Cerita Seks, cerita panas, cerita dewasa, cerita mesum, cerita seru, Cerita Sex, Skandal Seks, skandal panas, skandal mesum, ngentot memek, memek sempit, ngentot sedarah, memek abk, ngentot janda, cerita pemerkosaan, cerita pijet plus plus, Permainan Panas Bersama Kakak Ipar
Tulisan kali ini dapat menceritakan interaksi seks satu orang lelaki yg ketagihan ngentot bersama kakak iparnya sendiri yg dinamakan bersama Wina. Saya punyai seseorang kakak ipar, Wina Puspadewi namanya. Usianya telah 36 th, lebih sepuh 5 th dari istriku. Mbak Wina, demikian saya memanggilnya, telah menikah dgn dua anak. Tidak Sama bersama istriku yg condong kurus, Mbak Wina berbody montok bersama dada & pantat yg lebih akbar dibanding istriku.
Hunian Mbak Wina tak terlampaui jauh bersama rumahku maka saya & istriku tidak jarang berkunjung & pun sebaliknya. Namun saya lebih gemar berkunjung ke rumahnya, sebab di rumahnya, Mbak Wina biasa memanfaatkan baju hunian yg slow bahkan condong terbuka. Sempat satu buah pagi saya berkunjung, ia baru saja bangun tidur & mengenakan daster tidak tebal tembus pandang yg menampakkan buah dada besar nya tidak dengan bra. Sempat pula saya sebuah saat Mbak Wina bersama santainya ke luar kamar mandi dgn lilitan handuk & tiba2x handuk itu melorot maka saya terpana menyaksikan badan montoknya yang bugil. Sayang saat itu ada istriku maka saya berlagak buang muka.
Sebuah pagi di hri Pekan, saya diminta istriku mengantarkan makanan yg dibuatnya buat keponakannya, anak-anak Mbak Wina. Tidak Dengan pikir panjang saya serta-merta melajukan mobilku ke hunian Mbak Wina, kali ini sendirian saja. & satu elemen yg membuatku semangat merupakan kenyataan bahwa suami Mbak Wina sedang tak ada di hunian.
Sampai di rumah Mbak Wina, semua masih tidur sehingga yang membukakan pintu adalah pembantunya. Aku masuk ke dalam rumah dan setelah yakin si pembantu naik ke kamarnya di atas, aku mulai bergerilya. Dengan perlahan aku membuka pintu kamar Mbak Wina, dan seperti sudah kuduga, Mbak Wina tidur dengan daster tipisnya yang bagian bawahnya sudah tersingkap hingga paha dan celana dalam warna hitamnya. Aku meneguk ludah dan langsung konak melihat paha montok yang putih mulus itu, apalagi lengkap dengan CD hitam yang kontras dengan kulit putihnya.
Pagi itu aku sudah mempersiapkan segala sesuatunya untuk bisa menjajal tubuh montok kakak iparku. Tekadku sudah bulat untuk menikmati setiap lekukan tubuhnya. Setelah puas melihat pemandangan di kamar, aku kemudian menuju meja makan di mana kulihat dua gelas teh manis sudah terhidang, satu untukku dan satunya pasti untuk Mbak Wina. Dengan penuh semangat aku meneteskan cairan perangsang yang kubeli beberapa waktu lalu ke dalam teh Mbak Wina. Aku berharap wanita itu akan dipenuhi birahi sehingga tidak menolak untuk aku sentuh.
Dewi keberuntungan memang sedang memihakku pagi itu. Tak berapa lama, Mbak Wina bangun dan seperti biasa, dengan santainya dia berjalan keluar kamar masih dengan daster minim itu yang membuatku semakin tergila-gila. “Eh, ada Farhan, udah lama?”, sapanya dengan suara serak yang terdengar seksi, seseksi tubuhnya. “Barusan kok mbak, antar makanan buatan Rina”, jawabku sambil melihat dengan jelas buah dada besarnya yang no-bra itu. Mbak Wina memang sangat cuek, dia tidak memperdulikan mataku yang nakal memandangi buah dadanya yang menggelantung di balik daster tipisnya. Dengan gontai ia menuju meja makan dan menghirup teh yang sudah kuberikan cairan perangsang. Menurut teori, dalam waktu 5 sampai 10 menit ke depan, hormon progesteron Mbak Wina akan meningkat dan ia akan terbakar nafsu birahi.
Setelah minum teh, Mbak Wina masuk ke kamar mandi untuk cuci muka, pipis dan pastinya cuci meki lah, hehee. Keluar dari kamar mandi, wajah Mbak Wina memang sudah lebih segar. Masih dengan daster tipis yang memberikan informasi maksimal itu, dia memanggil pembantunya dan menyuruh ke pasar. Wah, tambah perfect deh, pikirku.
Setelah sedikit beraktivitas di ruang makan, ia kembali ke kamar. Pasti dia akan ganti baju pikirku. Dengan perlahan aku mengikuti di belakangnya. Dan benar juga seperti dugaanku, Mbak Wina tidak menutup dengan baik pintu kamarnya. Dia begitu cuek atau sengaja memberikanku kesempatan mengintipnya berganti baju.
