajahi memeknya dan menjilati itilnya. Tante Lia menekan kepalaku sehingga mulutku menempel lebih erat di memek nya. Erangan Tante Lia semakin keras dan sekarang Tante mulai menggerak-gerakan pantatnya mengikuti jilatan lidahku pada celah memeknya. Aku semakin bernafsu menjilati celah memek Tante Lia yang semakin basah dan sesekali mengisap itil Tante Lia yang semakin bengkak. Tante Lia melihat kontolku yang besar dan panjang itu semakin tegang dan keras. Tante Lia tahu bahwa aku sudah benar2 terangsang dan siap untuk menyetubuhinya. Tante menarik kepalaku menjauh dari memeknya lalu dia berdiri. Sambil mengandeng tanganku, Tante Lia mengajakku ke kamarnya. Setibanya di kamar, Tante Lia menarikku keatas ranjang. Tante telentang dengan kedua kakinya direntangkan lebar2 dan aku berada di atasnya. Tangan Tante Lia segera meraih kontolku dan dikocoknya pelan-pelan. Kemudian Tante Lia memegang kontolku dan membimbing ke arah memeknya. Dia mulai menggosok-gosokan kepala kontolku di bibir memeknya. Bibir memek Tante Lia terasa basah oleh cairan lengket yang keluar dari dalam memeknya. Tante Lia semakin bernafsu dan ingin aku segera menyarangkan kontolku ke dalam memeknya. Diarahkannya kontolku ke gerbang liang memeknya “Ayo sayang… masukkan kontolmu di memek Tante. Buat Tante puas dengan ****** supermu itu” kata Tante sambil menatapku. Berbekal pengalaman dari melihat film bokep, pelan-pelan aku tekan kontolku membelah bibir memek Tante Lia hingga akhirnya batang kontolku tenggelam seluruhnya di dalam liang memek Tante Lia. Akupun merasakan sensasi yang luar biasa saat batang kontolku berada di dalam liang memek Tante Lia yang hangat. Rasanya nikmat sekali. Tante Lia memelukku erat sekali. “Oooohhh… Nik… kontolmu enak banget Nik… ngganjel banget… rasanya… ssshhhhh… oooohhhh… terus sayang enak banget… terus entoti memekku… Buat aku puas dengan penis supermu… Aaaaaahhhh… rasanya memekku penuh banget terisi sama kontolmu… gesekan kontolmu terasa banget di dalam liang memekku… Oooohhhh… Ssssshhhh… aahhhhhhh…!!!” Tente Nur mulai merintih, membuatku semakin bersemangat memompa kontolku semakin cepat. Tante Lia mengangkat kedua kakinya dan dilingkarkan ke pinggangku. Pada posisi ini kontolku semakin dalam masuk kedalam liang memeknya karena tekanan kaki Tante Lia yang ikut menekan saat aku mengenjotkan batang kontolku kedalam liang memeknya. Aku mulai menggerakkan pantatku naik turun sehingga kontolku keluar masuk liang memek Tante Lia membuat Tante Lia terus mengerang merasakan nikmatnya enjotan kontolku tersebut. “Apakah kamu merasa nikmat sayang? Gimana rasanya memekku? Apakah kamu menyukainya? ” tanya Tante Lia sambil menatapku. “Ooooohhhh… Tante… memek Tante nikmat bangeeeettt… Niko ingin terus ngentoti memek Tante yang nikmat ini… Aaaahhhh… Sssshhhh… Oooohhh…” rintihku merasakan nikmatnya liang memek Tante Lia yang berkedut-kedut membuat kontolku serasa diremas-remas sambil terus mengenjotkan kontolku keluar masuk liang memeknya. Tente Nur memberi tanda agar aku menghentikan enjotanku. Dia memintaku untuk mencabut kontolku dari memeknya. Dengan masih diliputi kebingungan akupun mencabut kontolku. Tante Lia bangkit lalu nungging. “Ayo sayang… entoti memek Tante dari belakang…” pinta Tante Lia Pantat Tante Lia yang montok dan padat terlihat sangat menggemaskan. Diantara pantatnya yang montok itu, memeknya tampak merekah merangsang. Lalu Tante Lia menggenggam batang kontolku dan membimbingnya hingga kepala kontolku tepat menempel di permukaan liang memeknya. “Sekarang… dorong kontolmu sayang…” kata Tante Lia. Perlahan aku tekan pantatku. Bless… Blesss… Kontolku masuk ke liang memek Tante Lia. Kemudian aku mulai memompa kontolku di liang memek Tante Lia. Ternyata dalam posisi ini, liang memek Tante Lia terasa semakin sempit sehingga jepitannya terasa semakin erat. Dan gesekan kontolku dengan dinding didalam liang memek Tante Lia pun semakin terasa. Rasanya sungguh sangat nikmat. “Ooooohhhh… Taaaaaannn… memek Tante makin nikmaaaatttt… ssssshhhh… ooooohhhh… enak banget memek Tante…” erangku. Aku terus mengenjotkan kontolku keluar masuk liang memek Tante Lia sambil meremas pantatnya. Pemandangan pantat Tante Lia yang bergetar setiap kali beradu dengan pangkal kontolku membuatku makin bernafsu. Aku semakin mempercepat pompaan batang kontolku di dalam memek Tante Lia yang becek sehingga menimbulkan bunyi crop… crop… crop. “Sssssshhhh… sayang… Kapanpun kamu mau, akan saya berikan memekku untukmu… sayang… ssssssshhhh… Terus sodok yang kuat… Aaaaahhhhh… nikmat banget kontolmu sayang…” kata Tante Lia sambil menoleh ke arahku, sementara pantatnya digoyang dan diputar-putar mengimbangi pompaan kontolku. “Remass… Remass payudara Tante, Nik…” desah Tante Lia sambil meremas susunya sendiri. Aku pun segera menuruti kemauannya. Sambil memompa kontolku, tanganku segera memegang, meremas payudara dan memainkan putingnya bergantian. “Ooooohhh… sssshhhhh… aaaahhhh… nikmaaatt… Tante gak kuat… Tante mau keluaaaarrr… Ssssshhhh… Ooooohhhh…” jerit lirih Tante Lia sambil memegang tanganku yang sedang meremas-remas payudaranya, pantatnya terus bergoyang-goyang dan kedutan otot-otot liang memeknya semakin kuat. “Oooohh… Enak sekali, Taaaannn… Akuuuu… mau keluuuuaaarrr…” kataku sambil mempercepat gerakan kontolku karena sudah mulai terasa adanya tanda2 aku akan mendapatkan ejakulasiku seiring rasa nikmat yang aku rasakan. “Keluarkan saja di dalam memekku, sayang…” kata Tante Lia sambil mempercepat goyangan pantatnya. Empotan liang memeknya semakin kuat meremas batang kontolku yang berada di dalam liang memeknya sehingga semakin nikmat terasa oleh kontolku. Kupercepat enjotan kontolku keluar masuk memek Tante Lia sambil terus meremas payudaranya, lalu tak lama kemudian kudesakkan kontolku dalam2 ke memeknya. “Taaaaannnnn… Niko keluaaaar… Aaaaaahhhh…!!!” teriakku. Crooooot… croooot… crooot… spermaku menyembur sangat banyak di dalam memek Tante Lia seiring rasa nikmat yang kurasakan. Kontolku berkedut-kedut di dalam liang memek Tante Lia sampai semburan spermaku berhenti. “Oooohhhh… Ssssshhhh… sayaaaaannng… akuuuu… jugaaaa… keluuuuaaaarrr… ssssshhhhh… aaaaaahhhhh…!!!” teriak Tante Lia. Tubuhnya kejang-kejang akibat orgasmenya yang luar biasa nikmatnya. Ternyata disaat aku menyemprotkan spermaku, Tante Lia juga mencapai orgasmenya. Seeeeer… seeeer… seeeeeer… cairan orgasmenya menyiram hangat dan membasahi batang kontolku. Bagitu banyaknya cairan yang terkumpul didalam liang memek Tante Lia hingga sebagian meleleh keluar dari memeknya. Setelah memberikan waktu beberapa menit bagi Tante Lia untuk menikmati orgasmenya, kemudian aku mencabut kontolku dan akhirnya aku merebahkan diri di samping tubuh molek Tante Lia. Begitu kontolku lepas dari memeknya, Tante Lia langsung menggulingkan tubuhnya disampingku dan memelukku. “Terima kasih sayang… kontolmu benar-benar luar biasa… Tante puas banget… Belum pernah Tante merasakan kenikmatan orgasme seperti barusan yang Tante alami… Muuaah…” bisik Tante Lia sambil mencium lembut keningku. Sementara tangannya terus meraba batang kontolku yang mulai lemas. “Sama-sama… Tante juga hebat, memeknya sangat nikmat…” kataku balas memuji Tante Lia turun dari tempat tidur, lalu terdengar bunyi kecipak-kecipak air di kamar mandi, rupanya Tante Lia sedang membersihkan memeknya yang berlepotan dengan spermaku yang bercampur dengan cairan orgasmenya. Selesai dari kamar mandi, Tante Lia menghampiriku lagi dengan tubuh dibelit handuk. “Gimana? Enak kan rasanya ngentot dengan perempuan?” tanya Tante Lia sambil duduk di sampingku. “Enak sekali, Tan. Terima kasih. Tante telah mengajari aku nikmatnya ngentot memek perempuan. Selama ini aku hanya merasakan kenikmatan ejakulasi lewat onani, tapi kini aku dapat merasakan nikmatnya ejakulasi di memek Tante…” sahutku sambil tersenyum, “Tapi kalau Paman pulang, aku susah dapetin memek Tante…” kataku. “Tenang Nik. Kapanpun Niko pingin memek Tante, akan Tante berikan… tapi harus hati-hati, Nik. Di depan pamanmu jangan memperlihatkan sikap lain padaku. Seperti biasa saja. Pokoknya harus serapi mungkin” kata Tante Lia. Aku cuma mengangguk, sambil memperhatikan wajah Tante Lia. Sorot pandangannya memang jadi lain dari biasanya. Seperti mengandung arti yang mendalam. Senyumnya pun jadi lain. Mungkin itulah senyum seorang wanita yang telah mencapai kepuasan seksual. “Kenapa udah mau pakai celana lagi? Emang gak mau lagi?” kata Tante Lia dengan nada agak centil sambil memegang tanganku saat aku hendak mengenakan cdku. “Mau, tapi aku lapar, Tan. Kita makan dulu gimana?” ajakku “Kalau perut penuh, nanti bisa sembelit,” Tante Lia memelukku dengan hangatnya, “Mending kita bikin ronde kedua dulu yuk. Nanti kalau udahan, baru kita makan malam. Tante yakin kamu pasti masih kuat” katanya. Aku mengangguk sambil senyum. Cd tak jadi kupakai, lalu kulemparkan begitu saja ke lantai. Sementara itu Tante Lia pun membuka lilitan handuknya, sehingga tubuhnya bugil lagi di depan mataku. Sejenak kuamati tubuh Tante Lia yang mulus sekali. Payudaranya montok payudara. Kulit Tante Lia mulus dan bersih. Tidak ada noda setitik pun di tubuhnya. Hebat juga pamanku bisa mendapatkan wanita secantik dan semulus ini. Padahal saat itu usia pamanku sudah 50 tahun, sementara Tante Lia 20 tahun lebih muda darinya. Tante Lia langsung menelentang, seperti mengharapkan terkamanku. Dan aku memang menerkamnya. Meremas payudaranya yang masih kencang dan bahkan mengemut putingnya seperti bayi yang sedang menyusu pada ibunya. Tante Lia tersenyum-senyum sambil mengelus rambutku dengan lembut. Batang kontolku pun mulai menegang lagi. Tante Lia tahu itu, karena tangannya terus-terusan memegang batang kontolku dan terkadang meremasnya dengan lembut. “Ayo… masukkan lagi kontolmu Nik…” pinta Tante Lia sambil meraih batang kontolku dan diarahkan tepat di celah memeknya yang sudah basah itu. Tante Lia lalu memberi isyarat agar aku mendorong batang kontolku. Kuikuti isyaratnya itu. Kudorong batang kontolku sekuat mungkin. “Ouw… Oooh… sedikit-sedikit, Nik. Jangan disekaliin… sakit… penis kamu gede sekali sih…” teriak Tante Lia sambil meringis. Aku cabut kontolku dari liang memek Tante Lia lalu aku gesek2an kepala kontolku ke itil Tante Lia beberapa kali hingga memeknya semakin basah dan terasa licin. “Ooooohhh… nah… gitu… sayang… iya… gesek-gesek sayang… iya… ooooohhhh….” desah Tante Lia merasakan nikmatnya gesekan kepala kontolku di itilnya yang semakin membengkak itu. Kemudian aku selipkan kepala kontolku di belahan memek Tante Lia dan aku