Penisku semakin mengeras melihat Mbak Wina menanggalkan dasternya dan … oh, rupanya obat perangsangku sudah mulai bekerja. Mbak Wina tampak gelisah lalu mengusap-usap selangkangannya dengan tangan. Aku seperti diberi berkah pagi itu, Mbak Wina benar2x seperti terangsang hebat. Dia dengan sedikit terburu-buru melepas CD hitamnya sehingga kini ia benar2x bugil di kamar. Kemudian kulihat ia mengusap-usap bagian meki dan sekitarnya dengan tangan. Wah… tak akan kubiarkan dia melakukan masturbasi.
Dengan semangat 45 dan penuh percaya diri, aku membuka celanaku dan membiarkan penisku yang sudah konak dari tadi mengacung bebas.
Walau dengan sedikit canggung, aku beranikan diri membuka pintu kamarnya.
“Farhan… kamu…”, Mbak Wina menjerit melihat aku masuk ke kamarnya sementara dia sedang bugil dan lebih kaget lagi melihat aku tanpa celana dan mengacungkan penis ke arahnya.
“Daripada pakai tangan, pakai ini aja Mbak…”, pintaku seraya memegang batang penisku.
“Gila kamu, jangan kurang ajar”, sergahnya ketika aku mendekati tubuh bugilnya.
Mbak Wina menampik tanganku yang ingin menjamahnya, tapi nafsu birahi yang membakar otaknya membuatnya tak cukup tenaga untuk menolak lebih lanjut sentuhanku. Aku yakin kalau birahinya sudah memuncak dan dia juga menginginkan sex denganku. Ketika tanganku berhasil meraih buah dada dan meremasnya, dia hanya bilang “Gila kamu!”, tapi tak sedikitpun menjauhkan tanganku untuk meremas-remas buah dada dan memilin puting susunya. Aku sudah merasa di atas angin. Mbak Wina hanya bersumpah serapah, namun tubuhnya seperti pasrah. Setiap sentuhan dan remasan tanganku di tubuhnya hanya direspon dengan kata “kurang ajar” dan “gila kamu”, namun aku merasa yakin dia menikmatinya. Dugaanku betul, Mbak Wina akhirnya dengan malu memegang batang penisku.
“Besar banget punya kamu Farhan”, serunya.
“Pingin masuk memek Mbak tuh…” jawabku.
Mbak Wina tersenyum manja,”Gila kamu!”
“Iya mbak, saya memang tergila-gila pada Mbak”, rayuku sambil terus memilin puting susunya yang sudah mengeras.
Mbak Wina semakin relaks dan pasrah. Kini dengan sangat mudah aku bisa meraih daerah selangkangannya yang berbulu tipis dan mulai meraba-raba vaginanya yang ternyata sudah becek.
“Kaya’nya memeknya udah minta nih Mbak”, kataku.
“Gila kamu!”, entah sudah berapa kali dia mengeluarkan kata itu pagi ini.
“Nungging Mbak, saya masukin dari belakang”, pintaku untuk doggy style.
Mbak Wina masih dengan sumpah serapah menuruti kemauanku. Kini pantat bahenolnya terpampang di hadapanku, pantat yang selama ini aku impikan itu akhirnya bisa kuraih dan kuremas-remas. Dengan perlahan, aku memasukkan batang penisku ke dalam liang vaginanya. Tidak sulit tentu saja, maklum sudah punya dua anak dan memang sudah becek pula. Maka adegan selanjutnya sudah bisa ditebak, Mbak Wina yang sudah terbakar birahi tentu saja orgasme lebih dulu akibat pompa penisku pada vaginanya. Namun sekali lagi, pagi itu memang milikku. Meskipun sudah orgasmu, kakak iparku yang montok itu tetap penuh birahi meladeni permainanku sampai akhirnya kami merasakan orgasme secara bersama. Nikmatnya luar biasaaaa.
Simak Juga: Skandal Seks Ayah Ibu dan Anak
“Sembarangan kamu numpahin sperma di memekku ya Farhan…”, jeritnya ketika aku memuncratkan spermaku ke dalam rahimnya.
“Habis memek Mbak enak sih….”, seruku di telinganya. Kakak iparku hanya melejat-lejat menikmati orgasmenya juga.
Selesai orgasme, seperti sepasang kekasih, kami berciuman.
“Kamu memang gila Farhan, awas… jangan bilang siapa-siapa ya!”, serunya perlahan.
“Ya iyalah Mbak, masa’ mau cerita-cerita..”, candaku. Dia pun tertawa lepas.
“Kapan-kapan lagi ya Mbak…”, pintaku.
“Gila… kamu gila…” jeritnya sambil berjalan ke kamar mandi.
Aku memandang tubuh montok kakak iparku dengan senyum puas. Akhirnya tubuh impianku itu dapat kunikmati juga. Dan cerita ngentot selanjutnya tentu juga mudah ditebak. Setiap ada kesempatan, kami berdua mengulanginya lagi, tidak hanya di rumahnya, tapi juga di rumahku dan terkadang untuk selingan kami janjian di luar rumah, main di mobil, pokoknya seru.