tekan perlahan-lahan batang kontolku hingga amblas masuk kedalam liang memek Tante Lia. “Aaaaaahhhh… sayaaaangg… enak sayaaaaang…” erang Tante Lia merasakan nikmatnya gesekan batang kontolku pada dinding liang memeknya. “Ngentot denganku sama ngentot dengan paman enakan mana Tan?” bisikku sambil terus mengenjotkan batang kontolku keluar masuk liang memek Tante Lia. “Jauh sayang. Ngentot dengan kamu jauh lebih enak… soalnya kontolmu keras sekali… panjang dan gede banget… aaaaaahhh… bisa2 aku jadi ketagihan ****** kamu Nik…” jawab Tante Lia. Kemudian bibir kami saling lumat. “Ruuuuuddd…. ooooooh… enak sekali sayang… sssssshhhh… ooooohhh… kayaknya aku sudah mau keluaaaaar…” terdengar lagi desahan-desahan histeris Tante Lia, ketika bibirnya lepas dari lumatanku. Sulit melukiskannya dengan kata-kata, betapa nikmatnya saat batang kontolku sudah mulai mengenjot-enjot dalam jepitan liang memek Tante Lia yang cantik dan mulus itu. Kedutan-kedutan memek Tante Lia semakin sering terasa. Liang memek Tante Lia serasa memijit-mijit batang kontolku sehingga membuat akupun mulai merasakan kalau sebentar lagi spermaku juga akan keluar. “Ssssshhhh… aaaaaahhhhh… Tanteeeeee… akkkuuu… jugaaaa…. mau keluuuuaaaarrrr…” aku mengerang. “Enjotan yang cepat sayang… ayo sayang… kita bareng2 keluar… aaaaaahhh… sssssshhhh… enak sekali sayang…” erang Tante Lia. Kuikuti keinginan Tante Lia. Kupercepat gerakan pantatku maju mundur dan enjotan batang kontolku keluar masuk liang memek Tante Lia. “Aaaaaahhhh… Taaaaaannnn… akuuuuuu… keluuuuuaaaarrr…!!!” teriakku. Kutancap batang kontolku sekuat mungkin, sampai terbenam sepenuhnya di dalam liang memek Tante Lia. Aku pun mendekap tubuh Tante Lia sekencang mungkin. Crooooottt… croooottt… croooottt… kontolku menyemprot-nyemprotkan spermaku di dalam liang memek Tante Lia. “Oooooohhhh… Ruuuudiiii… akuuuuu… juuugaaa… keluuuuaaaarrr… aaaaahhhhh…!!!” jerit Tante Lia. Dia mencapai orgasmenya. Tubuhnya mengejang sambil mendekapku erat sekali. Seeeeerrrr… seeeeerrr… seeeerrr… semburan cairan orgasmenya menyiram hangat batang kontolku. Kami saling berdekapan dengan erat, kemudian kami terkapar di atas tempat tidur dengan kepuasan yang tiada taranya. Tante Lia kemudian bercerita mengenai kehidupan seksualnya dengan Paman. Sudah hampir satu tahun ini dia tidak merasakan nikmatnya orgasme dari persetubuhannya dengan Paman. Akibat penyakit gula yang dideritanya, Paman tidak dapat lagi memberikan kepuasan seksual kepadanya. “Ngentot dengan Pamanmu sebulan 2 kali sudah cukup bagus, karena seringnya cuma sekali sebulan.
penis Pamanmu kalau berdiri nggak bisa keras dan baru sebentar main kontolnya sudah ejakulasi” kata Tante Lia. “Makanya saat melihat tonjolan kontolmu yang besar dari balik celana boxermu tadi, nafsuku langsung bangkit. Dan ternyata kontolmu memang sangat gede dan panjang, Nik. Memekku seperti mau jebol rasanya. Dan luar biasa… belum pernah aku merasakan bersetubuh yang senikmat ini…” bisiknya lirih sambil menikmati sisa2 orgasmenya. Aku tersenyum dengan perasaan bangga. Kemudian mengikuti langkah Tante Lia ke dalam kamar mandi. Kami sama2 mencuci kemaluan kami. Keluar dari kamar mandi, Tante Lia menutup tubuhnya dengan kimono tanpa mengenahan BH dan CD. Begitu pula denganku yang mengenakan celana boxer dan tanpa memakai CD. Kemudian kami sama-sama melangkah ke ruang makan. “Mau dibikinin nasi goreng?” tanya Tante Lia sambil melingkarkan lengannya di leherku, dengan sikap yang mesra sekali. “Boleh, kalau Tante Lia gak capek” sahutku sambil tersenyum. Tante Lia mencium bibirku dengan mesra, membuat hatiku berdenyut. Karena malam ini sangat lain dari biasanya. “Kuat berapa kali lagi malam ini?” tanya Tante Lia dengan lengan tetap melingkari leherku. Dengan tatapan yang menggoda. “Nggak tau Tan. Kan aku juga baru pertama kali ngentot dengan dengan perempuan. Emang biasanya kalau cowok sebaya aku kuat berapa kali?” tanyaku “Empat atau lima kali juga bisa. Tapi Tante Lia pasti kepayahan. Tante Lia kan bukan remaja lagi” jawab Tante Lia sambil melepaskan rangkulannya dan melangkah ke dapur. Sebentar kemudian Tante Lia sudah menghidangkan nasi goreng untukku. Ada 2 sendok dan 2 garpu dalam satu piring dan nasi gorengnya pun banyak. “Mau sepiring berdua, sayang?” Tante Lia mengecup pipiku. Aneh, ada getaran khusus di hatiku. Senang rasanya diperlakukan mesra seperti itu oleh Tanteku. Layaknya sepasang kekasih, kami lalu makan di piring yang sama. Terkadang saling pandang dan tersenyum. “Malam ini aku tidur disini ya Tan?” pintaku setelah nasi goreng habis dilahap oleh kami berdua. “Dengan senang hati,” jawab Tante Lia, “Nanti biar aku kasih tahu mamamu kalau kamu malam ini nginap disini” lanjutnya. Selesai makan nasi goreng, untuk pertama kalinya aku tidur bersama Tante Lia. Tentu bukan cuma tidur. Kami lakukan lagi persetubuhan yang ketiga kalinya. Yang ketiga ini lebih edan-edanan. Kami bergulingan, saling remas, saling lumat dan kembali mengatur supaya mencapai titik kepuasan dalam waktu berbarengan. Ketika batang kontolku sedang menyemprot-nyemprotkan spermaku di dalam liang memek Tante Lia, terasa benar liang memek itu pun berkedut-kedut, sebagai pertanda bahwa Tante Lia pun sedang merasakan nikmatnya orgasme. Kami sama-sama terkapar dalam kepuasan. Lalu kami tertidur sambil saling berpelukan dalam keadaan sama-sama telanjang bulat. Begitu nyenyaknya aku tidur, sehingga tak peduli lagi pada tubuhku yang tidak ditutupi sehelai benang pun. Bahkan selimut pun masih terlipat dengan rapi, tidak kami pakai untuk menyelimuti tubuh bugil kami. Tapi pagi-pagi sekali, ketika hari masih gelap, aku merasakan sesuatu yang lain pada batang kontolku. Ada elusan yang luar biasa enaknya, sehingga aku membuka mataku perlahan. Ternyata Tante Lia sedang menyelomoti batang kontolku. Aku terdiam dan berpura-pura tetap tidur. Tapi batang kontolku mulai menegang lagi. Ah, gila… permainan bibir dan lidah Tante Lia terasa begitu enaknya, sehingga nafsu birahiku bergejolak lagi dengan hebatnya. Kemudian Tante Lia berjongkok dengan kakinya berada di kanan kiri pinggulku. Rupanya Tante Lia sedang berusaha memasukkan batang kontolku ke dalam memeknya. Blesss…. batang kontolku terbenam lagi di dalam liang memek Tante Lia, disusul dengan penjatuhan dada Tante Lia ke atas dadaku, sehingga aku pun membuka mataku. Tante Lia menggerak-gerakkan pantatnya naik turun, sehingga batang kontolku jadi keluar masuk di dalam mliang memek Tante Lia yang terasa hangat ini. Dinginnya udara pagi tak terasa lagi. Kehangatan dan kenikmatan membuatku mulai berkeringat. Dan diam-diam aku teringat sebuah artikel yang mengatakan bahwa bersetubuh menjelang pagi sangat enak rasanya. Kini aku mengalaminya dan merasakan nikmatnya. Pada saat tubuh sedang segar-segarnya, setelah semalaman istirahat, aku mendapat “santapan pagi” yang sungguh lezat rasanya. Tante Lia tambah merangsangku dengan kata-katanya, “Enak ya ngentot subuh-subuh gini?” desisnya sambil mempergila ayunan pinggulnya. Sehingga batang kontolku seperti dibesot-besot ke atas ke bawah ke kanan ke kiri. “Iya Tan,” sahutku mengimbangi, “ternyata memek Tante Lia enak sekali…” “Kontol kamu juga enak, sayang. Pamanmu kalah jauh… dudududuuuuuuhhhhh… enak sekali sayang… aaaahhhh… aku bisa jadi tambah sayang sama kamu Nik…” kata Tante Lia. “I… iii… iya Tan… mmmmmmh… enak Tan… ooooh… ssshhhhh… aaahhhh…” erangku. Tiba-tiba Tante Lia menghentikan ayunan pinggulnya dan memeluk tubuhku erat-erat. “Ruuuuuudddd… akuuuuuu… keluuuuuaaaarrr…!!! ssssshhhhh… aaaaaahhhh… nikmaaaaaatttt… banget Ruuuuuddddd…!!!” jerit Tante Lia mendapatkan orgasmenya yang pertama di pagi itu. Seeeeerrr… seeeerrrr… seeeerrrr… cairan orgasmenya menyembur banyak sekali menyiram hangat batang kontolku yang masih terbenam di liang memeknya dan liang memeknyapun berkedut-kedut kuat sekali. Setelah beristirahat sejenak, menyadari batang kontolku yang masih keras di liang memeknya, Tante Lia mengeluarkan kontolku dari dalam memeknya. “Ganti posisi, Nik. Kamu yang di atas” pinta Tante Lia sambil merebahkan tubuhnya di sampingku. Namun kali ini Tante Lia terlentang sambil mengganjal pinggulnya dengan bantal. Lalu kedua kakinya direntangkan lebar-lebar. Sehingga kemaluan Tante Lia tampak merekah, tampak kemerahan bagian dalamnya. “Supaya apa diganjal bantal gitu Tan?” tanyaku polos. “Biar ****** kamu bisa masuk semuanya” jelas Tante Lia lalu tersenyum sambil mengelus memeknya sendiri. “Oya? tanyaku dengan keheranan. “Iya sayang… cobalah… pasti beda rasanya” jawab Tante Lia. Aku tersenyum, lalu mengikuti petunjuk Tante Lia, memasukkan batang kontolku ke dalam memeknya yang sudah sangat basah itu. Kemudian aku menahan tubuhku dengan kedua tangan tertekan di kanan kiri Tante Lia, seperti tukang becak yang sedang memegang stang becaknya. Gila, Tante Lia benar. Dengan cara seperti itu sensasinya sungguh luar biasa. Rasanya batang kontolku amblas sepenuhnya ke dalam liang memek Tante Lia yang mencuat ke atas itu. “Duuuuuuuh… sudah masuk, Nik…??!!! Iya… ooooohhhh… kontolmu emang gede sekali, Nik. Sampai seret begini rasanya… ooooohhh… enak bangeeeetttt… ssssshhhh… ooooohhhh…” bisik Tante Lia terengah-engah sambil mendekapku erat2. “Aaaahhh… nikmat sekali Taaaaaan… lebih mantap rasanya…” cetusku sambil mengayun batang kontolku. Tante Lia pun mengangkat kakinya sampai melewati bahuku dan menggantung kakinya di bahuku. Dengan begitu aku semakin leluasa menggerakan batang kontolku dan membenamkannya dalam2 di liang memek Tante Lia. Sampai fajar menyingsing, aku masih mengayun batang kontolku. Keringat pun mulai bercucuran, berjatuhan ke perut dan dada Tante Lia. Ooooohhh… sungguh pagi yang indah sekali. Aku terus mengenjotkan batang kontolku, sambil mempermainkan payudara Tante Lia yang montok dan masih sangat kencang itu. Tante Lia menikmati semuanya dengan ganasnya. Pinggulnya bergoyang-goyang erotis sekali, meliuk-liuk dengan gerakan seperti angka 8, membuat batang kontolku seperti dibesot-besot dengan nikmatnya di dalam liang memeknya. Aku pun terpejam-pejam saking enaknya. Pada satu saat Tante Lia merengkuh leherku, kemudian menciumi bibirku, bahkan lalu melumatnya dengan penuh gairah. Aku pun tak tinggal diam. Kulumat juga bibir dan lidah Tante Lia yang terasa hangat ini. Sementara gerakan batang kontolku semakin cepat bergerak maju mundur dan keluar masuk di dalam jepitan liang memek Tante Lia. Sehingga gak lama kemudian, tubuh Tante Lia kembali mengejang sambil memeluk erat tubuhku. “Aaaaaaahhhhhh… akkkuuuuu… keluuuuaaaarrrr… laaaaagiii… Ruuuuudddd… sssssshhhhhhh…. ooooohhhh… enaaaaaakkkkk… Ruuuuuuddddd…. sssssshhhhh… aaaaaaahhhhh…..!!!” teriak Tante Lia mendapatkan orgasmenya yang kedua. Seeeeerrr… seeeerrrr… seeeerrrr… cairan orgasmenya kembali menyiram batang kontolku. Liang memeknyapun berkedut-kedut kuat sekali lebih kuat dari yang pertama tadi. Aku merasa bangga, karena dalam senggama di pagi ini aku berhasil membuat Tante Lia dua kali orgasme. Aku memang jadi tangguh sekali. Karena dalam semalaman sampai pagi ini aku telah bersetubuh empat kali dengan Tante Lia. Tapi aku kasihan melihat Tante Lia yang seperti sudah kepayahan disetubuhi olehku. Maka sambil menikmati empotan memek Tante Lia yang luar biasa nikmatnya itu, aku berkonsentrasi agar cepat ejakulasi. Akhirnya dengan sekali hentakan, aku membenamkan batang kontolku sedalam mungkin, sampai menyentuh dasar liang memek Tante Lia. Croooottt… crooottt… croooottt… bersemburanlah spermaku dari kontolku, memancar-mancar di dalam liang memek Tante Lia. “Ssssssshhhhh… aaaaaaahhhh… Tanteeeeeeee… akuuuuu… keluuuuaaaarrr…!!! Nikmaaaaattt… sekaaalliii… Taaaaannn…!!!” aku mengerang merasakan nikmatnya ejakulasiku. Aku pun lalu ambruk ke dalam dekapan Tante Lia. “Aduuh… gila kamu kuat banget, sayang…” kata Tante Lia sambil mencium pipiku. “Tadi sebenarnya masih bisa bertahan, tapi kasihan Tante Lia sudah ngos-ngosan gitu” kataku sambil mempermainkan payudara Tante Lia yang masih dibasahi keringat. Aku diam dan seluruh badanku terasa lemas. “Ayo Nik kita mandi dulu biar segar” Tante Lia mengajakku mandi. ajak Aku memang berkeinginan mandi, segera kusambut tawarannya sambil menggoda. “Tante, aku dimandiin dong?” kata manja. “Ala kamu genit juga, beres deh ntar Tante mandiin” jawab Tante Lia sambil bangkit dari tempat tidur menuju kamar mandi, akupun mengikutinya dari belakang. Di kamar mandi, Tante Lia mengguyur seluruh badanku dengan air hangat yang mengucur lewat dari shower. Tangannya trampil sekali menyabuni seluruh bagian tubuh belakangku. Aku yang dalam keadaan telanjang seperti bayi yang sedang dimandikan oleh Tante Lia. “Sekarang bagian depannya, Nik” perintah Tante Lia. Ketika aku berbalik menghadap Tante Lia. Sepasang payudara yang besar dan montok itu menggantung indah di dada Tante Lia, kini tepat didepan mukaku. Kedua putingnya yang besar terlihat merah kecoklatan. Aku tidak bisa menahan nafsu segera kuraih kedua payudara Tante Lia dan kuremas-remas. Tante Lia diam saja dan masih terus menyabuni tubuh bagian depanku. Saat putingnya aku pelintir-pelintir Tante Lia mulai mendesis. Kupeluk tubuh Tante Lia yang montok dan lehernya kuciumi lalu kedua putingnya aku hisap-hisap. Sementera itu kontolku yang sudah ngaceng kembali menerjang-nerjang bagian memek Tante Lia. Tangan Tante Lia kemudian meraih batang kontolku dan dikocoknya dengan lembut sehingga bantang kontolku jadi semakin besar dan keras. Aku semakin bernafsu dan ingin segera menyarangkan kontolku ke dalam memek Tante Lia. Aku merendahkan badanku dan Tante Lia kusenderkan ke dinding kamar mandi. Kuarahkan kepala kontolku ke gerbang liang memek Tante Lia lalu pelan-pelan aku tekan sampai tenggelam seluruhnya ke dalam liang memeknya. Rasanya nikmat sekali dan Tante Lia memelukku erat sekali. Tante Lia mulai mendesah dan menikmati goyanganku. “Oooouuhhh… sayaaaangggg… ooooouuhhh… besarnya kontolmu… aaauuuuff… tariiiikhh… aaaaahh… enaaaakkk… teeekaaaan lagiii… aaaahhhh… niiiiikmaaaattttt… uuuuhhhh… pelan sayaaaaanggg… oooouuuffff… enaaaknyaaaa… ooooooohhhhhh… saayaaaang…” tak henti-henti Tante Lia memuji kenikmatan dari ****** besarku yang kini menggesek dinding-dinding liang memeknya. Rintihan Tante Lia membuatku semakin bersemangat untuk memompa kontolku semakin cepat. Tante Lia mengangkat kaki kirinya dan dilingkarkan ke pinggangku sehingga aku makin leluasa memompa memek Tante Lia. “Ooooohhhh… Ruuuudd… kontolmu enak banget Nik, memekku rasanya sesak banget diganjel sama batang kontolmu yang sanagt gede… aduuuuuh… terus Nik enak banget” kata Tante Lia sambil terus merintih. Aku terus memompa kontolku didalam liang memek Tante Lia sambil mulutku menciumi leher dan telinga Tante Lia. Tante Lia memelukku erat sekali. “Sayaaaanngggg… ooouuhhhh… terussshhhh… Ruuuuud… aaahhhhh… ennaaakkk… akkuuuu nggaaaaaakk taaaaahaaannn… akkuuuu… keluuuuuaaaarr… keeeeeeeeelllllluuuuuaaarrr… aaahhhhhhh…!!!” jeritan panjang Tante Lia diiringi hempasan keras pangkal pahanya kearah kontolku. Kira-kira semenit kemudian badan Tante Lia ambruk dalam pelukanku. Nafasnya tersenggal-senggal, tubuhnya lemas lunglai. Kontolku yang masih mengeras mengganjal dalam liang memeknya yang banjir. “Aduh Nik, nikmatnya sayang… aku puas sekali… kamu makin pinter aja mainnya sampai aku lemes banget “ kata Tante Lia. Dia mencapai orgasmenya dan memeknya terasa berkedut-kedut kuat sekali. Gerakanku ditahannya dan dia memelukku erat sekali. Sementara itu aku sedang tanggung, lalu Tante Lia kuminta membungkuk membelakangiku. Pantatnya yang bahenol sunguh sangat mempesona , batang penis ku arahkan masuk ke memeknya dari arah belakang. Dan kemudian seluruh batang kontolku sudah tenggelam di dalam liang memek Tante Lia. Aku kembali menggenjot dengan menabrak-nabrakkan pangkal pahaku dengan bongkahan pantat Tante Lia yang tebal. Pemandangan pantat Tante Lia yang bergetar setiap kali kutabrak membuatku semakin bernafsu. Aku terus mempercepat pompaanku hingga kemaluan kami berbunyi. Tante Lia kelihatannya naik lagi nafsunya, dia memutar-mutar pantatnya sehingga batang kontolku seperti diremas. Aku memperpelan gerakanku menyesuaikan dengan putaran pantat Tante Lia yang sangat mengagumkan. Aku mulai merasa akan mencapai ejakulasi maka hunjamanku kubenamkan dalam2 dengan gerakan keras. “Aaagghhhhh… Taaaaannn… aaakuuuu… kelluaaar… enaaakk sekaliii… aaaagghhh…!!!” aku mengerang keenakan. Dalam waktu tidak berapa lama aku menyemprotkan spermaku di dalam liang memek Tante Lia. Kontraksi kontolku nampaknya menambah rangsangan di memek Tante Lia sehingga dia menggerakkan pantatnya tidak beraturan sampai kemudian tangannya menarik badanku rapat ke tubuhnya. “Uughhh… hhmmm… aku keluar jugaa… aaagghh… enaaakk… uughh” Tante Lia menjerit keras sekali. Memeknya kembali berdenyut dan kali ini lebih lama dari yang pertama tadi. Tante Lia kembali memujiku, katanya permainan semakin luar biasa, karena dia bisa sampai merasakan kenikmatan dua kali. Yang terakhir kata dia nikmat sekali sampai tubuhnya hampir-hampir tidak kuat berdiri. Kami mandi bersama dan setelah mengeringkan badan, kami berpakaian. Aku ke ruang tengah, sementara Tante Lia ke dapur menyiapkan makan buat kita berdua. Setelah sekitar setengah jam, Tante Lia mengajakku makan bersama. Sehabis makan, karena capeknya tubuhku, aku tertidur di sofa. Menjelang tengah hari aku terbangun. Melihat hari sudah siang, aku berpamitan ke Tante Lia untuk pulang ke rumah. SEJAK peristiwa indah itu, aku dan Tante Lia selalu melampiaskan nafsu birahi kami. Kapan saja aku mau, Tante Lia selalu siap meladeniku. Bagitupun denganku. Kapanpun Tante Lia menginginkanku, akupun selalu siap melayaninya.
Gairah seksual meledak untuk dipuaskan. Dan Tante menginginkannya dariku. “Oooohhh… Nik… jilati memek Tante… Nik…!!!” perintah Tante Lia agar aku segera menjilati memeknya sambil memegang belakang kepalaku sehingga kini mulutku menempel di bibir memeknya. Aku menjulurkan lidahku ke memek Tante Lia dan mulai menjilati memeknya. Ini adalah pertama kalinya dalam hidupku, aku mencium bau memek perempuan dan merasakan asinnya lendir yang keluar dari memek perempuan. Tente Nur semakin melebarkan kangkangan kedua kakinya sehingga mulut dan lidahku semakin mudah mengakses daerah memeknya. “Ooohhh… Niko… Terus isap memek Tante, Ruuuuuddd… Tante ingin kamu puasin Tante hari ini…!!! Sssshhh… aaahhh… ya… iya… yang itu sayang… Ooooohhh… isap itil Tante yang kuat… Ooooohhh… terus isap sayang… Ssssshhhh… Aaaaahhhh…” Tente Nur mengerang saat lidah aku menjelajahi memeknya dan menjilati itilnya. Tante Lia menekan kepalaku sehingga mulutku menempel lebih erat di memek nya. Erangan Tante Lia semakin keras dan sekarang Tante mulai menggerak-gerakan pantatnya mengikuti jilatan lidahku pada celah memeknya. Aku semakin bernafsu menjilati celah memek Tante Lia yang semakin basah dan sesekali mengisap itil Tante Lia yang semakin bengkak. Tante Lia melihat kontolku yang besar dan panjang itu semakin tegang dan keras. Tante Lia tahu bahwa aku sudah benar2 terangsang dan siap untuk menyetubuhinya. Tante menarik kepalaku menjauh dari memeknya lalu dia berdiri. Sambil mengandeng tanganku, Tante Lia mengajakku ke kamarnya. Setibanya di kamar, Tante Lia menarikku keatas ranjang. Tante telentang dengan kedua kakinya direntangkan lebar2 dan aku berada di atasnya. Tangan Tante Lia segera meraih kontolku dan dikocoknya pelan-pelan. Kemudian Tante Lia memegang kontolku dan membimbing ke arah memeknya. Dia mulai menggosok-gosokan kepala kontolku di bibir memeknya. Bibir memek Tante Lia terasa basah oleh cairan lengket yang keluar dari dalam memeknya. Tante Lia semakin bernafsu dan ingin aku segera menyarangkan kontolku ke dalam memeknya. Diarahkannya kontolku ke gerbang liang memeknya “Ayo sayang… masukkan kontolmu di memek Tante. Buat Tante puas dengan ****** supermu itu” kata Tante sambil menatapku. Berbekal pengalaman dari melihat film bokep, pelan-pelan aku tekan kontolku membelah bibir memek Tante Lia hingga akhirnya batang kontolku tenggelam seluruhnya di dalam liang memek Tante Lia. Akupun merasakan sensasi yang luar biasa saat batang kontolku berada di dalam liang memek Tante Lia yang hangat. Rasanya nikmat sekali. Tante Lia memelukku erat sekali. “Oooohhh… Nik… kontolmu enak banget Nik… ngganjel banget… rasanya… ssshhhhh… oooohhhh… terus sayang enak banget… terus entoti memekku… Buat aku puas dengan penis supermu… Aaaaaahhhh… rasanya memekku penuh banget terisi sama kontolmu… gesekan kontolmu terasa banget di dalam liang memekku… Oooohhhh… Ssssshhhh… aahhhhhhh…!!!” Tente Nur mulai merintih, membuatku semakin bersemangat memompa kontolku semakin cepat. Tante Lia mengangkat kedua kakinya dan dilingkarkan ke pinggangku. Pada posisi ini kontolku semakin dalam masuk kedalam liang memeknya karena tekanan kaki Tante Lia yang ikut menekan saat aku mengenjotkan batang kontolku kedalam liang memeknya. Aku mulai menggerakkan pantatku naik turun sehingga kontolku keluar masuk liang memek Tante Lia membuat Tante Lia terus mengerang merasakan nikmatnya enjotan kontolku tersebut. “Apakah kamu merasa nikmat sayang? Gimana rasanya memekku? Apakah kamu menyukainya? ” tanya Tante Lia sambil menatapku. “Ooooohhhh… Tante… memek Tante nikmat bangeeeettt… Niko ingin terus ngentoti memek Tante yang nikmat ini… Aaaahhhh… Sssshhhh… Oooohhh…” rintihku merasakan nikmatnya liang memek Tante Lia yang berkedut-kedut membuat kontolku serasa diremas-remas sambil terus mengenjotkan kontolku keluar masuk liang memeknya. Tente Nur memberi tanda agar aku menghentikan enjotanku. Dia memintaku untuk mencabut kontolku dari memeknya. Dengan masih diliputi kebingungan akupun mencabut kontolku. Tante Lia bangkit lalu nungging. “Ayo sayang… entoti memek Tante dari belakang…” pinta Tante Lia Pantat Tante Lia yang montok dan padat terlihat sangat menggemaskan. Diantara pantatnya yang montok itu, memeknya tampak merekah merangsang. Lalu Tante Lia menggenggam batang kontolku dan membimbingnya hingga kepala kontolku tepat menempel di permukaan liang memeknya. “Sekarang… dorong kontolmu sayang…” kata Tante Lia. Perlahan aku tekan pantatku. Bless… Blesss… Kontolku masuk ke liang memek Tante Lia. Kemudian aku mulai memompa kontolku di liang memek Tante Lia. Ternyata dalam posisi ini, liang memek Tante Lia terasa semakin sempit sehingga jepitannya terasa semakin erat. Dan gesekan kontolku dengan dinding didalam liang memek Tante Lia pun semakin terasa. Rasanya sungguh sangat nikmat. “Ooooohhhh… Taaaaaannn… memek Tante makin nikmaaaatttt… ssssshhhh… ooooohhhh… enak banget memek Tante…” erangku. Aku terus mengenjotkan kontolku keluar masuk liang memek Tante Lia sambil meremas pantatnya. Pemandangan pantat Tante Lia yang bergetar setiap kali beradu dengan pangkal kontolku membuatku makin bernafsu. Aku semakin mempercepat pompaan batang kontolku di dalam memek Tante Lia yang becek sehingga menimbulkan bunyi crop… crop… crop. “Sssssshhhh… sayang… Kapanpun kamu mau, akan saya berikan memekku untukmu… sayang… ssssssshhhh… Terus sodok yang kuat… Aaaaahhhhh… nikmat banget kontolmu sayang…” kata Tante Lia sambil menoleh ke arahku, sementara pantatnya digoyang dan diputar-putar mengimbangi pompaan kontolku. “Remass… Remass payudara Tante, Nik…” desah Tante Lia sambil meremas susunya sendiri. Aku pun segera menuruti kemauannya. Sambil memompa kontolku, tanganku segera memegang, meremas payudara dan memainkan putingnya bergantian. “Ooooohhh… sssshhhhh… aaaahhhh… nikmaaatt… Tante gak kuat… Tante mau keluaaaarrr… Ssssshhhh… Ooooohhhh…” jerit lirih Tante Lia sambil memegang tanganku yang sedang meremas-remas payudaranya, pantatnya terus bergoyang-goyang dan kedutan otot-otot liang memeknya semakin kuat. “Oooohh… Enak sekali, Taaaannn… Akuuuu… mau keluuuuaaarrr…” kataku sambil mempercepat gerakan kontolku karena sudah mulai terasa adanya tanda2 aku akan mendapatkan ejakulasiku seiring rasa nikmat yang aku rasakan. “Keluarkan saja di dalam memekku, sayang…” kata Tante Lia sambil mempercepat goyangan pantatnya. Empotan liang memeknya semakin kuat meremas batang kontolku yang berada di dalam liang memeknya sehingga semakin nikmat terasa oleh kontolku. Kupercepat enjotan kontolku keluar masuk memek Tante Lia sambil terus meremas payudaranya, lalu tak lama kemudian kudesakkan kontolku dalam2 ke memeknya. “Taaaaannnnn… Niko keluaaaar… Aaaaaahhhh…!!!” teriakku. Crooooot… croooot… crooot… spermaku menyembur sangat banyak di dalam memek Tante Lia seiring rasa nikmat yang kurasakan. Kontolku berkedut-kedut di dalam liang memek Tante Lia sampai semburan spermaku berhenti. “Oooohhhh… Ssssshhhh… sayaaaaannng… akuuuu… jugaaaa… keluuuuaaaarrr… ssssshhhhh… aaaaaahhhhh…!!!” teriak Tante Lia. Tubuhnya kejang-kejang akibat orgasmenya yang luar biasa nikmatnya. Ternyata disaat aku menyemprotkan spermaku, Tante Lia juga mencapai orgasmenya. Seeeeer… seeeer… seeeeeer… cairan orgasmenya menyiram hangat dan membasahi batang kontolku. Bagitu banyaknya cairan yang terkumpul didalam liang memek Tante Lia hingga sebagian meleleh keluar dari memeknya. Setelah memberikan waktu beberapa menit bagi Tante Lia untuk menikmati orgasmenya, kemudian aku mencabut kontolku dan akhirnya aku merebahkan diri di samping tubuh molek Tante Lia. Begitu kontolku lepas dari memeknya, Tante Lia langsung menggulingkan tubuhnya disampingku dan memelukku. “Terima kasih sayang… kontolmu benar-benar luar biasa… Tante puas banget… Belum pernah Tante merasakan kenikmatan orgasme seperti barusan yang Tante alami… Muuaah…” bisik Tante Lia sambil mencium lembut keningku. Sementara tangannya terus meraba batang kontolku yang mulai lemas. “Sama-sama… Tante juga hebat, memeknya sangat nikmat…” kataku balas memuji Tante Lia turun dari tempat tidur, lalu terdengar bunyi kecipak-kecipak air di kamar mandi, rupanya Tante Lia sedang membersihkan memeknya yang berlepotan dengan spermaku yang bercampur dengan cairan orgasmenya. Selesai dari kamar mandi, Tante Lia menghampiriku lagi dengan tubuh dibelit handuk. “Gimana? Enak kan rasanya ngentot dengan perempuan?” tanya Tante Lia sambil duduk di sampingku. “Enak sekali, Tan. Terima kasih. Tante telah mengajari aku nikmatnya ngentot memek perempuan. Selama ini aku hanya merasakan kenikmatan ejakulasi lewat onani, tapi kini aku dapat merasakan nikmatnya ejakulasi di memek Tante…” sahutku sambil tersenyum, “Tapi kalau Paman pulang, aku susah dapetin memek Tante…” kataku. “Tenang Nik. Kapanpun Niko pingin memek Tante, akan Tante berikan… tapi harus hati-hati, Nik. Di depan pamanmu jangan memperlihatkan sikap lain padaku. Seperti biasa saja. Pokoknya harus serapi mungkin” kata Tante Lia. Aku cuma mengangguk, sambil memperhatikan wajah Tante Lia. Sorot pandangannya memang jadi lain dari biasanya. Seperti mengandung arti yang mendalam. Senyumnya pun jadi lain. Mungkin itulah senyum seorang wanita yang telah mencapai kepuasan seksual. “Kenapa udah mau pakai celana lagi? Emang gak mau lagi?” kata Tante Lia dengan nada agak centil sambil memegang tanganku saat aku hendak mengenakan cdku. “Mau, tapi aku lapar, Tan. Kita makan dulu gimana?” ajakku “Kalau perut penuh, nanti bisa sembelit,” Tante Lia memelukku dengan hangatnya, “Mending kita bikin ronde kedua dulu yuk. Nanti kalau udahan, baru kita makan malam. Tante yakin kamu pasti masih kuat” katanya. Aku mengangguk sambil senyum. Cd tak jadi kupakai, lalu kulemparkan begitu saja ke lantai. Sementara itu Tante Lia pun membuka lilitan handuknya, sehingga tubuhnya bugil lagi di depan mataku. Sejenak kuamati tubuh Tante Lia yang mulus sekali. Payudaranya montok payudara. Kulit Tante Lia mulus dan bersih. Tidak ada noda setitik pun di tubuhnya. Hebat juga pamanku bisa mendapatkan wanita secantik dan semulus ini. Padahal saat itu usia pamanku sudah 50 tahun, sementara Tante Lia 20 tahun lebih muda darinya. Tante Lia langsung menelentang, seperti mengharapkan terkamanku. Dan aku memang menerkamnya. Meremas payudaranya yang masih kencang dan bahkan mengemut putingnya seperti bayi yang sedang menyusu pada ibunya. Tante Lia tersenyum-senyum sambil mengelus rambutku dengan lembut. Batang kontolku pun mulai menegang lagi. Tante Lia tahu itu, karena tangannya terus-terusan memegang batang kontolku dan terkadang meremasnya dengan lembut. “Ayo… masukkan lagi kontolmu Nik…” pinta Tante Lia sambil meraih batang kontolku dan diarahkan tepat di celah memeknya yang sudah basah itu. Tante Lia lalu memberi isyarat agar aku mendorong batang kontolku. Kuikuti isyaratnya itu. Kudorong batang kontolku sekuat mungkin. “Ouw… Oooh… sedikit-sedikit, Nik. Jangan disekaliin… sakit… penis kamu gede sekali sih…” teriak Tante Lia sambil meringis. Aku cabut kontolku dari liang memek Tante Lia lalu aku gesek2an kepala kontolku ke itil Tante Lia beberapa kali hingga memeknya semakin basah dan terasa licin. “Ooooohhh… nah… gitu… sayang… iya… gesek-gesek sayang… iya… ooooohhhh….” desah Tante Lia merasakan nikmatnya gesekan kepala kontolku di itilnya yang semakin membengkak itu. Kemudian aku selipkan kepala kontolku di belahan memek Tante Lia dan aku tekan perlahan-lahan batang kontolku hingga amblas masuk kedalam liang memek Tante Lia. “Aaaaaahhhh… sayaaaangg… enak sayaaaaang…” erang Tante Lia merasakan nikmatnya gesekan batang kontolku pada dinding liang memeknya. “Ngentot denganku sama ngentot dengan paman enakan mana Tan?” bisikku sambil terus mengenjotkan batang kontolku keluar masuk liang memek Tante Lia. “Jauh sayang. Ngentot dengan kamu jauh lebih enak… soalnya kontolmu keras sekali… panjang dan gede banget… aaaaaahhh… bisa2 aku jadi ketagihan ****** kamu Nik…” jawab Tante Lia. Kemudian bibir kami saling lumat. “Ruuuuuddd…. ooooooh… enak sekali sayang… sssssshhhh… ooooohhh… kayaknya aku sudah mau keluaaaaar…” terdengar lagi desahan-desahan histeris Tante Lia, ketika bibirnya lepas dari lumatanku. Sulit melukiskannya dengan kata-kata, betapa nikmatnya saat batang kontolku sudah mulai mengenjot-enjot dalam jepitan liang memek Tante Lia yang cantik dan mulus itu. Kedutan-kedutan memek Tante Lia semakin sering terasa. Liang memek Tante Lia serasa memijit-mijit batang kontolku sehingga membuat akupun mulai merasakan kalau sebentar lagi spermaku juga akan keluar. “Ssssshhhh… aaaaaahhhhh… Tanteeeeee… akkkuuu… jugaaaa…. mau keluuuuaaaarrrr…” aku mengerang. “Enjotan yang cepat sayang… ayo sayang… kita bareng2 keluar… aaaaaahhh… sssssshhhh… enak sekali sayang…” erang Tante Lia. Kuikuti keinginan Tante Lia. Kupercepat gerakan pantatku maju mundur dan enjotan batang kontolku keluar masuk liang memek Tante Lia. “Aaaaaahhhh… Taaaaaannnn… akuuuuuu… keluuuuuaaaarrr…!!!” teriakku. Kutancap batang kontolku sekuat mungkin, sampai terbenam sepenuhnya di dalam liang memek Tante Lia. Aku pun mendekap tubuh Tante Lia sekencang mungkin. Crooooottt… croooottt… croooottt… kontolku menyemprot-nyemprotkan spermaku di dalam liang memek Tante Lia. “Oooooohhhh… Ruuuudiiii… akuuuuu… juuugaaa… keluuuuaaaarrr… aaaaahhhhh…!!!” jerit Tante Lia. Dia mencapai orgasmenya. Tubuhnya mengejang sambil mendekapku erat sekali. Seeeeerrrr… seeeeerrr… seeeerrr… semburan cairan orgasmenya menyiram hangat batang kontolku. Kami saling berdekapan dengan erat, kemudian kami terkapar di atas tempat tidur dengan kepuasan yang tiada taranya. Tante Lia kemudian bercerita mengenai kehidupan seksualnya dengan Paman. Sudah hampir satu tahun ini dia tidak merasakan nikmatnya orgasme dari persetubuhannya dengan Paman. Akibat penyakit gula yang dideritanya, Paman tidak dapat lagi memberikan kepuasan seksual kepadanya. “Ngentot dengan Pamanmu sebulan 2 kali sudah cukup bagus, karena seringnya cuma sekali sebulan.